Kamis, September 18, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Idul Adha, Hukum, dan Gen Z yang Bingung Mau Kurban Apa

by Mata Banua
3 Juni 2025
in Opini
0
D:\2025\Juni 2025\4 Juni 2025\8\8\master opini.jpg
Foto:/ilustrasi

 

Oleh : Ahmad Mukhallish Aqidi Hasmar, S.H. (Mahasiswa Program Magister Hukum Universitas Mulawarman Samarinda)

Artikel Lainnya

D:\2025\September 2025\18 September 2025\8\8\Ridho Pratama Satria.jpg

Gaya Hidup Sehat dan Oknum-Oknum Kapitalis

17 September 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Kurikulum Berbasis Cinta, Solusi untuk Pendidikan Hari Ini?

17 September 2025
Load More

Setiap kali Idul Adha tiba, ada satu ayat yang selalu dibaca di mana-mana. Mulai dari khotbah salat Ied, caption Instagram, hingga status WA grup alumni SD yang dulu isinya cuma bercandaan, tapi sekarang mendadak religius.

“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.”(QS Al-Hajj: 37)

Ayat ini seharusnya jadi pengingat bahwa kurban bukan urusan darah atau daging doang. Tapi soal ketulusan. Soal hati. Soal apa yang kita relakan dari dalam diri. Tapi yah, kadang hidup terlalu sibuk buat mikir hal-hal mendalam kayak gitu. Yang penting kambingnya ngorok, fotonya bagus, caption-nya manis, beres.

Padahal kalau mau jujur, suasana Idul Adha hari ini makin terasa ganjil. Di satu sisi, masjid-masjid ramai. Tukang sate kebanjiran order. Tapi di sisi lain, publik makin capek melihat hukum yang kayak main tebak-tebakan: hari ini tajam, besok tumpul, lusa bengkok.

Dan di tengah-tengah situasi yang disebut salah satu tulisan di Gemari sebagai “ketidakberesan yang hampir sempurna” itu, kita jadi mempertanyakan: kurban ini buat siapa, sih?

Kalau buat Allah, ayatnya udah jelas: Allah nggak butuh daging. Kalau buat orang miskin, alhamdulillah. Tapi kalau buat numpangbranding, ya selamat. Anda sedang membuat kurban jadi ajang pemoles citra.

Mari kita mundur sebentar dan lihat realita di luar kandang kambing. Gen Z hari ini tumbuh di zaman serba cepat, tapi juga serba absurd. Mereka bisa bikin petisi online dalam 3 menit, tapi juga bisa jadi korban sistem hukum yang kayak karet: lentur kalau kena kuasa.

Mereka ini generasi yang melek isu, gampang ngegas kalau ada ketidakadilan, tapi sering diremehkan. Dibilang nggak sopan. Katanya terlalu frontal. Padahal kadang yang frontal itu bukan mereka, tapi kenyataan.

Nah, justru Gen Z ini yang seharusnya kita dorong untuk mulai memaknai kurban secara lebih luas. Bahwa kurban bukan sekadar ritual tahunan, tapi refleksi: apa yang selama ini kita pertahankan padahal seharusnya dilepas?

Ego? Gengsi? Jabatan? Wacana yang kita tahu salah tapi tetap kita bela demi validasi? Atau mungkin rasa nyaman dalam sistem yang timpang?

Karena dunia ini terlalu menggoda, Cuy. Penuh kilau, penuh janji. Harta yang kayaknya bakal bikin hidup adem, jabatan yang membuat orang-orang mendadak manggil kita “Bapak”, atau cinta yang ternyata cuma modal janji manis dan captionaesthetic. Semuanya memikat, semuanya manissampai kita sadar, kita sedang tersesat dalam fatamorgana.

Fatamorgana yang bikin kita kejar pencapaian, tapi lupa kedamaian. Yang bikin kita sibuk memoles citra, tapi kehilangan makna. Yang bikin kita lupa kalau Idul Adha bukan tentang seberapa mahal sapi yang dibeli, tapi seberapa besar ego yang berhasil disembelih.

Dalam dunia yang gemerlap ini, kurban sejatinya adalah perlawanan. Bukan cuma sembelih hewan, tapi sembelih nafsu. Bukan cuma bagi-bagi daging, tapi bagi-bagi ruang bagi yang tertindas untuk bersuara. Bukan cuma soal keikhlasan Ibrahim, tapi juga keberanian buat bilang: “Udah, cukup. Ini salah. Ini harus diubah.”

Lalu kita bertanya: kenapa hukum terasa makin jauh dari rasa adil? Kenapa suara-suara kritis makin ditekan? Kenapa tulisan bisa dihapus hanya karena isinya bikin beberapa orang nggak nyaman?

Pertanyaan ini mengganggu banyak kepala, termasuk kepala para Gen Z yang lagi belajar membedakan antara ‘patuh’ dan ‘membebek’.

Dan di tengah semua itu, kita kembali ke ayat tadi. Bahwa kurban sejati nggak ada hubungannya sama jumlah tusukan sate. Tapi tentang seberapa dalam kita menyelami makna memberi.

Jadi, Idul Adha kali ini, apa yang kita korbankan?

Kalau jawabannya cuma kambing dan dua story Instagram, ya selamat. Anda tidak sedang berkurban, Anda sedang berpartisipasi dalam festival tahunan.

Tapi kalau jawabannya adalah: saya mulai melepaskan kesombongan, mulai belajar jujur, mulai berani bilang “ini nggakbener” meskipun sendirian, maka mungkin kita sudah mulai berkurban dalam arti yang paling nyata.

Dan siapa tahu, di tengah dunia yang makin absurd ini, itu adalah bentuk kurban paling langka dan paling mahal: kejujuran pada diri sendiri.

Karena kambing boleh mati, tapi kalau ego kita masih hidup dan kenyang, mungkin kita bukan sedang menyembelih hewan. Kita cuma sedang menyembunyikan diri dari kenyataan.

Selamat Idul Adha. Semoga kurban kita sampai ke langit. Bukan hanya ke perut.

 

ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA