JAKARTA – Perum Bulog baru-baru ini memberikan penjelasan terkait polemik penguasaan stok beras nasional dan dampaknya terhadap stabilitas harga di pasar. Penjelasan ini penting mengingat pertanyaan publik mengenai tingginya harga beras di berbagai daerah, sementara data menunjukkan ketersediaan beras nasional melimpah.
Dengan hanya menguasai sekitar 8 persen stok beras, pemerintah menghadapi tantangan dalam menjaga kestabilan harga dan ketahanan pangan.
Menurut Badan Pangan Nasional (NFA), meski proyeksi neraca pangan nasional 2025 menunjukkan surplus 10 juta ton beras, harga di pasar tetap tinggi akibat beberapa faktor struktural.
Dipaparkan Bulog, setidaknya ada lima faktor yang mempengaruhi harga beras tetap tinggi. Pertama, praktik manipulasi harga oleh produsen besar dan pedagang yang menimbun stok untuk menciptakan kelangkaan semu. Kedua, peran perantara yang dominan dalam rantai distribusi menambah margin keuntungan besar.
Ketiga, keterbatasan akses informasi harga di tingkat petani dan konsumen. Keempat, efektivitas kebijakan pemerintah yang perlu diperkuat. Terakhir, faktor spekulasi oleh pedagang dan investor yang menimbun stok untuk keuntungan lebih.
Pemerintah memiliki pekerjaan rumah besar dalam merumuskan strategi mengendalikan harga dan memperkuat ketahanan pangan. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah meningkatkan transparansi harga melalui sistem informasi berbasis digital yang bisa diakses secara real-time.
Adapun langkah yang dilakukan mereka, dimana Pemerintah telah menetapkan beberapa strategi untuk menjaga ketersediaan dan stabilitas harga beras.
Langkah-langkah ini meliputi meningkatkan produksi melalui program intensifikasi pertanian, mengelola Cadangan Beras Pemerintah (CBP) secara efektif, dan memperketat pengawasan harga di pasar. Selain itu, memastikan distribusi beras yang efisien dan merata ke seluruh wilayah juga menjadi prioritas.
Pengelolaan stok beras dan stabilisasi harg membutuhkan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta kolaborasi dengan sektor swasta. Dengan membangun kepercayaan dan insentif, pemerintah dapat menciptakan ekosistem pangan yang sehat dan berkeadilan.
Keberhasilan menjaga stabilitas harga beras bukan hanya soal angka stok, tetapi juga tentang manajemen kebijakan, integrasi data, dan sinergi antar-pihak. Dengan sinergi yang kuat, Indonesia berpeluang mencapai kemandirian pangan berkelanjutan. rep/mb06