
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sektor pariwisata menjadi salah satu penopang perekonomian nasional. Bahkan, selalu memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap produk domestik bruto (PDB). Itu artinya, sektor pariwisata berperan sebagai penyangga pertumbuhan ekonomi nasional. Mengutip keterangan resmi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), capaian realisasi nilai devisa pariwisata pada tahun 2023 sekitar Rp161,69 triliun. Sementara per September 2023, persentase kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 3,83 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 3,6 persen.
Kondisi geografis Indonesia sangat potensial untuk mengundang para wisatawan domestik maupun mancanegara. Keanekaragaman kekayaan alam dan budaya dari Sabang hingga Merauke memiliki daya tarik tersendiri untuk memancing para pengunjung untuk menikmati pesonanya. Betapa banyak keelokan danau, sungai, air terjun, lautan, pegunungan, dan sebagainya yang menawarkan sensasi tersendiri. Potensi ini mesti dikelola secara optimal oleh pemerintah maupun swasta. Pengembangan sektor pariwisata bisa saja berjalan di tempat jika hanya menunggu campur tangan pemerintah, baik pusat maupun daerah. Keproaktifan masyarakat, khususnya kaum muda sangat diperlukan untuk menggenjot sektor pariwisata. Terlebih kaum muda yang memiliki gagasan yang progresif. Saya meyakini betul, keterlibatan pemuda dalam pengembangan sektor pariwisata bisa membuat percepatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di suatu daerah.
Kolaborasi antara pemuda, masyarakat setempat, pemerintah, dan swasta bisa membuat suatu destinasi wisata mengalami kemajuan. Hanya saja, terkadang kaum muda memang tidak begitu dilibatkan atau bisa jadi para pemudanya sendiri enggan terlibat. Padahal, dengan turut serta berkontribusi, baik melalui pemikiran maupun tindakannya, bisa membuat gebrakan-gebrakan kemajuan pariwisata. Tidak jarang, inovasi kaum muda dalam pengemangan sektor pariwisata bersifat out of the box. Sebab, mereka memahami betul kondisi zaman yang sudah berubah. Kita hidup di era digital yang mana ada keterkaitan yang sangat kuat antara manusia dan teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga, hal itu juga berdampak pada cara atau strategi pengembangan pariwisata yang berubah mengikuti zaman.
Percayalah, pemuda sebagai komponen vital yang memiliki daya dorong kuat terhadap perubahan masyarakat. Termasuk perubahan di sektor pariwisata. Tentu saja perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Baiklah, sebelum membahas lebih lanjut mengenai peran penting kaum muda terhadap kemajuan sektor pariwisata, izinkan saya sedikit membahas secara ringkas konsep-konsep penting dalam pariwisata. Sebab, ini berkaitan dengan bagaimana strategi dan implementasi yang bisa diterapkan oleh kaum muda untuk memajukan sebuah destinasi wisata.
Pada dasarnya, sebuah destinasi wisata akan menarik wisatawan jika memiliki daya tarik. Berdasarkan UU RI Nomor 10 Tahun 2009, daya tarik wisata adalah sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupaya keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisata. Daya tarik wisata ini berkaitan erat dengan tiga konsep wisata yang dikemukakan oleh Yoeti (1985), yaitu pertama, something to see. Sesuatu yang dapat dilihat atau berkaitan dengan atraksi yang ada di tempat wisata. Kedua, something to do. sesuatu yang dapat dilakukan para wisatawan atau berkaitan dengan aktivitas wisatawan di tempat wisata. Ketiga, something to buy. Sesuatu yang dapat dibeli atau terkait dengan cinderamata khas yang dapat dibeli wisatawan di tempat wisata. Artinya, suatu tempat wisata akan kelihatan sangat menarik jika di dalamnya menawarkan keindahan estetis yang bisa dinikmati, bisa memberikan kesan yang sukar dilupakan melalui beragam tawaran aktivitas wisata di dalamnya, dan juga menawarkan sesuatu yang bisa dibeli untuk oleh-oleh atau kenang-kenangan.
Dalam meningkatkan daya tarik tersebut, pemuda tidak bisa tinggal diam atau hanya menjadi komentator yang bisanya nyinyir. Namun, proaktif menjadi pelopor bahkan penggerak perbaikan tata kelola pariwiata yang dirasa kurang optimal. Dalam mewujudkan hal tersebut, saya rasa kaum muda perlu menerapkan empat prinsip pengembangan pariwisata seperti yang telah dipaparkan oleh Yoeti (2006). Pertama, keberlangsungan ekologi; arinya suatu pengembangan dalam pariwisata dapat menjamin pemeliharaan terhadap wisata tersebut. Kedua, keberlangsungan kehidupan dan budaya; artinya dengan adanya pengembangan pariwisata membuat peningkatan peran masyarakat dalam kehidupan dan budaya sehari-hari. Ketiga, keberlangsungan ekonomi; artinya suatu pengembangan pariwisata yang menjamin keberlangsungan kegiatan ekonomi. Keempat, memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat; artinya memberi wadah kepada masyarakat untuk mengembangan pariwisata di daerah tersebut.
Selanjutnya, saya optimistis jika industri pariwisata akan semakin menggeliat jika unsur Sapta Pesona diimplentasikan dengan baik. Sapta Pesona dalam pariwisata di antaranya: keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan, dan kenangan. Dalam menerapkan Sapta Pesona tersebut tentu saja memerlukan kreativitas dan inovasi kaum muda. Ditambah lagi, peran pemerintah daerah atau pusat untuk menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung industri pariwisata akan semakin berkembang. Begitu juga dengan pihak swasta bisa menjadi investor ataupun pengelola dalam rangka memajukan beragam jenis destinasi wisata yang ada. Masyarakat setempat juga perlu berperan aktif untuk mempromosikan destinsi wisata di daerahnya. Pada akhirnya, kemajuan industri pariwisata ini tidak hanya bisa diserahkan begitu saja kepada pemerintah. Peran aktif berbagai pihak diperlukan. Khususnya kaum muda sebagai motor penggerak untuk mamajukan destinasi wisata di daerahnya. Setidaknya bisa dimulai dari satu langkah kecil yaitu mempromosikan di media sosialnya masing-masing.