Oleh : Nor’alimah, S.Pd (Pendidik)
Sebanyak 12 remaja berlagak gangster yang melakukan penyerangan kepada warga di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) telah ditangkap dan dilakukan penahanan di Mapolresta Banjarmasin. Duabelas pelaku yang diamankan dikatakan terdiri dari 10 laki-laki dan 2 perempuan. Kemudian terdapat 3 pelaku yang masih berstatus anak di bawah umur. (Kanalkalimantan.com, 26/10/2023)
Sebelumya telah terjadi tawuran antar remaja terjadi di Jalan A Yani km 1 Banjarmasin, Sabtu (21/10) malam. Tampak sekelompok remaja saling adu jotos di jalan dengan tak menghiraukan pengguna jalan. Aksi saling adu jotos melibatkan beberapa pemuda. Bahkan ada yang sampai tersungkur di jalan. Belum diketahui identitas kelompok remaja yang nekat tawuran di jalanan kota ini. (Wartabanjar.com, 22/10/2023)
Polsek Banjarmasin Tengah menggelar Press Release kasus penganiayaan dengan senjata tajam yang dilakukan beberapa anak di bawah umur di kawasan Jalan Cempaka Besar, Kelurahan Mawar, Kecamatan Banjarmasin Tengah, pada Kamis (13/7/2023) lalu.
Kompol Pujie Firmansyah menyampaikan, kasus penganiayaan menggunakan senjata tajam tersebut lebih tepatnya terjadi di dekat Kantor LBH Jalan Cempaka Besar, Kelurahan Mawar Kecamatan Banjarmasin Tengah dan melibatkan tiga orang anak dibawah umur atau Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH). (Klikkalsel.com, 7/08/2023)
Dari pemeriksaan sementara, lanjut Kompol Pujei Firmansyah, motif penganiayaan ketiga anak yang masih duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA) itu sebagai pelampiasan dari adanya permasalahan keluarga dan pengaruh minuman keras (alkohol).
Keterlibatan remaja dalam berbagai aksi kejahatan seperti penganiayaan, tawuran, menggunakan senjata tajam , mengkonsumsi alkohol dan lain-lain membuat masyarakat cemas dan waspada. Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak ke dewasa.
Maraknya kenakalan remaja tidak jarang berujung menjadi tindak pidana atau kejahatan yang merugikan masyarakat banyak. Usia remaja yang masih labil secara psikis menyebabkan mereka terbawa arus pergaulan negatif seperti membentuk kelompok gangster.
Faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh anak dibawah umur yang tergabung dalam gangster, dipengaruhi dua faktor yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri pelaku seperti pola pikir dan pola sikap, usia, jenis kelamin, kedudukan anak dalam keluarga). Selanjutnya, faktor eksternal (berasal dari dorongan yang datang dari luar diri pelaku seperti faktor keluarga, pendidikan anak dan sekolah, pergaulan anak dan pengaruh media massa/sosial).
Upaya Kepolisian dalam penanggulangan kejahatan yang dilakukan oleh anak di bawah umur yang tergabung dalam (gangster), ada tiga yaitu yang pertama tindakan preventif membentuk BIMAS (Bimbingan Masyarakat). Yang kedua tindakan represif untuk berpatroli menjaga keamanan serta ketertiban dan menindak setiap kejahatan yang dijumpai. Yang ketiga tindakan kuratif, dilakukan oleh aparatur eksekusi pidana, para pejabat lembaga pemasyarakatan atau pejabat dari BISPA (Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak) serta mengedepankan upaya diversi bagi anak berhadapan dengan hukum.
Pemerintah daerah juga mengajak agar orang tua untuk berperan aktif dalam mengawasi anak-anak mereka terutama remaja yang masih sekolah. Namun semua upaya yang telah dilakukan nyatanya belum menyentuh akar permasalahan yang memantik terjadinya kenakalan remaja.
Karena kenakalan remaja kita hari ini tidak lepas dari sistem sekuler-liberal. Karena sistem ini memisahkan urusan agama dari kehidupan. Nilai-nilai agama hanya diposisikan sebagai ibadah ritual yang bersifat pribadi, bukan sebagai pengatur kehidupan manusia. Dalam sistem ini manusia bebas melakukan perbuatan semaunya. Akibatnya, anak-anak kehilangan jati diri sebagai generasi pembangun peradaban. Mereka tidak mengenal standar halal dan haram dalam berbuat. Sebab yang mereka ketahui adalah bagaimana memuaskan hasrat eksistensi mereka sekalipun anarkis. Dari sinilah muncul para remaja yang melakukan tawuran atau gengster. Terlebih lagi banyak konten-konten di medsos yang mengajarkan demikian, sehingga membuat remaja terinspirasi.
Sistem pendidikan yang ada gagal membentuk kepribadian generasi. Hal ini disebabkan sistem pendidikan sekarang lebih mengedepankan nilai-nilai materialisme. Keberhasilan pendidikan hanya dilihat dari segi nilai akademik saja. Sedangkan penanaman akidah islam yang menuntun generasi memiliki kepribadian yang baik, justru diacuhkan. Pendidikan akidah diserahkan kepada pilihan individu masing-masing.
Sistem ini gagal membentuk pola pikir dan pola sikap remaja bermental tangguh dengan kepribadian Islam yang matang untuk menjalankan visi dan misi hidupnya sebagai hamba Allah yang bertaqwa. Sistem sekuler liberal telah membentuk remaja bermental rapuh dengan orientasi hidup mencapai kebahagiaan dengan standar materi dan hawa nafsu.
Berbeda dalam sistem kehidupan Islam. Dimana sistem ini akan membentuk masyarakat yang bertaqwa dan berkepribadian Islam termasuk para remajanya. Dari lingkungan keluarga akan karakter remaja dibangun dengan pondasi penanaman akidah yang kuat oleh orang tua. Pada lingkungan masyarakat, ada kebiasaan amar ma’ruf nahi munkar, serta sistem pendidikan yang berlandaskan akidah islam. Dengan sistem kehidupan Islam akan lahir remaja hebat, pembawa perubahan dan bermanfaat bagi umat dan Islam.