
Beberapa waktu lalu, saya iseng menelusuri beberapa website dan aplikasi cek khodam yang sedang viral. Ternyata, temuan aplikasi itu sangat melimpah. Dalam hati saya berpikir “ini gila”. Lantaran saya jadikan status WhatsApp, banyak sahabat-sahabat saya tertarik dan minta kiriman situs cek khodam. “Bro, tolong cekkan khodamku, atau kirim linknya ya,” kata salah satu rekan. Teman-teman saya yang masih berkiblat pada nalar dan kitab suci pun melakukan gerakan kultural untuk melawan arus demam cek khodam. Mereka membagikan meme bertuliskan “cek khodam vs ngaji Al-Quran”, “cek khodam vs ngaji filsafat”, “cek khodam vs psikolog” dan lainnya.
Di era serba digital dan hampir semua orang meyakini masyarakat modern tidak lagi berkiblat pada klenik, mistisisme, takhayul, ternyata kredo ini tidak semua benar. Realitasnya, di era serba berkiblat pada kecerdasan buatan justru logika terbalik terbukti. Apa saja? Ya, salah satunya fenomena berkiblatnya manusia pada hal-hal klenik. Meski rata-rata sekadar iseng, penasaran, mengisi waktu luang, namun cek khodam adalah bentuk irasional dan matinya nalar saintis.
Fenomena Cek Khodam
Khodam berasal dari bahasa Arab “khadam” yang berarti pembantu, pengawal, pelayan atau penjaga. Di dalam KBBI VI (2024) belum memasukkan “khodam” atau “kodam” di dalamnya. Khodam dalam perspektif spiritual merupakan entitas gaib yang diyakini dapat memberikan bantuan supranatural kepada pemiliknya. Banyak orang yang percaya bahwa dengan memiliki khodam, mereka dapat memperoleh perlindungan, kekuatan, atau keberuntungan. Proses mendapatkan khodam biasanya melibatkan praktik-praktik mistis, seperti meditasi, mantra, atau ritual tertentu.
Cek khodam yang kini menjadi tren di kalangan masyarakat yang tak kenal usia yang ingin mengetahui apakah mereka memiliki khodam atau tidak. Proses ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang dianggap memiliki kemampuan supranatural atau paranormal. Mereka akan melakukan serangkaian tes atau ritual untuk mendeteksi keberadaan khodam melalui aplikasi digital. Tidak jarang, mereka juga memberikan bukti dalam bentuk tanda-tanda fisik atau pengalaman mistis yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan.
Beberapa platform cek khodam itu meliputi khodam.vercel.app, https://vt.tiktok.com/ZSYmBbsxa/, https://check-your-khodam.vercel.app/, https://www.khodam.biz.id/, dan lainnya. Varian situs-situs itu membuktikan bahwa masyarakat Indonesia tak bisa lepas dari kiblat pada takhayul dan klenik. Sebenarnya, fenomena ini sudah lama terjadi sejak dulu ketika manusia belum mengenal ilmu pengetahuan modern. Kehidupan mereka didasarkan pada fenomena alam, klenik, takhayul, mistisisme, atau sebutan lain di setiap daerah. Fenomena cek khodam sebenarnya tak ada bedanya dengan kegiatan mengecek urusan nasib, jodoh, rezeki, dan kematian. Hal ini dimiliki dan diyakini oleh berbagai bangsa mulai dari Yunani, Cina (Tionghoa), dan Jawa (Nusantara). Sebelum berkiblat pada logos, bangsa-bangsa itu merujuk kepada mitos melalui sistem penanggalan mereka.
Dalam buku Filsafat Umum Zaman Now (2018), dijelaskan bahwa orang Yunani berkiblat pada Zodiak yang terdiri atas Aries (14 April-14 Mei), Taurus (14 Mei-14 Juni), Gemini (14 Juni-14 Juli), Cancer (14 Juli-14 Agustus), Leo (14 Agustus-13 September), Virgo (13 September-14 Oktober), Libra (14 Oktober-13 November), Scorpio (13 November-14 Desember), Sagitarius (14 Desember-13 Januari), Kapriokornus (13 Januari -12 Februari), Akuarius (12 Februari-14 Maret), dan Pises (14 Maret -14 April). Bangsa Cina (Tionghoa) juga memiliki sistem zodiac bernama Shio yang memakai hewan-hewan untuk melambangkan tahun, bulan dan waktu dalam astrologi Tionghoa. Pada dasarnya, hewan-hewan ini diambil melambangkan dua belas cabang bumi yang kemudian digabung bersama lima unsur membentuk 1 periode 60 tahun. Keduabelas Shio itu meliputi Tikus, Kerbau, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, dan Babi.
