Oleh : Noor Diani (Aktivis Muslimah)
Sejak agresi brutal Zionis Israel terhadap Gaza pada Oktober 2023, dunia menyaksikan salah satu tragedi kemanusiaan terbesar abad ini.Kekejaman demi kekejaman entitas Yahudi di Gaza terus berlangsung tanpa henti. Mereka terus melakukan pembantaian warga Gaza. Mereka terus memporakporandakan wilayah Gaza dengan kekuatan militer. Bukan hanya pembantaian terbuka lewat serangan udara dan darat, namun yang lebih menyayat hati adalah strategi pelaparan sistemis terhadap jutaan penduduk sipil di Gaza. Kini mereka juga menciptakan bencana kelaparan bagi warga Gaza. Entitas Yahudi itu meblokade seluruh bantuan logistik berisi bahan makanan, obat-obatan dan kebutuhan hidup yang akan masuk ke Gaza.
Blokade pangan oleh Zionis Yahudi itu menyebabkan malnutrisi hingga kematian di tengah-tengah penduduk Gaza. Sementara itu, PM zionis Benjamin Netanyahu dengan liciknya membantah kabar bencana kelaparan di Gaza. Padahal berdasarkan kesaksian banyak pihak, kelaparan parah benar-benar terjadi di Gaza. Bahkan Badan Bantuan Pangan PBB (World Food Programme/WFP) menyebut Gaza sudah masuk fase catrastophic hunger atau bencana kelaparan. Hal ini diukur berdasarkan Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu atau Integrated Food Security Phase Classification (IPC). Dengan skala 1-5, Gaza sudah masuk fase tingkat 5, yakni bencana kelaparan.
Pemboman tanpa henti telah menghancurkan infrastruktur sipil, memicu krisis pangan, dan memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah padat penduduk tersebut. Dua lembaga hak asasi manusia terkemuka di Israel, B’Tselem dan Physicians for Human Rights-Israel, pada awal pekan ini secara terbuka menuduh pemerintah Israel melakukan genosida di Gaza. Mereka menyoroti adanya pemusnahan sistematis terhadap masyarakat Palestina serta penghancuran infrastruktur kesehatan sebagai bagian dari strategi militer. Tuduhan ini memperkuat proses hukum internasional yang tengah berlangsung. Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Selain itu, Israel kini juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait tindakannya di wilayah tersebut (metrotvnews.com, 01/08/2025)
Negara-negara Arab dan Muslim, termasuk Arab Saudi, Qatar, dan Mesir, pertama kalinya mendesak Hamas untuk melucuti senjata dan menyerahkan kekuasaan atas Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina (PA) (cnbcindonesia.com, 31/07/2025). Sementara Mesir justru menekan Imam Besar Al Azhar untuk mencabut pernyataannya tentang Zionis, padahal dunia menyaksikan pelaparan sistemis menjadi senjata Yahudi untuk genosida. Di sisi lain, mulai banyak negara yang akan mengakui Palestina sebagai negara setelah terbuka borok Zionis Yahudi dan menyaksikan kejahatan yang tiada tara. Para penguasa muslim ibarat buta dan tuli atas realita di Gaza, seolah tak ada ikatan iman mereka dengan muslim Gaza. Padahal Allah telah mengingatkan ikatan ukhuwah Islamiyah sebagai landasan hubungan antar muslim. Kepentinganh dunia –jabatan dan kekuasaan- telah mematikan ukhuwah Islamiyah dan menjerumuskan mereka pada kelemahan di hadapan musuh Allah.
Solusi Palestina bukan sekadar gencatan senjata, bukan sekadar pengakuan diplomatik. Solusi sejati adalah membebaskan Palestina sebagaimana Rasulullah dan para khalifah membebaskan negeri-negeri sebelumnya: dengan dakwah dan jihad di bawah kepemimpinan khilafah. Maka, tugas umat hari ini adalah mengokohkan barisan dakwah ideologis, mendukung jamaah yang tulus mengemban Islam kaffah, serta memanfaatkan momentum ini untuk membangkitkan kesadaran politik Islam di tengah umat.
Tragedi Gaza adalah cermin retak dunia modern. Di dalamnya tergambar kebiadaban penjajah, kegagalan sistem internasional, dan kematian rasa malu para pemimpin Muslim. Namun bagi umat Islam, ini bukan akhir. Ini adalah awal kebangkitan, jika mereka mau kembali kepada Islam sebagai ideologi hidup, dan menapaki jalan Rasulullah untuk menegakkan kemuliaan Islam.Dan sejarah telah mengajarkan: ketika umat sadar, bangkit, dan bersatu, tak ada kekuatan yang mampu membendungnya.
Kemuliaan umat harus diperjuangkan Kembali. Umat harus dibangun kesadarannya akan janji Allah, dan didorong untuk mewujudlkannya Kembali.Upaya itu membutuhkan kepemimpinan sebuah jamaah dakwah ideologis yang tulus mengajak umat untuk berjuang.Dengan rahmat Allah, jalan dakwah akan mendapatkan hasil sepanjang menapaki thariqah Rasulullah, sebagaimana yang diemban oleh jamaah dakwah ideologis yang tulus menerapkan Islam kaffah.Demikian juga perjuangan pembebasan Palestina akan terwujud ketika Khilafah tegak dan menyerukan jihad sebagai solusi tuntas. Umat harus memnafaatkan momentum ini –genosida Gaza- untuk membangkitkan Umat dan mewujudlkan kemuliaan Islam.
Kita yakin bahwa dengan izin Allah SWT serta kesungguhan dakwah dan perjuangan, Khilafah Islam akan kembali memimpin dunia dengan keadilan, kemuliaan dan kesejahteraan hakiki. Khilafah juga akan menciptakan persatuan dan persaudaraan hakiki sesama Muslim. sekaligus akan mengembalikan kekuatan umat yang telah lama hilang.Kita pun yakin, menegakkan Khilafah Islam—sebuah sistem pemerintahan Islam global—bukanlah mimpi atau utopia, melainkan kewajiban syar’i dan keniscayaan sejarah yang pernah ada dan insya Allah akan kembali tegak.WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.