Minggu, Agustus 24, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Kapitalis Gagal Menjamin Kesehatan Mental Anak?

by Mata Banua
18 Juli 2024
in Opini
0

Oleh : Zhafira Ayu (Aktivis Dakwah)

WHO menyatakan bahwa depresi berada pada urutan nomor 4 penyakit di dunia, dan diprediksikan  akan menjadi masalah gangguan kesehatan yang utama. Bunuh diri menjadi isu kesehatan masyarakat serius saat ini. Menurut WHO, 2019, sekitar 800.000 orang meninggal akibat bunuh diri per tahun, di dunia. Angka bunuh diri lebih tinggi pada usia muda. Di Asia Tenggara, angkabunuhdiritertinggiterdapat di Thailand yaitu 12.9 (per 100.000 populasi), Singapura (7,9), Vietnam (7.0), Malaysia (6.2), Indonesia  (3.7), dan Filipina (3.7). Perilaku bunuh diri (ide bunuhdiri, rencana bunuh diri, dan tindakan bunuh diri) dikaitkan dengan berbagai gangguan jiwa, misalnya gangguan depresi. Gejala depresi, misalnya merasa tidak berguna, tidak ada harapan atau putus asa merupakan faktor risiko bunuh diri. Sebanyak 55% orang dengan depresi memiliki ide bunuh diri. Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung dan iritabilitas.

Artikel Lainnya

Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Kebijakan Pemblokiran Rekening Dormant, Solusi Ambigu Salah Sasaran

21 Agustus 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

PR Kita Setelah Merdeka

21 Agustus 2025
Load More

Tren bunuh diri meningkat di Indonesia. Sepanjang Oktober 2023, sudah ada tiga kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa. Peristiwa terbaru terjadi pada Selasa (10-10-2023) yang melibatkan seorang mahasiswi Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Pada tanggal yang sama, seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Kupang juga mengakhiri hidupnya beberapa saat sebelum wisuda. Kasus sebelumnya, seorang mahasiswi UMY Yogyakarta ditemukan tidak bernyawa setelah diduga menjatuhkan diri dari lantai empat asrama putri University Residence UMY pada Senin (2-10-2023).

MENINGKAT KASUS BUNDIR

Seorang pelajar SMK di Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara (Sumut) inisial GPG (17) ditemukan tewas gantung diri di kamarnya. Korban diduga nekat mengakhiri hidupnya karena memiliki masalah di sekolah.

“(Di TKP) personel Polsek Gido melihat korban dalam keadaan tidak bernyawa dengan posisi tergantung dengan ikatan tali di leher,” ujar Kasi Humas Polres Nias Iptu Osiduhugo Daeli, Kamis (2/5/2024)

Fakta ini mengindikasikan bahwa Indonesia sedang darurat kesehatan mental. Ketika seseorang dihinggapi masalah hidup yang begitu pelik, diambillah jalan pintas kematian. Bunuh diri seolah menjadi aktualisasi atas keputusasaan menyelesaikan masalah atau mencari jalan keluar terbaik dari masalah yang ada. Angka bunuh diri yang makin meninggi menunjukkan seakan hidup tidak ada artin yalagi.

Melansir laman Detik(12-10-2023), pakar psikologi Universitas Airlangga Atika Dian Ariana menjelaskan bahwa terdapat penyebab biologis dan psikologi satau mental yang melatar belakangi seseorang melakukan bunuh diri. Secara biologis, orang tersebut mungkin memiliki keluhan fisik yang membuatnya merasa tidak berdaya, misalnya seperti masalah jantung dan hormonal. Sedangkan secara psikologis, korban mungkin memiliki kerentanan untuk merasa tidak berarti dalam kehidupan.

KARNA SISTEM SEKULER

Ada banyak faktor yang melatar belakangi seseorang nekat bunuhdiri. Salah satu faktor terbanyak adalah depresi karena persoalan hidup yang tidak kunjung usai. Makin banyaknya pemuda bunuh diri sesungguhnya menggambarkan realitas generasi hari ini. Mereka cenderung mengambil jalan pintas dengan bunuh diri untuk menyelesaikan masalah.

Mereka juga menjadi generasi yang mudah menyerah dalam menghadapi gelombang kehidupan. Alhasil, sikap putus asa, hopeless, stres, hingga depresi, menjadi penyakit mental yang mudah menghinggap dalam kehidupan mereka. Mereka berpikir dengan bunuh diri, semua beban masalah dan mental mereka akan terlepas dan berakhir.

