Oleh : Nailah, ST (Pemerhati sosial politik)
Ada tragedi di depan mata yang kita enggak sadar. 1.060.000 (TB) per tahun. Kematian 140.700 yang kalau kita bagi 16 orang per jammeninggal akibat tuberkulosis,” kata Erlina saat ditemui di FKUI, Jakarta Pusat.
Dokter Erlina menjelaskan bahwa eliminasi TB bukanlah pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan kolaborasi dan kerja sama semua pihak, bukan hanya petugas kesehatan, karena TB lebih banyak memicu masalah nonkesehatan. Penanganan TB harus terstruktur dan masif, sedangkan di Indonesia setiap pihak cenderung bekerja sendiri-sendiri. Seharusnya, semua pihak yang terlibat disatukan sehingga harmonis dan terarah. (Liputan 6, 17-2-2024).
Indonesia juara dua penderita tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia. Ini kenyataan pahit yang disandang Indonesia di pentas dunia. Berdasarkan data Global TB Report (GTR) 2022, perkiraan kasus TBC sebanyak 969.000 dengan incidence rate atau temuan kasus sebanyak 354 per 100.000 penduduk
Kasus TBC bukanlah kasus baru sebagaimana munculnya Covid-19 dua tahun lalu. Kasus ini sebenarnya sudah lama terjadi di Indonesia. Hanya saja, peningkatan kasus TBC belakangan ini sangat mencengangkan.
Kasus TBC di Indonesia mengalami peningkatan signifikan, terutama pada anak-anak. Angka TBC pada anak melonjak hingga 200%. Dari 42.187 kasus pada 2021, meningkat menjadi 100.726 kasus pada 2022 dan 18.144 kasus pada 2023.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, dr. Imran Pambudi menyampaikan, penyumbang kasus terbanyak TBC di Indonesia adalah kelompok masyarakat yang bekerja sebagai buruh, nelayan, wiraswasta, pegawai BUMN, dan PNS. Adapun perinciannya meliputi buruh sebanyak 54.887 kasus, petani atau peternak atau nelayan (51.941), wiraswasta (44.299), pegawai swasta atau BUMN atau BUMD (37.235), dan PNS (4.778). (Berita Satu, 17-3-2023).
Faktor penyebab
Banyak faktor yang melatarbelakangi jumlah kasus TBC di Indonesia hingga bisa menduduki peringkat kedua di dunia setelah India.
Pertama, faktor lingkungan. Ada beberapa kelompok berisiko tinggi tertular TBC, salah satunya ialah orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh; orang lanjut usia dan anak-anak; orang yang mengalami kekurangan gizi; orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah seperti penderita HIV, kanker, dsb.
Namun, harus kita akui bahwa lingkungan dan sanitasi buruk memperberat kasus TBC pada kelompok masyarakat ekonomi ke bawah. Daerah dengan kondisi kumuh dan kurang terawat dapat menjadi faktor penyebaran TBC, terutama jika masyarakat cenderung abai terhadap gejala TBC yang dialaminya. TBC juga rentan menyerang anak-anak dengan kondisi gizi yang buruk.
Kedua, Kemiskinan. Keadaan sosial ekonomi seseorang dapat memengaruhi kualitas kesehatannya. Ini dapat disebabkan oleh ketakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. Kondisi ekonomi atau kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap kasus TBC. Kemampuan ekonomi yang buruk memiliki kemungkinan yang tinggi untuk terjangkit TBC daripada orang kaya.
Ketiga, terbatasnya akses dan sarana kesehatan bagi masyarakat miskin menjadikan penularan TBC tidak dapat dicegah atau terlambat ditangani. Sudah banyak kita temukan masalah warga miskin yang kesulitan mengakses layanan kesehatan secara optimal.
Keempat, rendahnya pendidikan dan pemahaman masyarakat terkait TBC tidak dapat disalahkan secara sepihak. Rendahnya pendidikan masyarakat adalah karena masyarakat miskin tidak bisa mengakses pendidikan secara layak. Ada andil negara untuk menjalankan fungsinya dalam memenuhi layanan pendidikan dan kesehatan merata untuk seluruh warga negaranya.
