
JAKARTA – Akhir-akhir ini muncul kasus program prioritas Presien Prabowo yakni makan bergizi gratis (MBG) mengalami kasus keracunan di beberapa provinsi.
Kasus keracunan MBG merupakan kejadian yang sering muncul di media dan viral di media sosial langsung dari laporan masyarakat yang memiliki anak di rumah sakit karena keracunan.
Keracunan makanan ini terjadi di Sumatra Selatan, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Yogyakarta. Peristiwa paling banyak terjadi di Yogyakarta, sebab hamper 1.000 siswa keracunan dan mengalami kejang-kejang sat dibawa ke rumah sakit.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menegaskan pihaknya telah mengambil langkah mitigasi pasca insiden 196 siswa keracunan makanan dari Makan Bergizi Gratis di Sragen, Jawa Tengah. Menurutnya, perbaikan prosedur operasional standar (SOP) menjadi fokus utama untuk mencegah kejadian serupa. “Pokoknya kami berusaha sebaik mungkin agar tidak ada kejadian lagi,” ujar Dadan.
Dia menjelaskan bahwa langkah yang ditempuh meliputi pemilihan bahan baku berkualitas, memperpendek waktu memasak dan menyiapkan makanan, mempercepat proses pengiriman, serta memastikan makanan tidak terlalu lama disimpan di sekolah.
Menu sayur dalam sejumlah porsi makanan program MBG yang diterima oleh siswa-siswi SMAN 15 urabaya, Provinsi Jawa Timur, ditemukan dalam kondisi basi.
Sehari kemudian, hal serupa juga terjadi di Jawa Barat. Para siswa menemukan kondisi sayur yang basi setelah mencium aroma tak sedap yang timbul dari dalam wadah MBG yang dibagikan.
Kepala SMAN 15 Surabaya, Johanes Mardijono menjelaskan bahwa pelaksanaan program MBG tersebut telah berjalan selama sembilanhari lamanya.
Namun, baru pada hari kesembilan pihaknya mendapatkan temuan bahwa terdapat menu makanan yang telah basi. “Jadi enggak semuanya [makanan MBG basi]. Jadi ini hari kesembilan, delapan hari kemarin itu makanannya sesuai harapan anak-anak. Hari kesembilan ini memang ada sayur yang mungkin itu tadi yang dianggap basi,” ungkap Johanes saat dikonfirmasi.
Johanes menjelaskan, siswa-siswi menduga menu sayur yang terhidang disebut-sebut dalam kondii basi setelah mereka membuka tutup wadah MBG yang dibagikan lalu tercium aroma tak sedap. Atas temuan itu, siswa-siswi pun lantas enggan menyantap makanan tersebut.
“Kan aromanya, [wadah MBG] itu ditutup. Begitu mungkin dibuka, lalu menimbulkan aroma yang tidak sedap. Anak-anak pun sudah enggak berani makan, tapi ada yang tidak [basi] ya dimakan, tidak 100% [basi],” tuturnya.
Johanes pun menyebut, sebanyak 1.285 porsi MBG yang dibagikan kepada segenap siswa-siswi, mulai yag duduk di bangku kelas 10 hingga kelas 12. Dirinya mengatakan, sekitar 30% dari porsi MBG yang diterima oleh siswa-siswi tersebut disebut telah basi.
“Memang tempat kita ini jumlah siswanya paling banyak. Jumlah yang basi sekitar 30% dari 1.285 porsi [MBG yang dibagikan],” papar Johanes. bisn/mb06