Oleh : Almeera Az-zahra (Pengajar dan Aktivis Dakwah Muslimah Muda)
IKN digadang-gadangkan sebagai “Kota Bahagia” Direktur Transformasi Hijau Otorita IKN (OIKN) Agus Gunawan mengatakan bahwa IKN akan menjadi tempat yang membahagiakan masyarakat di Kalimantan, seperti halnya kota-kota paling bahagia di dunia. (Berita Satu, 8-12-2023)
Indikator kebahagiaan di IKN adalah tingkat kelayakan dan kehidupan yang tinggi. IKN diharapkan menjadi tempat yang layak huni dan memberikan tingkat kebahagiaan yang tinggi bagi masyarakat.
Kemudian dengan sistem smart-city, pemerintah juga berharap aksesibilitas yang tinggi bagi warga IKN ke kantor atau tempat kerja bisa menjadi faktor peningkatan kebahagiaan. Faktor selanjutnya adalah ketersediaan energi terbarukan dengan harga yang terjangkau sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat IKN.
Selama indeks kebahagiaan negara tertinggi di dunia biasanya identik dengan negara-negara di Eropa, khususnya Finlandia dan Swedia. Namun, Apakah indikator-indikator tadi pemerintah tetap memiliki harapan bahwa IKN dapat menjadi tempat dengan indeks kebahagiaan yang tinggi sebagaimana yang dicapai Eropa?
Fakta “Kota Bahagia” Eropa
Faktanya, ada data yang cukup mencengangkan. Meski selama bertahun-tahun indeks kebahagiaan tertinggi tersemat pada sejumlah negara Eropa, ternyata selama itu pula penduduknya tercatat sebagai konsumen obat penenang terbesar.
Dalam laporan Organisasi Kerja Sama Pembangunan dan Ekonomi (OECD), selama 2000—2020 tercatat adanya peningkatan konsumsi obat penenang hampir 1,5 kali lipat di 18 negara Eropa. Pada 2000, dosis harian (DDD) obat penenang di antara 1.000 orang mencapai 30,5. Sementara pada 2020, ada peningkatan menjadi 75,3 DDD per 1.000 orang.
“Kota Bahagia” Sesungguhnya
Kita sebagai umat muslim memaknai bahagia adalah dengan adanya Ridho Allah SWT didalamnya. Sebagaimana Allah berfirman :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS: Al-Qashashash [28] : 77).
Jadi, kebahagiaan itu akan benar-benar kita rengkuh apabila kita mengutamakan akhirat (menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya). Sebagaiman yang dilakukan Rasulullah di kota Madinah.
Sebenarnya Rasullullah telah menerapkan Islam sejak tahun 623 M, yakni sejak tahun pertama Rasulullah saw. berhijrah ke Kota Madinah dan meletakkan batu pertama pembangunan Masjid Quba. Kota tersebut menjadi pusat pemerintahan Islam pertama.
Daulah Islam Harus Diwujudkan Demi Terealisasinya Kebangkitan dan kebahagian umat.
Sejak kemunculan Islam kurang lebih 14 abad lalu, telah berdiri sebuah negara yang menjadikan syariat Islam yang lahir dari wahyu Allah sebagai landasan ideologinya. Negara ini mampu menyatukan umat Islam di seluruh penjuru dunia dalam satu ikatan, yaitu ikatan ukhuah islamiah. Itulah Negara Islam yang Nabi Muhammad saw. dirikan di Madinah Munawwarah.
Setelah Rasulullah saw. wafat, pemerintahan ini kemudian dilanjutkan oleh para penerus estafet kepemimpinan kepala negara tersebut, dimulai dari masa Khulafaurasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, hingga berakhir pada masa Kekhalifahan Turki Ustmani pada 3 Maret 1924 silam.
Saat itu, syariat Islam diterapkan secara kaffah, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Umat Islam dan umat lainnya merasakan betapa indahnya hidup dalam naungan aturan Islam, dalam naungan Khilafah Islamiah.
Khilafah adalah negara berasaskan akidah Islam yang menerapkan hukum Islam di dalam negerinya dan mengemban dakwah Islam ke luar negeri. Akidah Islam menegaskan bahwa penerapan hukum Islam secara totalitas oleh Khilafah merupakan kunci yang akan menghadirkan rahmat bagi semesta alam secara riil.
Oleh karenanya, ketika rahmat diartikan sebagai keadilan, hukum Islam akan datang membawa keadilan. Ketika rahmat itu bermakna kesejahteraan, hukum Islam juga datang memberikan kesejahteraan riil yang didambakan.
Peradaban Islam telah menorehkan tinta emas dalam perjalanan kehidupan manusia dalam berbagai aspek. Kemajuan ilmu pengetahuan hingga kesejahteraan masyarakat menjadi catatan gemilang ketika peradaban Islam tegak di muka bumi ini. Peradaban gemilang tersebut ada pada saat Islam dijadikan pedoman dalam segala lini kehidupan rakyat di dalam institusi Khilafah Islamiah.
Dengan demikian, tujuan perubahan menjadi jelas sejelas mungkin di benak para aktivis (pelaku) perubahan, dan juga untuk mengembalikan gambaran Daulah Khilafah pada umat setelah bentuknya hampir dilupakan oleh umat.
Semua itu tiada lain untuk meneguhkan kepercayaan umat akan agamanya dan mendorongnya mau berakvitias untuk menegakkan Daulah Islam, serta menghilangkan gambaran yang salah tentang Islam dan tentang keberadaan Islam yang ditujukan hanya untuk mengatur ibadah belaka.