Mengapa generasi kita menjadi seperti ini? Faktor utamanya ialah penerapan sistem sekuler kapitalisme yang gagal mewujudkan generasi kuat dan tangguh. Sistem ini mengeliminasi peran tiga pilar pembentuk generasi.

Pertama, keluarga. Generasi yang memiliki mental rapuh kebanyakan dialami oleh mereka yang lahir dan besar di lingkungan keluarga broken home, fatherless, motherless, atau hidup berjauhan dengan orang tua. Belakangan ini, ramai perbincangan terkait Indonesia yang disebut sebagai negara fatherless ketiga terbanyak di dunia. Orang tua ada, tetapi kehadiran mereka seperti tidak ada. Anak tidakmerasakan peran dan kehadiran ayah atau ibunya, baik secara fisik maupun psikis.

Kedua, sekolah dan masyarakat. Kurikulum pendidikan yang berlaku hari ini adalah kurikulum sekuler yang menjauhkan manusia dari aturan Allah Taala. Hasilnya, generasi kita terdidik dengan cara pandang kapitalis mesekularisme. Standar kebahagiaan hidup tertinggi adalah meraih sebanyak-banyaknya materi dan kesenangan duniawi. Ketika mereka gagal meraihnya, depresi menjadi hal yang tidak terhindarkan. Perilaku mereka tidak lagi terkendali dalam standar halal-haram. Masyarakat yang terbentuk adalah individualis kapitalistik.

Ketiga, peran negara. Remaja dan pemuda merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap perilaku bunuh diri. Salah satu hal yang juga harus diperhatikan dari kasus bunuh diria dalah terjadinya copycat suicide, tindakan bunuh diri yang dilatar belakangi ingin meniru kasus bunuh diri sebelumnya. Contohnya, kasus puluhan pelajar SMP di Bengkulu yang melukai lengan kirinya dengan benda tajam. Usut punya usut, mereka melakukan itu karena mengikuti tren di media sosial. Mereka mengalami krisis identitas sehingga tidak mampu menyaring mana yang harus jadi panutan dan mana yang tidak layak dijadikan teladan.

Alhasil factor yang vital adalah peran negara yang abai hari ini, tidak memberi ruang aman bagi generasi. Generasi yang lahir hari ini adalah generasi yang lemah, lemah akidah, akhlak dan lain sebagianya. Ketika diuji masalah, mereka mensolusikan dengan hal hal yang rusak. Tidak bisa mencari Solusi atas masalah yang dihadapi.

Pada era digital, internet telah menjadi sumber utama informasi yang memberikan penggambaran tidak pantas mengenai bunuh diri dan masalah kesehatan mental. Apalagi jika melihat tayangan/tontonan yang mengangkat perihal bunuh diri. Media berperan sangat signifikan dalam menciptakan lingkungan kondusif bagi pertumbuhan kesehatan jiwa tiap individu. mereka mudah meniru apa yang mereka lihat di sosmed.

Tidak jarang, generasi muda banyak meniru gaya hidup sekuler liberal lewattayangan yang mereka tonton sehari-haritanpa filter yang benar. Di sinilah peran negara terkesan mandul untuk sekadar bersikap tegas terhadap muatan film atau tayangan bernuansa sekuler liberal.

ISLAM SOLUSI

Islam menegaskan bahwa kebahagiaan hakiki seorang muslim adalah meraih rida Allah Taala. Islam sebagai ideologi yang sempurna juga telah mewajibkan Negara (Khilafah) melindungi dan menjamin kehidupan warganya.

Di satusisi, Islam memang memberikan pijakan individual bahwa ketakwaan dan ketawakalan seorang hamba adalah modal besar dan pedoman utama menjalani kehidupan. Akan tetapi, di sisi lain Islam juga memberikan pilar-pilar mengenai kebahagiaan yang harus diwujudkan oleh penguasa bagi rakyat yang dipimpinnya.

Jelas, system kapitalissekulerlahakarpenyebabmasalah yang terjadihariini, makakitaharus Kembali pada system aturan yang shohih yakni islam.

 

 

Tags: Aktivis DakwahKapitalisZhafira Ayu
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA