Mata Banua Online
Jumat, November 28, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Realitas Peran Pemuda Ditengah Gagasan Indonesia Emas 2045

by Mata Banua
16 Januari 2024
in Opini
0
D:\2024\Januari 2024\17 Januari 2024\8\8\rifaldi makriwal.jpg
Rifaldi Makriwal (Kepala Departemen Kajian Aksi Strategis BEM KM FIS UNP)

 

Mengutip dari ucapan yang pernah dilontarkan oleh Soekaro “Beri Aku Seribu Orang Tua, Niscaya Akan Aku Cabut Semeru Dari Akarnya. Beri Aku Sepuluh Pemuda, Niscaya Akan Aku Guncangkan Dunia”. Bisa diserap bahwa dalam perspektif pemuda, pemuda memiliki harapan besar atas keberlangsungan suatu bangsa, artinya menitikberatkan bahwa pemuda hari ini memiliki peran untuk menjadi Agent of Change terhadap State of Welfare. Hal inilah yang digagas oleh pemimpin bangsa untuk menuju satu abad Indonesia yang dicitakan yaitu Indonesia Emas melalui peran pemuda tersebut. Sehingga hal mendasar menjadi motivasi pemuda untuk bergerak menuju perubahan tersebut yaitu kesejahteraan, akan tetapi selalu menjadi permasalahan mengakar yang diresahkan sampai saat sekarang.

Berita Lainnya

D:\2025\November 2025\28 November 2025\8\8\nanang qosim.jpg

Menghadirkan Kesehatan dengan Meneladani Nabi

27 November 2025
D:\2025\November 2025\28 November 2025\8\8\foto opini 1.jpg

Monoplay Melati Pertiwi Hadirkan Pahlawan Perempuan Lewat Monolog

27 November 2025

Jika berbicara pemuda, secara kuantitas Indonesia memiliki sumber daya pemuda yang jauh unggul akan tetapi terbalik dengan kualitas yang patut dipertanyakan. Komposisi pemuda Indonesia sangat mendominasi terhadap struktur Demografi Indonesia saat ini, tercatat dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2023 jumlah penduduk Indonesia mencapai 280 juta jiwa dengan dominasi 66,3 juta jiwa jumlah pemuda dan pemudi diatas rata-rata usia 15-30 tahun. Artinya hampir seperempat penduduk Indonesia di isi oleh pemudanya. Menjadi persoalan saat ini kemanakah pemuda tersebut, apakah sudah berperan? Inilah yang menjadai dasar sebuah kritikan dari tulisan yang penulis tulis.

Jika dilihat kembali bahwa tujuan dari gagasan Indonesia Emas 2045 yaitu mempersiapkan para generasi muda yang berkualitas, berkompeten dan berdaya saing tinggi. Namun, kolerasinya dengan peran pemuda hari ini sangat berbanding terbalik. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem pemerintah yang selalu menjadikan pemuda sebagai Subjek bukan Objek dari setiap kebijakan yang terapkan. Sehingga korelasi tujuan Indonesia Emas 2045 dengan pemuda yang diharapkan berkualiatas sangat sulit diwujudkan.

Secara Empiris pemuda saat ini terlalu senang menjadi Subjek pemerintah, sehingga yang ditargetkan bukan lagi kualitas tetapi seberapa mampu pemuda itu diberdayakan. Bisa dilihat bahwa kesalahan atau keterbalikan sistem ini membuat pemuda bukan lagi menjadi aktor, melainkan menjadi pemuda yang tidak produktif. Realitas inilah yang tidak sesuai dengan yang dicanangkan dalam gagasan tersebut. Sedangkan jika berkaca terhadap data Badan Pusat Statistik terdapat 64% penduduk Indonesia yang produktif akan tetapi secara Realitasnya tidak mencapai angka tersebut.

Selain itu, ruang berperan bagi pemuda dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 tidak terbuka lebar, banyak keterbatasan yang dialami oleh pemuda Indonesia hari ini, salah satunya kualitas. Kualitas seharusnya menjadi prioritas, jika berbicara cita-cita tersebut. karena tidak relevan dengan keinginan gagasan ini jika kuantitas terus unggul dibandingkan kualitas. Inilah yang menjadi hambatan dimana ruang peran bagi pemuda yang belum sepenuhnya terbuka. Disamping itu, tentu berdampak buruk terhadap kondisi pemuda Indonesia hari ini, seperti Apatis terhadap perkembangan dan tidak Adaptif terhadap peluang.

Pemerintah selalu mengupayakan pemuda seharusnya memiliki peran besar, namun menjadi persoalan yaitu peran pemuda seperti apa yang dinginkan pemerintah? Jika pemuda masih menjadi subjek dari riuk pikuknya gagasan tersebut. Jika merujuk dari visi Indonesia Emas 2045, setidaknya pemuda memiliki peran baik dalam sektor ekonomi, pendidikan, sosial dan politik.

REALITAS

Pemuda di Sektor Ekonomi

Jika dilihat dari sektor ekonomi, pemuda Indonesia masih menjadi dominasi terhadap angka konsumsi di Indonesia. Substansi yang harus dicapai ialah pemuda yang masuk dalam struktur produksi. Jika angka produksi sektor perekonomian Indonesia di dominasi oleh pemuda tentu akan berdampak terhadap peningkatan Income perekonomian Indonesia. Merujuk dari China dan Jepang angkatan produksi perekonomiannya di dominasi oleh angkatan muda, lain halnya di Indonesia.

Disamping itu, tingkat pengangguran angkatan kerja muda di Indonesia masih tergolong tinggi, tercatat pada tahun 2023 sebanyak 4,72 jiwa pemuda yang masih belum punya pekerjaan. Tingkat pengangguran inilah yang menjadi hambatan perannya dalam sektor ekonomi. Tidak terlepas dari pengangguran, rata-rata pemuda yang sudah memiliki andil besar terhadap peningkatan ekonomi Indonesia yaitu pemuda yang memiliki latar belakang keluarga pengusaha, hal ini tampak realistis saat sekarang. Artinya, pemuda hari ini selalu terkendala terhadap peluang usaha yang sangat sulit didapatkan, sehingga kelompok pemuda yang tergolong Lower Middle Income sulit bergesar dari posisi tersebut.

Pemuda di Sektor Pendidikan

Pendidikan Indonesia hari bagaikan Aurora yang keindahannya hanya bagi orang yang beruntung dapat melihatnya. Bisa ditinjau dalam aspek Empiris bahwasanya kualitas Pendidikan Indonesia kala ini masih belum merata dan belum tersebar dengan baik. Hal ini juga beriringan dengan kesenjangan antar kelompok ekonomi yang menjadi permasalahan seiring semakin tingginya jenjang pendidikan. Selain itu, kesenjangan pendidikanpun masih dipengaruhi perbedaan wilayah. Sementara itu, pada tahun 2021 sebanyak 22% pemuda Indonesia tidak mendapatkan pendidikan (Databoks,2021).

Artinya kelayakan untuk mendapatkan pendidikan saat ini secara Realistis masih dikuasai oleh rata-rata kelompok ekonomi menengah keatas. Pun mendapatkan pendidikan dengan program yang sudah dicanangkan pemerintah, akan tetapi jika dilihat kualitas sistem pendidikan yang masih rendah terutama di daerah perdesaan. Sistem pendidikan saat ini membuat anak muda yang tengah menempuh jenjang ini malah menjadi jenuh, lantaran ekspektasi dengan realita tidak sejalan.

Pertanyaannya bagaimana pemuda mau berperan? Jika menjadi objek, kualitas pendidikan masih rendah, jika menjadi subjek, ruang kerja dalam sektor pendidikan masih minim. Inilah Realitas yang sebenarnya terjadi jika dilihat sampai ke tingkat paling bawah dalam kehidupan. Tentunya ini menjadi persoalan dimana kualitas pendidikan yang seharusnya di evaluasi dan ruang pekerjaan sektor pendidikan juga harus terbuka lebar, sehingga terjadinya korelasi terhadap peran pemuda dalam sektor pendidikan saat sekarang.

Pemuda di Sektor Sosial Politik

Sudah tidak asing lagi gaungan politik hari ini ialah politik anak muda, dimana anak muda mendominasi terhadap partisipasi politik. Hal ini senada dengan jumlah pemilih muda yang sangat tinggi. Sesuai dengan data pemilih dari Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia 2024 sebanyak 55% mayoritas anak muda. Artinya secara normatif anak muda memiliki andil besar dalam menentukan arah kepemimpinan Indonesia kedepan.

Namun, secara realiatanya anak muda hanya dilibatkan sebagai subjek terhadap keputusan politik. Politik hari menggambarkan betapa rendahnya anak muda yang terlalu senang dengan diberdayakan oleh tokoh-tokoh politik. Tentunya hal ini tidak terlepas terhadap kepentingan-kepentingan politik para elit. Akibatnya peran anak muda sebagai penentu tidak lagi independen, semuanya sudah terkekang dan tertindas dengan balutan rayuan politik semata.

Para aktor yang bermunculan selalu dilatarbelakangi dengan privilege atas dasar oligarki dan memperkuat kedudukan para elit. Sehingga menghambat gerak gerik pemuda yang tidak memiliki latar belakang tersebut. Tentu kondisi ini akan berdampak buruk terhadap kondisi sosial para pemuda, seperti tidak memiliki independensi dan konflik kepentingan akar rumput. Disisi lain sebanarnya ruang politik hari ini menjadi wadah bagi pemuda untuk berperan aktif. Namun nyatanya pemuda lebih pasif terhadap kondisi sosial politik saat sekarang.

Penulis melihat secara empiris peran pemuda untuk mewujudkan gagasan Indonesia Emas 2045 itu bukanlah sebagai gagasan yang harus dicapai, melainkan hanya sebuah ide yang tidak di optimalkan, pemerintah terlena akan hal itu. Krtikan penulis hanya melihat bahwa pemuda selalu diperlakukan sebagai subjek bukan sebagai objek. Lantas bagaimana untuk mewujudkan pemuda yang berkualitas dan berkompeten jika sistemnya masih seperti itu. Ada dua hal yang menurut penulis penting untuk di prioritaskan, yaitu pendidikan dan lapangan kerja. Pendidikan akan mewujudkan pemuda yang berkualitas, dan akan menghasilkan kinerja yang unggul dan berkompeten. Tentu kembali lagi, apakah sistem pendidikan sekarang memang betul-betul menajadikan kualitas sebagai objek? Dan apakah lapangan pekerjaan seimbang dengan jumlah angkatan kerja pemuda yang terus melonjak? tentu menjadi pertanyaan terhadap diri kita sendiri. Tidak perlu kita sebagai pemuda terus menggaungkan bahwasanya pemuda memiliki peran, namun peran tidak didukung dengan kualitas.

 

 

Tags: Indonesia EmasKepala Departemen Kajian Aksi Strategis BEM KM FIS UNPRifaldi Makriwal
Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper