
Bicara tentang pendidikan itu bicara tentang kualitas suatu bangsa. Pendidikan punya peran besar bagi sebuah negara, karena hasil pendidikan itulah yang akan menentukan kemana arah negara tersebut. Negara pun punya cara masing-masing agar pendidikan tersebut didapatkan oleh semua kalangan, tidak ada lagi ada kata tertinggal sebab karena masalah sosial.
Upaya pemerataan pendidikan ini pun dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto salah satunya adalah sekolah rakyat.
Sekolah Rakyat adalah program nasional Presiden Prabowo Subianto. Sekolah gratis berbasis asrama yang dirancang untuk membantu anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem mendapatkan akses pendidikan yang layak. Sekolah Rakyat yang sudah siap untuk dijalankan salah satunya adalah di kalsel.
Dikutip dari antaranews.com (02/07/2025) Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan (Dinsos Kalsel) mulai menerima 225 peserta didik untuk mengikuti pembelajaran Sekolah Rakyat pada tahap pertama yang dimulai awal Juli 2025.
“Saat ini, Sekolah Rakyat di Kalsel siap berjalan, kita sudah menerima 225 murid yang mayoritas berasal dari keluarga tidak mampu, terutama dari desil 1 dan desil 2. Artinya, mereka masuk kategori miskin yang berhak mendapatkan dukungan,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinsos Provinsi Kalsel Gusti Yanuar Noor Rifai dikonfirmasi di Banjarmasin, Jumat.
Gagasan sekolah rakyat merupakan bentuk upaya pemerintah untuk mencerdaskan bangsa, namun dilihat dari sisi lain sekolah rakyat ini muncul karena negara justru gagal menyediakan pendidikan gratis, berkualitas dan merata.
Mengapa dikatakan demikian, harusnya pendidikan yang sudah disediakan sudah mampu menjalankan misi dan visi negara untuk mencerdaskan suatu bangsa. Pendidikan adalah tanggung jawab pemimpin bahkan negara, fasilitas pendidikan yang menunjang proses belajar, dan kualitas pengajar justru hari ini abai.
Banyak guru-guru yang masih berada dibawah garis kemiskinan, padahal para guru berhak mendapatkan apresiasi terbaik dari pemerintah karena pengorbanannya mencerdaskan anak-anak bangsa.
Apalagi negara justru menyerahkan pendidikan kepada logika pasar-pasar berbayar, terstandar akreditasi kapitalistik, dan minim adab, fokusnya hanya berbicara pada cinta tanah air, bela negara, dan penguatan nasionalisme namun abai terhadap pembinaan adab dan syariat islam., sehingga orientasi pendidikan itu sendiri sudah mulai bergeser yaitu pendidikan hanya untuk meraih materi. Akibatnya tujuan pendidikan yang sesungguhnya gagal sehingga menciptakan generasi yang miris sebagaimana yang kita lihat hari ini, siswa ada yang berani dengan guru, bahkan sampai melukai, padahal ridho guru adalah letak keberkahan ilmu.
Hilangnya jati diri seorang penuntun ilmu generasi hari ini adalah akar dari krisis generasi yang tidak mengenal orientasi hidup yang benar sesuai tujuan penciptaan manusia. Hal ini tentu tidak terjadi dengan begitu saja. Sistem kapitalisme lah akar dari semuanya. Ideologis kapitalis yang berlandaskan materi menjadikan hilangnya jati diri pendidikan sejati, pendidikan yang justru mencerdaskan, membentuk generasi yang beradab namun justru dibentuk dengan tujuan meraih materi sebanyak-banyaknya. Setelah menyelesaikan pendidikan maka target dari pendidikan tersebut adalah pasar, dengan alasan dari pendidikan maka akan membantu perekonomian bahkan memberantas kemiskinan. Sehingga ide ini pun tertanam kepada para pelajar untuk menyelesaikan sekolahnya hanya untuk materi semata.
Berbeda dengan sistem Islam, sistem yang orientasi hidup berdasarkan aturan Allah swt.
Dalam islam pendidikan rakyat adalah kewajiban negara bukan karena janji politik semata, bahkan hanya alasan membantu perekonomian. Negara islam (Khilafah) menjamin pendidikan dasar hingga tinggi secara gratis dan berkualitas tanpa diskriminasi atau wilayah. Dengan begitu pendidikan dapat diperoleh semua kalangan.
Tidak ada yang namanya pengotakan antara elit vs rakyat karena islam menjamin kesetaraan akses.
Kurikulum pendidikan negara islam yang tetap tidak berubah-ubah setiap tahunnya. Kurikulum pendidikan ini berbasis Akidah Islam yang membentuk generasi berpikir mendalam, bertakwa, dan siap membangun peradaban. Hal ini membuat ilmuan-ilmuan hebat lahir, tidak hanya unggul dalam bidang ilmu pengetahuan tetapi juga unggul dalam segi agama. Seperti yang pernah kita dengar, Ibnu sina seorang filsuf dan dokter yang terkenal dengan karyanya “Canon ofMedicine, Al-Khawarizmi, bapak aljabar, Ibnu Haytham, bapak optik modern, dan Al-Razi, perintis kimia dan farmasi dan masih banyak lagi ilmuan hebat yang lahir karena sistem islam.
Disisi lain kehidupan masyarakat dalam islam adalah masyarakat sejahtera karena pemimpin dalam islam akan berupaya memanfaatkan sumber daya alamnya untuk kepentingan rakyat bukan kepentingan memperkaya para petinggi-petingginya. Sehingga keadaan tersebut tidak hanya terjaminnya kualitas pendidikan tetapi dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Sehingga yang kita lihat hari ini tentu jauh dari sejahteranya kehidupan masyarakat ketika sistem yang diterapkan kapitalis sekuler (pemisahan agama dari kehidupan). Sekolah Rakyat yang digagas ini tidak sepenuhnya salah, mungkin lahir dari niat yang baik, tetapi tetap berepulusi kembali dalam sistem pendidikan yang cacat secara ideologis karena tidak menghapus akar ketimpangan pendidikan, tidak membangun generasi berbasis akidah, dan tidak menyentuh peran negara secara menyeluruh dalam mengurus pendidikan.
Hanya sistem Islam yang mampu menjadikan setiap sekolah sebagai sekolah Rakyat sejati, gratis, bermutu, ideologis, dan mencetak generasi rabbani.