
RANTAU – Cabai Rawit Hiyung yang ditanam Kelompok Tani Karya Baru dengan metode apung telah berumur satu minggu dengan total 2.400 bibit di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin.
Ketua Kelompok Tani Karya Baru Junaidi mengatakan, sejauh ini metode apung menunjukan hasil yang cukup baik. Dari total bibit yang ditanam sekitar 100 tanaman mengalami kematian akibat tingginya curah hujan.
“Dalam budidaya cabai hiyung, kematian bibit adalah hal yang biasa. Selama jumlahnya tidak melebihi 50 persen dari total tanaman awal, masih bisa dikategorikan normal,” ujarnya, Senin (10/3).
Ia menjelaskan, pertumbuhan Cabai Hiyung dengan metode apung memang memiliki perbedaan dibandingkan dengan penanaman di tanah, salah satunya perkembangan akar yang terbatas dapat mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman.
“Namun secara keseluruhan, pertumbuhan Cabai Hiyung dalam metode apung ini masih terpantau baik,” katanya.
Ia menyebutkan, Panen Cabai Hiyung diperkirakan akan berlangsung pada awal Juli, dengan target produksi mencapai dua ton.
Sementara, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tapin Triasmoro menambahkan, budidaya dengan metode apung ini bisa menjadi solusi di tengah tantangan lahan pertanian yang semakin terbatas.
“Kami akan terus memantau dan memberikan pendampingan kepada Poktan Karya Baru agar hasil panennya optimal,” ucap Triasmoro.
Dengan inovasi pengembangan metode apung, lanjut dia, diharapkan petani di Tapin dapat meningkatkan produktivitas pertanian, sekaligus menjaga keberlanjutan budidaya Cabai Hiyung yang telah menjadi salah satu komoditas unggulan daerah. ant