Selain Yunani dan Cina, masyarakat Jawa (Nusantara) juga memiliki sistem Weton atau Petungan Jawa yang yang menggunakan umus nama hari dan angka (Senin:4, Selasa:4, Rabu:7, Kamis:8, Jumat:6, Sabtu:9, Minggu:5), nama pasaran dan angka (Paing:9, Pon:7, Wage:4, Legi:5, Kliwon:8). Dalam mengoperasikan sistem ini, biasanya dihitung dengan pertimbangan nama, neptu, wuku, pangarasan, pancasuda, hari, lintang 12, pranotomongso, dan lainnya. Selain itu, warga dunia sebenarnya digemparkan ramalan-ramalan seperti Nostradamus (1503-1566), Samuel Huntington (1927-2008), ramalan bangsa Aztec, Inca dan Maya, ramalan Jayabaya, ramalan Mama Lauren, termasuk ramalan Kushal Kumar yang memprediksi kiamat dan Perang Dunia III akan terjadi pada 29 Juni 2024 dan diungkap lagi akan kiamat pada 10 Agustus 2024.
Hilangnya Nalar Saintis
Salah dan benarnya, semua itu tidak ada yang tahu. Namanya juga ramalan. Dalam kamus akademik modern, tentu kita harus berkiblat pada nalar dan juga keimanan pada kekuatan Tuhan. Fenomena cek khodam merupakan bentuk ketercerabutan pakar yang otoritatif untuk memprediksi nasib kehidupan. Tahun 2017, Tom Nichols menulis buku The Death of Expertise yang menggegerkan dunia. Seolah, pakar yang secara otoritatif sah secara keilmuan menjadi “tercerabut” oleh pakar abal-abal, Youtuber, Influencer, Selebram, dan pembuat tutorial yang belum pasti dia ahli. Kematian kepakaran memang riil adanya dengan gempuran kecerdasan buatan. Saat ini kita memang benar-benar kehilangan nalar saintis yang dikepung dengan banyak informasi yang tidak jelas sumbernya termasuk dari kecerdasan buatan.
Dalam masyarakat kita yang kaya dengan budaya dan tradisi, fenomena spiritual selalu menjadi bagian tak terpisahkan. Salah satu konsep yang menarik perhatian adalah khodam dan ramalan. Khodam sering kali diartikan sebagai makhluk gaib atau roh penjaga yang membantu pemiliknya dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari perlindungan hingga keberuntungan. Meskipun memiliki akar yang kuat dalam budaya dan kepercayaan lokal, kepercayaan terhadap khodam sering kali bertentangan dengan nalar ilmiah yang rasional. Kepercayaan terhadap khodam dan praktik cek khodam sering kali mendapat kritik dari komunitas ilmiah. Ilmu pengetahuan modern didasarkan pada metode empiris dan bukti yang dapat diukur, diverifikasi, dan direplikasi. Fenomena khodam, yang bersifat supranatural dan tidak dapat diuji dengan metode ilmiah, sering kali dianggap sebagai takhayul.
Mengapa masyarakat modern yang sudah sangat maju dalam bidang sains dan teknologi masih mempercayai hal-hal seperti khodam? Salah satu alasannya adalah karena kebutuhan manusia untuk memahami dan mengendalikan lingkungan sekitarnya, terutama dalam situasi yang penuh ketidakpastian. Kepercayaan ini memberikan rasa aman dan kontrol yang sulit didapatkan dari penjelasan ilmiah. Dalam budaya yang kaya dengan spiritualitas, cerita-cerita tentang khodam sering kali diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini membuat kepercayaan itu menjadi bagian integral dari identitas budaya dan tradisi. Mengabaikan atau menolak kepercayaan ini bisa dianggap sebagai penolakan terhadap warisan budaya sendiri.
Meskipun ada perbedaan fundamental antara kepercayaan terhadap khodam dan pendekatan ilmiah, keduanya tidak harus saling bertentangan secara absolut. Penting untuk menemukan keseimbangan yang menghormati tradisi dan kepercayaan sambil tetap mendorong pendekatan rasional dan kritis. Edukasi dan dialog terbuka antara komunitas ilmiah dan masyarakat dapat membantu memperkuat pemahaman dan penghargaan terhadap kedua sisi ini.
Kepercayaan terhadap khodam dan praktik cek khodam mencerminkan keragaman budaya dan spiritualitas masyarakat kita. Meskipun mungkin bertentangan dengan nalar saintis, kepercayaan ini memberikan wawasan tentang cara manusia memahami dan berinteraksi dengan dunia mereka. Dengan pendekatan yang seimbang, kita dapat menghargai dan memahami berbagai perspektif, baik dari sisi ilmiah maupun spiritual.
Meski demikian, kita harus kembali pada Al-Quran dan Sunnah. Sebab, sampai kapanpun kita akan dibuat was-was soal masa depan, nyawa, kehidupan, jodoh, dan lainnya. Hal itu sudah difirmankan Allah Swt yang artinya “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al-Baqarah ayat 155 – 157). Solusinya adalah perkuat iman, ilmu, amal dengan tetap menggunakan nalar dan akal sehat. Pertanyaanya, apa khodammu hari ini?