Rabu, Juli 23, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Penguatan Karakter Positif Melalui Menulis Puisi

by Mata Banua
21 Juli 2025
in Opini
0

Oleh : Cintya Nurika Irma (Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP, Universitas Peradaban.)

Karakter positif perlu diimplementasikan secara berkala sebagai upaya pembiasaan dan pelekatan identitas diri.Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam pasal 7 dilaksanakan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Pada penyelenggaraan kegiatan intrakurikuler dilakukan melalui penguatan materi pembelajaran dan metode pembelajaran sesuai dengan muatan kurikulum berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.Penyelenggaraan kegiatan kokuler dilaksanakan untuk pendalaman dan/atau pengayaan kegiatan intrakurikuler sesuai muatan kurikulum. Selain itu, kegiatan eskstrakurikuler meliputi kegiatan krida, karya illmiah, latihan olah bakat/olah,minat, dan kegiatan keagamaan, serta kegiatan penghayatan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Artikel Lainnya

Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Integrasi Teknologidan Lemahnya Minat Baca

22 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\23 Juli 2025\8\8\Hadaya Istifadah.jpg

Membumikan Kembali Istilah Menyusui

22 Juli 2025
Load More

Implementasi tersebut teraktualisasi melalui materi dan metode pembelajaran yang dilaksanakan pada satuan Pendidikan serta penguatan nilai-nilai karakter yang dibentuk secara konsitensi dan berkesinambungan dalam pembentukan di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Konsitensi dan kesinambungan tersebut dapat diwujudkan melalui pembelajaran sastra, salah satunya puisi yang dapat dibelajarakan pada jenjang sekolah dasar. Puisi merupakan pengungkapan rasa, imajinasi serta pikiran yang tersurat melalui keindahan diksi, imaji maupun majas yang dikemas secara estetik dan padu. Terdapat tiga tahapan dalam melakukan pembelajaran puisi meliputi penunjukkan rasa dan pikiran, pelibatan dan pemutusan, dan penerapan karsa dan keterampilan berbahasa. Pada tahapan penunjukan rasa dan pikiran merupakan proses mengetahui sejauh mana sensitivitas dan emosional siswa dalam merespons topik yang dibahas.

Misalnya topik tentang banjir maka siswa akan menyampaikan apa yang diketahui, dipikirkan, dan dirasakan dari penyebab dan akibat terjadinya bencana tersebut. Tahap pelibatan dan pemutusan merupakan tahapan yang dilakukan untuk menumbuhkan sikap simpati dan empati terkait topik yang dibahas baik yang dialami secara pribadi maupun orang lain.

Tahap ini juga akan menuntut siswa untuk merenungkan dan pencarian informasi yang sesuai untuk melengkapi informasi yang telah diketahui sebelumnya.

Jika siswa pernah mengalami situasi kebanjiran maka siswa akandengan mudah untuk memperoleh gambaran kondisi yang terjadi, misalnya rasa ketidaknyamanan, kekhawatiran maupun ketakutan. Berbeda bagi siswa yang belum merasakan situasi tersebut maka diperlukan penggambaran langsung seperti melihat tayangan rekaman yang diperoleh dari sumber digital.

Selama proses tersebut, siswa akan melakukan pengelompokan hasil pemikiran seperti tindakan-tindakan penyebab terjadinya banjir, hal-hal yang harus dilakukan maupun siapa saja yang bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan. Hasil dari pengelompokan tersebut akan memberikan keputusan bagi siswa dari simpulan hasil informasi yang diperoleh. Selanjutnya, pada tahap penetapan karsa dan keterampilan berbahasa akan terwujud dari dua tahap yang dilalui.

Penetapan karsa akan ditunjukkan melalui sikap seperti apa yang akan dilakukan siswa guna mengatasi permasalahan pada topik yang dibahassebagai wujud refleksi batin. Tahap terakhir diimplementasikan dalam tulisan puisi, siswa secara tidak langsung akan menggunakan diksi dalam penceritaan dan penunjukkan emosi.

Hasil dari menulis puisi dapat digunakan oleh guru dalam mengidentifikasi kepekaan siswa dalam merespons permasalahan dan melakukan evaluasi tentang apa yang dipahami dan diyakini oleh siswa. Tindakan pertama yang dapat dilakukan guru dengan membuat siswa secara berkelompok, misalnya kelompok siswa yang pernah merasakan kebanjiran dan kelompok siswa yang belum pernah merasakan kebanjiran. Kegiatan tersebut akan saling menyampaikan informasi dan tanggapan persetujuan dan penolakan melalui informasi faktual yang disampaikan.

Selain itu, penguatan penambahan informasi bisa dilakukan oleh guru dengan melakukan penanyangan video yang sesuai dengan topik yang dibahas dan jika memungkinkan bisa pula dengan melakukan pengamatan langsung sesuai topik yang dibahas.

Setelah informasi, pemahaman, dan keyakinan karakter positif siswa pada topik yang dibahas telah sesuai maka tahap selanjutnya yakni praktik menulis puisi.

Pada siswa dengan fase A dan B, siswa diberikan kebebasan mengekpresikan bahasa maupun diksi yang dipilih. Tahap ini, guru belum menuntut terkait variatif pilihan diksi melainkan menyesuaikan kesesuaian dan kejelasan isi. Berbeda dengan siswa fase C, guru meningkatkan pilihan diksi yang dibelajarkan dan dikuasai siswa.

Pemaksimalan pembelajaran menulis puisi dengan mengintegrasikan karakter positif dapat diberlanjutkan dengan siswa menyampaikan secara langsung makna dan alasan dalam pemilihan diksi serta kisahan dalam puisi yang disusun. Diberlanjutkan dengan adanya saling respons antarsiswa.

Tindakan tersebut akan memperkuat keyakinan dan kepercayaan diri pada hasil karya puisi siswa serta tanggapan dari siswa lainnya sebagai pembaca. Kolaborasi dengan orang tua juga mendukung dalam ketercapaian implementasi tersebut. Guru bekerja sama dengan orang tua melakukan evaluasi hasil menulis puisi dengan memberikan respons tanya dan jawab dan diskusi sehingga adanya keseragaman pemahaman terkait karakter positif.

Pemberian penghargaan juga diperlukan seperti orang tua yang memberikan pelukan, ucapan “bagus” atau “benar sekali”, penempelan karya di sudut rumah atau sekolah, pertunjukan pembacaan puisi dalam acara sekolah, dan tindakan lainnya yang meningkatkan motivasi dan minat siswa.

Tentu karakter positif ini juga perlu adanya keberlanjutan tindakan yang nyata secara berkelanjutan agar sinkron antara teori yang dipelajari dan praktik dalam keseharian dengan dukungan pihak pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat.

 

ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA