Kamis, Juli 3, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Politik dan Fanatisme Masyarakat Indonesia terhadap Sepak bola

by Mata Banua
7 Mei 2024
in Opini
0
D:\2024\Mai 2024\8 Mei 2024\8\8\Didi Kurnia Sandi.jpg
Didi Kurnia Sandi, S.IP (Sarjana Ilmu Politik, Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Andalas).(foto:mb/ist)

 

Piala Asia U-23 2024 yang diselenggarakan di Qatar resmi selesai pada Jumat (3/5). Indonesia berhasil mengejutkan pecinta sepak bola dalam negeri hingga mancanegara dimana sebagai tim debutan dalam turnamen ini, tim Garuda Muda Indonesia berhasil mengalahkan Australia dan Korea Selatan yang terkenal hebat dalam sepak bola. Indonesia berhasil mencapai semifinal pada turnamen tersebut dan digadang-gadang memiliki kesempatan besar lolos Olimpiade Paris 2024 pada Juli mendatang. Hal ini dikarenakan selain sebagai turnamen kelompok umur benua asia, Piala Asia u-23 juga dijadikan sebagai kualifikasi menuju Olimpiade Paris 2024.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\3 Juli 2025\8\master opini.jpg

Berantas Narkoba Selamatkan Masyarakat

2 Juli 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Kampus Bentuk Satgas Perlindungan Perempuan, Sudah Cukupkah?

2 Juli 2025
Load More

Namun sayang, di semifinal Indonesia kalah terhadap Uzbekistan dengan skor 2-0 dan kembali kalah 2-0 oleh Irak U-23 pada perebutan juara tiga pada turnamen tersebut. Indonesia harus puas menjadi juara keempat pada Piala Asia U-23 dan harus mengikuti Play-off dengan bertanding melawan Guinea u-23 sebagai juara keempat Piala Afrika u-23 untuk memperebutkan slot terakhir di Olimpiade Paris 2024.

Tentu saja sepak bola adalah olahraga paling populer di Indonesia. Menurut hasil survey dari dataindonesia.id pada tahun 2022 menunjukan bahwa sepak bola adalah olahraga paling digemari oleh Masyarakat Indonesia. Kecintaan Masyarakat Indonesia terhadap sepak bola memiliki tingkat fanatisme yang cukup tinggi. Penulis melihat bahwa Fanatisme masyarakat terhadap sepak bola dapat dijadikan sebagai komoditas politik. Bukan tanpa alasan, sepak bola dinilai berhasil mempersatukan pecinta tanah air diatas banyaknya perbedaan, terlebih lagi Indonesia baru saja melangsungkan Pemilu yang membuat masyarakat sedikit terpecah akibat perbedaan pilihan politik.

Sepak bola juga bisa merusak dan memperelok karir politik seseorang. Hal ini bisa dilihat dari beberapa peristiwa seperti rusaknya elektabilitas Ganjar Pranowo pada bursa calon presiden. Awalnya, Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah telah menyetujui dan memberikan izin kepada semua pihak terkait sebagai tempat berlangsungnya Piala Dunia U-20. Namun, secara mengejutkan Ganjar Pranowo mencabut izin yang telah ia berikan sebelumnya dengan alasan menolak kedatangan Timnas Israel ke Indonesia.

Akibatnya, Piala Dunia U-20 yang telah jauh-jauh hari dipersiapkan menjadi sia-sia karena tuan rumah Piala Dunia U-20 dipindahkan ke Argentina. Kekecewaan masyarakat tak bisa terbendung, terlihat netizen mengungkapkan kekecewaan mereka pada sosial media mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut. Namun penulis menyayangkan netizen Indonesia yang tidak seharusnya mengeluarkan kata-kata kotor kepada seorang Gubernur, parahnya keluarga kedua gubernur tersebut juga ikut dimaki imbas dari hal tersebut, bahkan dari pendukung beliau sendiri.