Perlu solusi mendasar
Sejatinya, mengatasi TBC tidak akan bisa berhasil jika hanya menyandarkan pada solusi aspek kesehatan. Saat ini obat TBC sudah ada, vaksin juga ada, tetapi kasus TBC tetap tinggi. Oleh karenanya, diperlukan solusi mendasar atas berbagai faktor yang memengaruhi penularan penyakit TBC.
Dari faktor-faktor di atas, tampak bahwa Indonesia memiliki masalah pada semua faktor. Itulah sebabnya kasus TBC di Indonesia sangat tinggi. Oleh karenanya, negara harus melakukan perubahan yang mendasar dalam strategi mengeliminasi TBC. Perubahan tersebut harus diawali dari perubahan pandangan hidup dari kapitalistik menjadi islami.
Pandangan kapitalistik telah menjadikan negara berlepas tangan dari pemenuhan kebutuhan dasar rakyat berupa kesehatan. Liberalisasi kesehatan menjadikan rakyat kesulitan mengakses layanan kesehatan secara layak. Ketika ada masalah yang menjadi sorotan dunia, seperti kasus TBC, barulah pemerintah bergerak seperti pemadam kebakaran yang berusaha memadamkan api secara cepat.
Strategi Islam Mengatasi TBC
Islam memiliki sistem pemerintahan yang akan menerapkan syariat Islam kafah untuk menyolusi secara komprehensif berbagai faktor yang mendukung penyebaran TBC. Di aspek ekonomi, negara Islam akan mewujudkan kesejahteraan bagi masing-masing individu rakyat sehingga bisa memiliki tempat tinggal yang sehat dan terealisasi kecukupan gizi.
Pada aspek tata ruang dan wilayah, negara Islam akan melakukan penataan wilayah dengan prinsip-prinsip syariat sehingga terwujud lingkungan yang sehat. Pembangunan perumahan, perkantoran, pabrik, gudang, pasar, jalan, dll. semuanya berada dalam kendali khalifah sehingga tidak terjadi masalah kesehatan akibat buruknya tata ruang dan wilayah. Negara akan memberlakukan aturan yang ketat dalam hal polusi udara dan memberikan sanksi tegas pada yang melanggar.
Di aspek kesehatan, Negara Islam menyediakan layanan kesehatan yang terbaik dengan alat tercanggih dan SDM terbaik secara gratis sehingga tiap-tiap rakyat bisa mengaksesnya dengan mudah. Negara Islam akan mengupayakan berbagai hal untuk mencegah dan memberantas penyakit TBC, yaitu dengan mendukung riset untuk menemukan metode pencegahan dan pengobatan yang efektif. Dukungan tersebut meliputi dukungan politik, SDM, dan pendanaan.
Pada aspek sosial, Negara Islam akan mengedukasi masyarakat tentang bahaya penyakit TB dan upaya mencegahnya. Negara akan mempromosikan perilaku hidup bersih dan sehat secara praktis, bukan sekadar slogan dan pencitraan.
Tentu saja, hal itu tidak akan bisa terwujud secara instan. Tingginya kasus TBC adalah hasil penerapan aturan kapitalistik di berbagai bidang (bukan hanya kesehatan) selama berpuluh-puluh tahun sejak Indonesia ada. Oleh karenanya, mengatasi TBC tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba. Perlu jalan panjang dengan penerapan semua strategi tersebut dengan baik.
Islam telah memosisikan negara sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap hajat hidup rakyatnya, termasuk aspek kesehatan. Negara Islam tidak berlepas diri dari tanggung jawab ini, bahkan menjaminnya secara amanah untuk tiap-tiap individu rakyat.
Demikianlah, dengan penerapan sistem Islam secara kafah, negara dapat memberikan solusi masalah masyarakat dengan baik, tidak hanya dalam bidang kesehatan, namun di seluruh aspek kehidupan.