
RANTAU,- Inovasi untuk pengembangan cabe rawit Hiyung terus dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian. Kali ini dibantu oleh Bank Indonesia, petani cabe Hiyung di desa Hiyung, kecamatan Tapin Tengah kembangkan pertanian terapung.
Junaidi salah satu, petani desa Hiyung mengungkapkan, kesulitan petani cabe saat musim penghujan ialah lahan yang terendam, diharapkan dengan teknologi pertanian apung ini, lahan pertanian tidak lagi terendah.
“Diharapkan dengan adanya inovasi ini, produksi cabe Hiyung bisa terus berjalan,” ujarnya kepada awak media, Kamis (08/01/25).
Seperti yang diutarakan Junaidi, metode tanam cabai terapung ini menggunakan rakit bambu yang di beri media tanam tanah, kemudian baru di tanam bibit cabai.
Dibantu Bank Indonesia, ada sebanyak 30 rakit yang dibuat dan pembuatan dilakukan sejak Selasa 7 Januari lalu dan tiap rakit dibuat oleh depalan orang petani.”Setelah dua hari pembukaan, rakit langsung di taman bibi cabai,” ucapnya.
Ditambahkan Junaidi dalam satu rakit dapat di tanam 90 bibit cabai Hiyung, jika dikalikan 30 rakit, maka ada sebanyak 2.700 bibit cabai yang bisa di taman.
“Selama musim penghujan kadang stok cabai bisa sampai kosong, sehingga dengan metode ini, kita tidak lagi kesulitan dalam menanam cabai dan produksi bisa terus berlanjut,” tambahnya.
Tri Asmoro Kepala Dinas Pertanian menambahkan, inovasi pertanian terapung ini merupakan metode terbaik untuk mengatasi kelangkaan cabe dan metode ini akan terus kita evaluasi perkembangannya.
“Jika memang berhasil dan menguntungkan, kita akan mempelajari metode ini untuk dikembangkan lebih lanjut bersama petani,” tambahnya.{[her/mb03]}