
MARABAHAN-Program Studi Kimia Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat (FMIPA-ULM) Banjarbaru, Kalimantan Selatan dengan dukungan mahasiswa menerapkan inovasi peternakan Burung Puyuh ke masyarakat.
“Program ini mendapat pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemendiktisaintek melalui Skim PKM Tahun Anggaran 2025,” ujar Ketua Tim Program Studi FMIPA-ULM Banjarbaru, dalam siaran pers, Kamis.
Dukungan tersebut, sebut dia, memperkuat sinergi antara perguruan tinggi dan masyarakat dalam mengembangkan inovasi pakan serta strategi pemasaran berkelanjutan.
Melalui program PKM, jelas dia, mahasiswa dilibatkan untuk mendampingi inovasi pakan dan pemasaran.
Kegiatan tersebut, harap dia, meningkatkan produktivitas, pendapatan peternak serta memberi pengalaman langsung mahasiswa dalam agribisnis dan kewirausahaan.
Salah satu peternak Burung Puyuh menjadi sasaran program tersebut Taryanto, warga Desa Puntik Tengah, Kecanatan Mandastana, Barito Kuala (Batola).
Taryanto mengaku masih bertahan meski menghadapi kendala mahalnya pakan dan penurunan produksi telur.
“Biaya pakan sangat berat bagi kami, mencapai 70 persen. Kalau harga pakan naik, penghasilan bisa merosot tajam,” ungkapnya.
Sebagai solusi, sebut dia, pakan alternatif dikembangkan dari tepung ikan gabus karena ikan gabus melimpah di Kalsel dan mengandung protein tinggi serta dapat diolah menjadi tepung ikan, sekaligus memanfaatkan limbah restoran dan rumah makan.
Selain pakan, ucap dia, peternak juga terkendala dalam hal pemasaran telur.”Kami masih bingung soal cara menjual lebih luas. Kebanyakan hanya dipasarkan di desa,” tambahnya.
Sebagaimana diketahui, warga Desa Puntik Tengah, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala (Batola) sebagian warga menggantungkan hidup dari kebun jeruk.
Namun, beberapa kelompok masyarakat juga mengembangkan usaha budidaya Burung Puyuh sebagai sumber pendapatan tambahan.Dari tujuh hingga 10 UKM Puyuh tercatat, hanya dua kelompok masih aktif.{[an/mb03]}