
JAKARTA – Pabrik-pabrik penggilingan padi di Sleman, DI. Yogyakarta kebanjiran pesanan beras premium setelah ramai kasus beras oplosan.
Manajer Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sidomulyo, Sleman, DI Yogyakarta R Bangun mengatakan pesanan meningkat setelah produsen menarik beras premium yang kualitasnya tidak sesuai aturan.
“Sebagian beras premium ditarik di supermarket, kemudian untuk mengisi jatah itu ada peningkatan permintaan ke Gapoktan Siduulyo,” kata Bangun.
Ia mengatakan biasanya satu gerai memesan 3 ton beras per 3-5 hari. Saat ini, permintaan meningkat hingga 5-7 ton per gerai dalam kurun waktu yang sama.
Bangun menyebut permintaan penggilingan beras per hari menembus 20 ton. Ia mengaku kelompoknya agak kewalahan melayani permintaan itu.
“Kapasitas produksi kita hanya 10 sampai 15 ton per hari. Kalau permintaannya lebih dari itu, kami belum mampu karena kapasitas mesin kami baru segitu,” ucapnya.
Bangun mengatakan permintaan penggilingan beras, terutama yang berkualitas bai sekelas premium, memang sempat turun setelah kasus beras oplosan. Ia menduga konsumen beralih ke beras medium atau kualitas lain.
Meski begitu, tak butuh waktu lama hingga permintaan kembali meningkat. Menurutnya, konsumen beras premium tidak terbiasa mengonsumsi beras kualitas lain.
Ia berkata Gapoktan Sidomulyo berupaya keras memenuhi permintaan penggilingan yang menigkat. Pada saat bersamaan, mereka menjaga kualitas hasil gilingan sesuai aturan.
“Kita tetap menjaga baik bobot ya, timbangan, kemudian kualitas dan harga sesuai dengan HET. Ya, tentunya kita bisa bersaing,” ujarnya.
Sebelumnya menurut Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso memperkirakan pasokan beras di pasar akan berkurang akibat penurunan suplai gabah di lapangan.
Kondisi ini berpotensi memengaruhi distribusi beras, terutama di masa produksi rendah. Ini juga diperparah dengan penutupan sejumlah penggilingan padi, yang sebagian besar bersifat sementara, namun tetap berdampak pada berkurangnya stok beras di pasaran.
“Oh iya, kemungkinan akan berdampak (pengaruh penutupan penggilingan padi terhadap distribusi beras),” ujar Sutarto.
Ia menjelaskan pada Agustus 2025 sebenarnya panen sudah meningkat. Namun, lambatnya antisipasi membuat harga gabah telanjur naik sejak Juni, yang diikuti kenaikan harga beras. cnn/mb06