
BANJARMASIN – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan (Dinkes Kalsel) mencatat 35.409 bayi atau 48,31 persen dari total sasaran telah menjalani deteksi dini (skrining) penyakit jantung bawaan selama 2024.
“Sebanyak 20 bayi terdeteksi gagal skrining, sehingga ditindaklanjuti pemeriksaan lanjutan dan tata laksana awal,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Kalsel M Muslim, Selasa (29/4).
Ia mengatakan, Dinkes Provinsi Kalsel mendata 16.703 sampel bayi telah menjalani pemeriksaan Hipotiroid Kongenital dengan hasil dua bayi positif menderita.
Muslim menyebutkan, puluhan ribu bayi baru lahir di Kalsel telah menjalani program skrining untuk mendeteksi dini penyakit, seperti Hiperplasia Adrenal Kongenital dan defisiensi enzim G6PD.
“Deteksi dini terhadap penyakit ini sangat penting, mengingat keterlambatan penanganan dapat berdampak fatal terhadap tumbuh kembang anak,” ucapnya.
Selain mendeteksi dini, Dinkes Kalsel juga meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan rumah sakit dan puskesmas dengan mengikuti pelatihan skrining bayi baru lahir sebagai bagian dari upaya strategis menurunkan angka kematian bayi, dan meningkatkan kualitas hidup anak sejak dini.
Ia mengungkapkan, skrining terhadap bayi baru lahir merupakan investasi jangka panjang untuk mencetak generasi yang sehat dan berkualitas.
Pada pelatihan tersebut, Dinkes Kalsel berkolaborasi dengan sejumlah mitra termasuk rumah sakit rujukan, seperti RSUP Dr Sardjito Yogyakarta yang telah menjadi mitra pengolahan sampel skrining sejak 2023.
“Kunci sukses dari program ini bukan hanya pada alat dan teknologi, tetapi juga pada komitmen, kompetensi, dan sinergi antara tenaga kesehatan, pemerintah, serta masyarakat,” pungkas Muslim. ant

