
BANJARMASIN- Dunia usaha, baik skala kecil, menengah, maupun besar, membutuhkan akses pendanaan yang berkelanjutan untuk dapat bertumbuh dan bersaing. Pasar modal hadir sebagai salah satu alternatif strategis bagi perusahaan.
Kepala Wilayah Bursa Efek Indonesia (BEI) Kalimantan Selatan (Kalsel),Yuniar menyampaikan, dengan tata kelola yang baik, keterbukaan informasi, dan dukungan ekosistem pendanaan yang kuat, pasar modal dapat menjadi rumah pertumbuhan bagi perusahaan.
“Terlebih dengan potensi bisnis di Kalimantan Selatan yang sangat besar. Saat ini kita semua tengah menghadapi dinamika besar, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri, yang tentu berpengaruh pada pergerakan pasar,” ujarnya pada Workshop Go Public yang digelar Bursa Efek Indonesia Kantor Perwakilan Kalsel di Banjarmasin, Rabu (17/9).
Lanjut Yuniar, pihaknya menyelenggarakan Workshop Go Public sebagai sarana berbagi pengetahuan dan wawasan mengenai langkah strategis perusahaan menuju Go Public.
Di tengah dinamika yang terjadi, Pasar Modal Indonesia tetap menunjukkan tren pertumbuhan yang positif,” jelasnya.
Dilihat dari sisi permintaan (demand side), kesadaran pentingnya berinvestasi dan kemajuan teknologi digital yang mempermudah akses terhadap pasar modal terus meningkat ditunjukan dari jumlah investor terus mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya.
“Total mencapai lebih dari 17 juta investor atau meningkat lebih dari 10 kali sejak tahun 2018,” terang Yuniar.
Namun, angka ini masih sekitar 6 persen dari total populasi Indonesia yang berjumlah 284 juta jiwa menurut data BPS, sehingga menunjukkan bahwa potensi pertumbuhan jumlah investor di Indonesia masih sangat besar dan menjanjikan ke depan.
“Adapun di Provinsi Kalimantan selatan, per Juli 2025 tercatat terdapat 192.423 SID, dengan total nilai transaksi lebih dari Rp1,9 triliun,” kata Yuniar.
Selain kinerja pasar modal Indonesia yang membanggakan dari sisi peningkatan jumlah investor, tren pencatatan juga menunjukkan hal yang positif.
Supply instrumen investasi saham terus meningkat dan lebih aktif dibandingkan dengan bursa-bursa di kawasan Asean lainnya.
Sejak tahun 2018, BEI selalu berhasil melakukan pencatatan saham baru terbanyak dibandingkan dengan bursa-bursa di kawasan Asean lainnya.
Dari tahun 2018 hingga tahun 2024, BEI telah menjadi rumah pertumbuhan bagi 396 perusahaan tercatat saham baru.
Sepanjang tahun 2025, terdapat penambahan 22 perusahaan yang telah melantai di Bursa dengan total dana dihimpun sebesar Rp10,4 triliun.
Jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, Bursa Efek Indonesia merupakan satu-satunya bursa yang mampu tumbuh lebih dari 1,16 persen dari segi jumlah perusahaan tercatat saham baru. rds