Oleh : Farah Aulia Rahmah (Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat)
Tiada hari rasanya tidak memegang handphone walaupun hanya sebentar tapi yang langsung dilihat biasanya konten yang menarik di media sosial. Salah satunya yaitu aplikasi yang dimana hampir semua generasi dari yang muda sampai yang tua punya aplikasi ini untuk ditonton sehari-hari sebagai hiburan yaitu aplikasi media sosial yang mempunyai fitur live streaming. Terkadang tidak terasa waktu seharian untuk menscroll dan melihat live streaming di media sosial.
Terlepas dari hiburan yang ditawarkan, baru-baru ini ada konten yang sedang viral terdapat di wilayah Kalimantan Selatan, bahkan dianggap mulai meresahkan dimana-mana baik di kalangan orang dewasa maupun anak-anak, salah satunya live streaming yang dilakukan oleh orang tua dengan berteriak-teriak hingga mengganggu lingkungan sekitar. Setiap kontennya ini berisi hiburan dan live streaming di media sosial untuk mendapatkan saweran dari penonton.
Selama melakukan live streaming di media sosial terkadang tingkah laku mereka ini sangat meresahkan terutama anaknya yang seringkali mendengarkan, dan melihat langsung sikap orang tuanya seperti berteriak teriak bahkan sampai meluapkan emosi nya saat membaca beberapa komentar netizen ketika lagi live streaming di media sosial. Meskipun tujuannya mungkin untuk menghibur atau mencari perhatian, kita perlu melihat dampak jangka panjangnya, terutama terhadap kesehatan mental anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan tersebut.
Dampak dari perilaku orang tua yang berteriak-teriak dengan menyebutkan kata-kata yang kurang pantas seperti hinaan dan caci maki saat live streaming di media sosial, meskipun diklaim sebagai hiburan, sejatinya meninggalkan luka yang mendalam bagi kesehatan mental anak. Anak-anak yang terpapar kebisingan dan kegaduhan secara terus-menerus cenderung mengalami stres, kecemasan, bahkan depresi. Mereka mungkin merasa tidak aman di rumahnya sendiri, tempat yang seharusnya menjadi tempat ketenangan dan perlindungan. Suara keras yang konstan dapat mengganggu konsentrasi belajar, menghambat perkembangan kognitif, dan memicu masalah perilaku seperti mudah marah atau menarik diri dari lingkungan sosial. Lebih jauh lagi, melihat orang tua “tampil” secara berlebihan dengan mengabaikan norma-norma sosial dapat membentuk persepsi yang keliru pada anak tentang batasan privasi dan perilaku yang pantas di ruang publik maupun pribadi.
Dari perspektif perlindungan anak, tindakan orang tua yang mengganggu kenyamanan dan keamanan anak demi konten live streaming dapat dikategorikan sebagai bentuk pengabaian. Penerapan Perlindungan Anak sesuai Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 menjadi krusial dalam konteks fenomena live streaming yang mengganggu. Ketika orang tua terlibat dalam siaran langsung yang bising dan penuh emosi negatif, hak anak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang secara optimal terancam. Lingkungan yang seharusnya menjadi tempat perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar anak, justru berubah menjadi sumber tekanan dan ketidaknyamanan. Ini adalah bentuk pengabaian terhadap martabat kemanusiaan anak, karena secara tidak langsung, mereka terpapar pada situasi yang dapat memicu stres, kecemasan, bahkan depresi. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa kebebasan berekspresi di media sosial tidak boleh mengesampingkan kewajiban moral dan hukum untuk menyediakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung perkembangan optimal anak, bebas dari kekerasan verbal maupun diskriminasi yang terselubung dalam bentuk konten digital.
Untuk mengatasi fenomena live streaming yang sedang viral ini, peran pemerintah menjadi sangat vital. Pemerintah dapat mengambil langkah proaktif dengan memperkuat regulasi terkait konten digital, khususnya yang melibatkan anak-anak. Ini bisa berupa penerbitan pedoman yang lebih ketat bagi platform media sosial untuk memastikan adanya sensor atau moderasi otomatis terhadap konten yang berpotensi melanggar hak anak, seperti konten yang mengandung kekerasan verbal atau emosional. Selain itu, pemerintah perlu menggalakkan edukasi publik secara masif mengenai dampak negatif live streaming yang tidak bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak, melalui kampanye kesadaran di berbagai media. Penegakan hukum juga harus lebih tegas, di mana individu atau pihak yang terbukti mengeksploitasi atau menelantarkan anak demi konten live streaming dapat dikenai sanksi sesuai Undang-Undang Perlindungan Anak, sehingga memberikan efek jera. Pemerintah juga bisa memfasilitasi pembentukan layanan pengaduan yang mudah diakses bagi masyarakat untuk melaporkan konten live streaming yang merugikan anak.
Di sisi lain, peran masyarakat juga tidak kalah penting. Masyarakat, terutama orang tua, harus lebih bijak dan proaktif dalam mengawasi serta mengontrol tontonan anak-anak mereka. Ini berarti tidak hanya melarang, tetapi juga memberikan pemahaman tentang dampak buruk live streaming yang negatif, serta mengajarkan literasi digital sejak dini agar anak-anak mampu memilah informasi dan hiburan yang sehat. Lingkungan keluarga harus menjadi garda terdepan dalam menciptakan suasana yang aman dan nyaman, jauh dari kebisingan dan konflik yang terpapar melalui live streaming. Selain itu, masyarakat juga diharapkan untuk tidak turut serta dalam menyebarkan atau bahkan “meramaikan” konten live streaming yang meresahkan, melainkan melaporkannya kepada pihak berwenang atau platform terkait. Dengan demikian, kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat akan menciptakan ekosistem digital yang lebih sehat dan bertanggung jawab, demi melindungi generasi penerus bangsa dari dampak negatif fenomena live streaming yang tidak etis.
Dengan demikian, sudah saatnya kita semua menyadari bahwa media sosial bukan sekadar platform hiburan, melainkan cerminan budaya dan pembentuk karakter. Bijaklah dalam memilih konten yang ditonton, jangan biarkan popularitas semata menjadi tolok ukur kebaikan. Ingatlah, apa yang kita konsumsi di dunia maya, terutama oleh anak-anak, akan sangat mempengaruhi perilaku dan pandangan mereka di dunia nyata. Mari bersama-sama menciptakan ruang digital yang lebih sehat, positif, dan bertanggung jawab, demi masa depan anak-anak.