Oleh : Nor’alimah, S.Pd
Sebuah gambar buatan AI yang menampilkan tenda-tenda pengungsi Palestina dan slogan bertuliskan “All Eyes on Rafah” menjadi perbincangan hangat di media sosial. Unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 47 juta kali oleh pengguna Instagram. Gambar dan slogan tersebut menjadi viral setelah serangan udara Israel dan kebakaran yang terjadi di sebuah kamp pengungsi Palestina di Kota Rafah, Gaza selatan, awal pekan ini. (BBC Indonesia, 30/05/2024) .
Rafah, kota yang diklaim sebagai zona paling aman dari serangan militer Zion*s, nyatanya diserang juga. Tidak puas membombadir Gaza di wilayah utara, entitas Yahudi mulai menyasar jalur Gaza paling Selatan, yakni Kota Rafah yang menjadi persinggahan terakhir warga Gaza untuk mengungsi. Tidak ada lagi tempat aman bagi warga Palestina, termasuk anak-anak dan kaum perempuannya. Gaza menjadi kota mati, merata dengan tanah dan reruntuhan bangunan. Sudah lebih dari delapan bulan Gaza dibombardir, 36.171 warga Palestina tewas dan 81.420 lainnya terluka
Masyarakat dunia pun merespons atas genosida ini. Maraknya berbagai aksi pro palestina tidak hanya di Indonesia bahkan meluas di berbagai penjuru dunia. Para akademisi turun ke jalan menunjukkan solidaritas terhadap warga Palestina. Mulai dari Amerika Serikat, Eropa, hingga ke Asia. Seluruh mahasiswa unjuk rasa menuntut pemerintah dunia mengambil tindakan tegas agar Israel berhenti melancarkan operasi militernya di Gaza. Mereka terus menyerukan gerakan agar perguruan tinggi melakukan divestasi dari perusahaan yang mendukung Israel. (CNBC Indonesia, 11/05/2024)
Meski dunia mengecam, mengutuk, dan menuntut agar entitas Yahudi penjajah diseret ke pengadilan internasional tertinggi, mereka tetap melanjutkan serangannya. Persoalan Palestina adalah masalah global yang dapat menyatukan pemikiran dan perasaaan umat Islam, kecuali bagi mereka yang iman dan rasa kemanusiaannya sudah mati.
Duka Palestina adalah duka kita semua. Buka mata dan pikiran bahwa kebengisan entitas Yahudi yang sudah melebihi perilaku manusia. Bagi seorang muslim, berpihak pada Palestina adalah kewajiban dan tuntutan akidah Islam. Panggilan akidah ini harus menjadi pendorong bagi setiap muslim untuk menyuarakan dan membela Palestina.
Palestina adalah barometer kondisi umat Islam sekaligus katalisator kebangkitan dan kesadaran umat akan pentingnya seorang pemimpin yang satu bagi umat Islam sedunia. 75 tahun penjajahan entitas Yahudi atas Palestina adalah bukti bahwa sekat negara bangsa adalah penghalang terbesar bagi penguasa negeri-negeri muslim mengirimkan tentara militernya memerangi entitas Yahudi.
Solusi bagi Palestina bukan pula dengan solusi dua negara (two-state solution). Karena ini berkaitan dengan tanah/wilayah yang dicaplok, yaitu wilayah Palestina. Kaum Muslimin bahkan tidak boleh menyerahkannya meski sejengkalpun karena status tanah Palestina adalah tanah Kharaj yang diperoleh pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khaththab.
Solusi yang lainpun tidak akan berpengaruh pada zionis, kecuali diperangi. Dan bahasa perang inilah bahasa yang difahami oleh Zionis, bukan pula bahasa dengan perjanjian gencatan senjata. ‘Negara illegal’ yang didukung oleh negara-negara besar ini harus dihadapi oleh negara yang seimbang, bukan hanya oleh para pejuang yang berasal dari Hamas, Hizbullah ataupun faksi Mujahidin lainnya. Dan negara yang seimbang ini hanya akan ada jika negeri-negeri Muslim yang berpecah-belah kembali disatukan menjadi satu negara superpower yang ditakuti oleh penjajah Barat.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (TQS. al-Maidah [5]: 82).
Sebagai umat Islam sudah selayaknya senantiasa memanjatkan doa terbaik untuk warga Palestina saat ini. Melakukan berbagai upaya untuk menolong saudara-saudara kita di sana dengan solusi hakiki. Diantara upaya bisa dilakukan adalah dengan membina diri dengan Islam kaffah, agar bisa memahami akar persoalan Palestina. Kemudian mendakwahkannya kepada Masyarakat.
Menyerukan kepada para pemimpin muslim untuk mengirimkan tentara mereka untuk menolong saudara kita di Palestina. Sebab, dengan bersatunya para tentara muslim akan sangat mudah mengalahkan entitas Yahudi. Persatuan kaum muslimin tidak mungkin terwujud selama masih menerapkan sistem kapitalisme sekuler dengan sekat nasionalisme. Persatuan ini hanya akan terwujud, ketika tegaknya institusi pelindung umat Islam (yakni Khilafah). Dengan sistem inilah negeri-negeri Islam akan bersatu dalam satu komando. Negara yang akan menjadi perisai bagi umat Islam. Sebagaimana dulu pernah terjadi di era kepemimpinan Khalifah Mu’tasim Billah. Ketika ada seorang Muslimah yang dilecehkan dan meminta pertolongan kepada khalifah, beliau menyambut seruan itu dengan mengirimkan pasukannya untuk melindungi kehormatan wanita tersebut. Bisa kita bayangkan jika hanya seorang Wanita yang meminta pertolongan begitu luar biasa perlindungan negara. Lebih-lebih lagi penduduk Palestina, tentu negara Islam tidak akan tinggal diam.
Solusi hakiki palestina adalah dengan jihad kaum muslimin, dan tegaknya institusi pemersatu umat (khilafah). Kesadaran ini hendaknya menjadi opini umum di dunia. Dengan upaya penyadaran umat harus terus berjalan, dan dilakukan secara terstruktur, sistematis dan massif di seluruh dunia. Wallahu a’lam