
Indonesia merupakan negara ke-4 dengan populasi terbesar di dunia. Negara dengan sumber daya manusia yang melimpah. Negara yang dicita-citakan menjadi negara maju dan disegani dunia karena manusianya yang intelek dan berkarakter. Negara yang diperkirakan akan berjaya di masa depan, yaitu satu abad setelah kemerdekaannya tahun 2045. Pada masa itu Indonesia mengalami bonus demografi, yang mana proporsi penduduk usa produktif (15-64 tahun) akan lebih besar jika dibandingkan dengan usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. Dengan kata lain pada masa ini para generasi muda akan mendominasi selaga aspek kehidupan yang ada di Indonesia.
Orang-orang bijak berkata jika ingin melihat suatu bangsa maka lihatlah generasi mudanya. Jika generasi mudanya baik maka dipastikan bangsa tersebut akan baik. Jika generasi mudanya buruk maka dapat dipastikan pula bangsa tersebut juga akan buruk. Maka, peran generasi muda sangat penting untuk mewujudkan harapan tersebut. Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa generasi muda merupakan aset berharga untuk keberlangsungan pembangunan yang akan menjadi penentu nasib bangsa di masa mendatang. Generasi mudalah yang nantinya akan menjadi tonggak perbaikan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Untuk mencapai negara yang maju, Indonesia memerlukan generasi muda yang berkarakter dan berwawasan luas. Pendidikan adalah media terpenting untuk mengembangkan pengetahuan dan karakter para generasi muda penerus bangsa.
Pendidikan inilah yang nantinya akan membangun para generasi muda menjadi manusia yang bermanfaat bagi negaranya. Tetapi faktanya dalam hasil survei PISA 2021 Indonesia berada di peringkat ke-9 dari belakang atau peringkat ke-70 dari 79 negara dalam hal matematika, 67 dari 79 dalam hal science, dan 66 dari 79 dalam hal membaca. Juga menurut laporan Transparency International, Indonesia memiliki skor indeks persepsi korupsi (IPK) 34 dan skala 0-100 pada 2022. Skor ini menjadikan Indonesia sebagai negara terkorup ke-5 di Asia Tenggara. Tentu hal ini sangat muris, prestasi bangsa ini nastru diraih dalam hal korupsi.
Sementara data dari PISA tahun 2018 menunjukkan 41 persen pelajar berusia 15 tahun di Indonesia mengalami beberapa kali tindakan perundungan dalam satu bulan. Data aseamen nasional (2021) menunjukkan, 24 persen peserta didik mengalami penandungan dalam satu tahun terakhir (Puspeka. Kemendikbudristek, 2022). Federasi Guru Seluruh Indonesia (FGSI) mengungkapkan bahwa sepanjang Januari-Juli 2023, jumlah korban akibat perundungan di sekolah sudah mencapai 43 orang.
Jumlah tersebut adalah yang tercantum dalam data, masih banyak kasus kasus perundungan yang tersembunyi dan tidak terlihat karena keterbatasan media pada saat observasi sehingga menyebabkan kasus tidak terdata. Dari data yang tercantum tersebut menunjukan bahwa rapuhnya pendidikan karakter di Indonesia.
Hal ini tentu sangat perlu diperhatikan mengingat pendidikanlah yang akan membentuk seperti apa suatu bangsa kedepannya. Jika pendidikan di Indonesia terus seperti ini maka bonus demografi Indonesia hanya akan mencetak manusia yang bodoh. lemah dan tidak bermoral. Indonesia emas 2045 hanya sebuah ilusi belaka.
Sistem pendidikan Indonesia saat ini terkonsen pada akademik saja. Pemerintah hanya berfokus membuat kurikulum tentang bagaimana peserta didik berhitung, membaca dan menulis. Kurikulum di Indonesia belum mengajarkan bagaimana peserta didik harus berperilaku dan beretika. Padahal pendidikan karakter juga sangat penting untuk membentuk kepribadian para penerus bangsa.
Saat ini guru hanya mengajarkan mata pelajaran seperti matematika, kimia, fisika, biologi, sejarah, ekonomi, geografi dan masih banyak pelajaran lainnya. Yang mana materi tersebut banyak yang tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari anak. Maka banyak siswa-siswa di Indonesia yang menjadi generalis bukan spesialis. Ilmu yang diajarkan oleh guru disekolah hanya terpakai 30% saja di dalam kehidupannya. Sisanya siswa mendapatkan ilmu yang berguna bagi kehidupannya diluar sekolah. Bagaimana karakter siswa dan bagaimana siswa berperilaku terhadap masalah yang terjadi di kehidupannya, itulah yang membentuk dan menentukan bagaimana masa depannya. Pentingnya karakter siswa inilah yang harusnya menjadi konsen pemerintah saat ini.
Pendidikan karakter membantu mengembanhkan kesadaran etika dan moral yang kuat. Pendidikan karakter juga dapat membantu peserta didik untuk memahami dan menginternalisasi nilai-nilai positif, seperti tanggungjawab, kejujuran, dan kedisiplinan. Ini dapat membantu siswa membedakan antara yang baik dan yang tidak baik, yang salah dan yang benar.
Karakter siswa dibentuk dari lingkungannya. Lingkungan inilah yang harus dikondisika oleh pemerntah. Bagaimana cara pemerintah agar dapat membuat kondisi lingkungan menjadi baik. Inilah yang harus menjadi PR pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung proses terbentuknya karakter peserta didik menjadi lebih baik. Dengan karakter yang baik, maka para penerus bangsa memiliki dasar yang kuat untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan memberikan kontribuksi yang baik untuk masyarakat. Jika karakter para penerus bangsanya baik maka suatu bangsa akan terhindar dari korupsi dan nantinya Indonesia akan mencapai kejayaannya yaitu Indonesia emas di tahun 2045.