Dilansir dari Sindonews (Sindonews.com), Jerry Massie, seorang pengamat politik menyebut bahwa sikap penolakan Ganjar terhadap Timnas Israel yang hendak berlaga di Piala Dunia U-20 di Indonesia adalah suatu blunder. Penulis setuju dengan pendapat beliau dimana blunder ini membuat elektabilitas Ganjar menjadi menurun, bahkan menjadi salah satu faktor yang membuat kalahnya Ganjar Pranowo dalam kontestasi Politik 2024 lalu.

Hal senasib juga terjadi kepada pemilik MNC Group, Hary Tanoesoedibjo setelah MNC melarang adanya kegiatan nobar (nonton bareng) pertandingan Timnas di babak semifinal Piala Asia U-23. Akibatnya media sosial MNC dan Hary Tanoesoedibjo juga “dirujak” oleh netizen Indonesia, bahkan seruan boikot MNC sangat masif terdengar di jagat maya. Untungnya, MNC Group dengan cepat mengambil tindakan dengan memperbolehkan nobar Timnas untuk masyarakat, tetapi tetap melarang untuk nobar secara komersial.

Penulis melihat bahwa sikap masyarakat terhadap pihak yang menghambat mereka mendukung Timnas adalah bentuk kecintaan masyarakat terhadap Timnas Indonesia sekaligus bentuk fanatisme mereka terhadap sepak bola. Hal ini sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari masyarakat Indonesia, bahkan juga bisa berdampak pada kegiatan politik di Indonesia. Tak hanya pihak yang dirugikan oleh fanatisme ini, tetapi ada juga pihak yang mendapatkan keuntungan secara politik dari hal tersebut.

Sebut saja Erick Thohir, beliau adalah Menteri BUMN sekaligus Ketua PSSI yang menaungi sepak bola di Indonesia. Mantan Pemilik klub Inter Milan tersebut berhasil meningkatkan prestasi Timnas di level Asia dengan cara mendatangkan pemain keturunan yang bermain di Eropa. Ia juga berhasil mengadakan Piala Dunia U-17 di Indonesia setelah gagalnya Piala dunia U-20 serta meyakinkan FIFA (induk federasi sepak bola dunia) untuk membangun kantor cabang FIFA di Indonesia.

Kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Erick Thohir benar-benar menggaet hati para pecinta sepak bola di tanah Air. Erick Thohir benar-benar berhasil mengambil hati masyarakat yang membuat namanya menjadi melejit di mata pecinta sepak bola di tanah air dan tentu saja penulis sangat yakin hal ini secara tidak langsung berdampak pada karir politik Erick Thohir kedepannya.

Dari penjelasan penulis diatas, dapat disimpulkan bahwa fanatisme masyarakat terhadap sepak bola dapat dimanfaatkan sebagai komoditas politik “pedang bermata dua”. Jika berhasil dimanfaatkan, kita akan mendapatkan simpati masyarakat. Namun sebaliknya, jika kita melakukan blunder, dampaknya tentu akan sangat berdampak secara signifikan terhadap karir politik kita. Menurut pengamatan penulis, para Politisi juga harus berhati-hati dalam upaya memanfaatkan “komoditas politik” tersebut. Misalnya saat membuat pamflet ajakan nobar timnas, pastikan foto pemain dan pelatih timnas lebih besar daripada foto para pejabat yang menyelenggarakan nobar tersebut. Alih-alih mendapatkan simpati masyarakat, pamflet tersebut malah akan dihujat netizen Indonesia sebagai pejabat “cari muka”. Penulis berharap hal ini tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu demi keuntungan pribadi. Marilah kita tunjukan sikap nasionalisme kita dengan mendukung setiap pertandingan timnas. Kalau bukan kita, siapa lagi.

 

 

Tags: Didi Kurnia SandiPiala Asia U-23 2024politikSarjana Ilmu Politiksepak bola
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA