
Gemerlap tahun baru selalu penuh warna-warni. Orang di seluruh dunia, dari berbagai latar belakang menanti pergantian tahun. Tahun 2023 segera akan berganti menjadi tahun 2024. Orang menyambutnya dengan segala suka cita. Beragam cara dilakukan untuk tidak melewatkan malam monumental itu.
Ada yang mempersiapkan kembang api dan petasan, bahkan mengeluarkan uang dengan jumlah yang tidak sedikit. Ketika waktunya tiba, bahkan sebelum itu, kembang api dan petasan dibakar. Melesat ke angkasa lalu memercikkan warna-warni penuh pesona dan mengeluarkan suara dentuman. Langit malam dihiasi kerlap-kerlip cahaya aneka warna dari berbagai penjuru. Beberapa detik berlalu, keindahan itu hilanglah sudah. Sesaat kemudian, berganti dengan kepulan asap di angkasa. Udara malam penuh asap, menghalangi jarak pandang. Indah memang, penuh pesona, tapi pesona dan keindahannya hanya sekejap mata.
Ada yang mempersiapkan terompet. Jauh-jauh hari mereka membelinya dari penjual yang duduk di tepi jalan sejak beberapa hari yang lalu. Beragam ukuran ada. Beda ukuran, beda suara. Semakin besar ukuran, semakin membahana suaranya. Terompet dengan penuh pernik hiasan ditiup saat waktunya tiba, bahkan belum tiba pun tak mengapa ditiup. Jadilah malam dihiasi oleh beragam suara dari lubang terompet, selain dentuman petasan dan kembang api. Bagi kelompok yang religius, menghabiskan malam pergantian tahun dengan muhasabah sebagai refleksi akhir tahun. Mereka berkumpul di masjid atau di tempat lain mengingat kembali perjalanan kehidupan selama setahun. Mengenang berapa banyak dosa yang dilakukan, serta berapa banyak amal kebaikan yang dikerjakan. Seberapa tebal keimanan dan ketakwaan selama setahun penuh.
Ada pula yang berkumpul dengan keluarga di rumah atau di suatu tempat. Melakukan sesuatu, semisal menyediakan masakan istimewa. Ada yang berkumpul dengan teman-teman. Bagi dua sejoli, hal yang paling romantis saat malam itu adalah keluar berduaan. Entah ke suatu tempat, entah tidak ke mana-mana yang jelas berdua saja pasti terasa lebih asyik. Banyak pula yang bermaksiat, mulai dari hanya raba sampai yang lebih jauh dari itu.
Ada pula yang sekadar keluar meninggalkan rumah, yang jelas bisa menyaksikan keramaian kota dengan penuh sesak orang yang berlalu lalang. Ada yang biasa saja, tidak melakukan apa-apa dan membiarkan malam berlalu. Toh, tanpa melakukan apa-apa pun tahun tetap berganti, toh malam akan berganti dengan pagi. Hari akan berganti hari, berlalu dengan segala macam aktivitas.
Apapun yang dilakukan, begitulah tradisi menyambut tahun baru. Kita tidak bisa menolak apalagi melarang. Sebab, tahun baru adalah ajang suka cita, ajang pesta dan perayaan yang sayang untuk dilewatkan. Jika terlewatkan, maka butuh waktu setahun lagi untuk bertemu dengannya. Begitulah kira-kira yang ada di banyak pikiran orang.
Tapi, pada malam-malam akhir tahun hingga awal tahun, malaikat-malaikat tidak menikmati suka cita itu. Mengapa? Sebab, mereka lembur sejak beberapa hari yang lalu. Lembur untuk menyeleksi doa-doa manusia yang layak dan tidak layak untuk diajukan kepada Tuhan. Di langit, malaikat siang-malam membaca dan menyeleksi doa manusia yang sangat beragam. Ada doa-doa untuk kebaikan dunia dan sesama manusia, hingga doa-doa untuk kebaikan diri sendiri.
Ada doa yang langsung saja diloloskan tanpa diseleksi, langsung diajukan kepada Tuhan. Doa-doa itu semacam doa untuk kebaikan umat manusia seluruhnya, doa untuk kebaikan dunia, doa tentang perdamaian dan keutuhan bangsa, doa untuk kesejahteraan semua rakyat, doa tentang kerukunan beragama, dan doa-doa sejenisnya.
Ada doa yang tidak diseleksi, tapi langsung saja dibuang karena tak berarti. Misalnya, doa yang menginginkan kejelekan kepada seseorang. Doa para koruptor yang berharap bisa menyuap hakim di pengadilan atau doa tersangka korupsi agar tidak dijadikan terdakwa. Doa para narapidana di penjara yang berharap segera dibebaskan untuk kemudian kembali melakukan kejahatan. Doa tentang permusuhan, kejahatan, kebencian, dan sejenisnya.
Ada lagi doa yang harus diseleksi dengan cermat: doa-doa urusan masing-masing individu. Ini yang paling banyak. Doa-doa itu dipanjatkan melalui apa yang disebut oleh manusia sebagai Resolusi 2024. Ada yang berdoa untuk dimudahkan urusan pendidikannya, dilapangkan rezekinya, dimudahkan pekerjaannya, diperbanyak gajinya, diharmoniskan rumah tangganya, segera mendapat bayi, segera mendapat pacar lalu menikah, dan beragam doa lainnya.
Lalu, apa kata malaikat yang telah lembur berhari-hari? Katanya, “Enak saja manusia ini. Minta macam-macam dengan segala permintaan tapi belum melakukan apa-apa. Berharap doanya dikabulkan sementara mereka masih saja bermalas-malasan, tidak melakukan apa-apa, tidak berusaha.” Malaikat lainnya menimpali, “Mungkin manusia berpikir, Tuhan akan mengabulkan doa tanpa usaha. Padahal sama sekali tidak. Tidak ada doa yang akan dikabulkan tanpa melalui usaha dan cucuran keringat.”
Malaikat lain juga berkata “Mereka itu bodoh. Tidak tahu bahwa kita hanya akan mengajukan doanya ke hadapan Tuhan hanya jika mereka telah selesai berusaha. Mereka tidak tahu, kalau apa yang mereka sebut Resolusi 2024 itu hanya ditumpuk. Setelah mereka berusaha barulah resolusi itu dicek kembali. Jika layak, akan diajukan dan Tuhan akan mengabulkan. Jika tidak, berusahalah lebih giat lagi.”
Begitulah aktivitas malaikat “di atas” sana di hari-hari akhir tahun dan awal tahun. Tapi, jangan salah, meskipun malaikat lembur berhari-hari mereka tetap tidak lupa untuk melakukan patroli tepat saat malam tahun baru. Di malam itu, malaikat tetap meluangkan waktu untuk menyaksikan pergantian tahun. Bukan untuk menikmati riuh gemuruh kembang api, tapi untuk memperhatikan tingkah laku manusia malam itu.
Malaikat bukan menilai kembang api siapa yang paling indah dan dentumannya paling besar. Bukan juga untuk menilai suara terompet siapa yang paling menggema. Juga, tidak untuk menilai acara malam tahun baru siapa yang paling bagus dari segi konsep dan pelaksanaan.
Tetapi, malaikat melakukan patroli untuk melihat apakah hal yang manusia lakukan sejalan dengan doa-doa yang mereka panjatkan melalui apa yang mereka sebut sebagai resolusi. Jangan-jangan doa yang manusia panjatkan itu tidak selaras dengan apa yang mereka lakukan di bumi. “Jika demikian adanya, lalu untuk apa doa-doa itu diseleksi dan diajukan kepada Tuhan?” kata malaikat.
Lalu, Anda berdoa apa? Jangan-jangan saat patroli, malaikat melihat Anda, namun Anda terlambat sadar bahwa Anda tidak melakukan apa-apa atas doa yang telah dipanjatkan.