Sabtu, Agustus 23, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Perubahan Perilaku pada Remaja Akibat Stres Jadi ‘Rambu’ Bagi Orang Tua

by Mata Banua
5 November 2023
in Opini
0
D:\2023\November 2023\6 November 2023\11\Halaman 1-11 Senin\perubahan.jpg
(foto:mb/web)

Dokter spesialis kesehatan jiwa Dr dr Fransiska Kaligis, SpKJ(K), mengatakan, perubahan perilaku yang dialami anak remaja akibat stres adalah rambu bagi orang yang lebih tua untuk segera memberi perhatian dan bantuan kepada mereka. “Itu mungkin suatu tanda bahwa kita perlu memberikan perhatian kepada remaja tersebut. Perhatiannya dalam bentuk apa, mungkin kita dekati dan ajak komunikasi dulu,” kata Fransiska yang berpraktik di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) dalam diskusi daring yang diikuti di Jakarta, Rabu (1/11/2023).

Ia mengatakan, wajar apabila remaja mengalami stres saat mereka mengalami perubahan besar baik secara fisik, mental, maupun hormonalnya, dan di saat yang sama bertemu dengan orang dan lingkungan baru saat beranjak dewasa. Tekanan yang dihadapi remaja saat pertumbuhan pada dasarnya punya dampak positif karena stres yang timbul dapat memotivasi mereka untuk mencapai sesuatu, seperti mempersiapkan ujian atau kompetisi hingga rampung, serta melatih diri menangani stres.

Artikel Lainnya

Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Kebijakan Pemblokiran Rekening Dormant, Solusi Ambigu Salah Sasaran

21 Agustus 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

PR Kita Setelah Merdeka

21 Agustus 2025
Load More

Remaja yang menghadapi kondisi stres baru memerlukan bantuan orang lain apabila stres tersebut tidak dapat mereka tangani dan justru berdampak pada penurunan produktivitas, termasuk kinerja akademis, serta perubahan perilaku. Fransiska yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut memastikan apabila perubahan perilaku tersebut tidak pulih dalam waktu dua pekan, kondisi tersebut dapat disebut sebagai gangguan stres yang jika tidak ditangani dapat berubah menjadi depresi.

Remaja yang kesulitan menangani stresnya perlu diajak bicara dan berkomunikasi, dan apabila kondisinya belum kunjung membaik, mereka bisa diajak berkonsultasi ke tenaga profesional yang dapat merencanakan tindakan pemulihan yang tepat.

Ia juga mengingatkan bahwa ketika membantu remaja tersebut, orang yang lebih tua harus membangun kepercayaan dan menjelaskan bahwa niat mereka adalah membantu. Upaya tersebut harus dilakukan melalui persuasi dan bukan dengan cara paksaan atau kekerasan.

Peran orang yang lebih tua dalam membantu remaja yang terkena gangguan stres jadi semakin mendesak apabila remaja itu sudah menunjukkan ide, berencana, atau bahkan mencoba mengakhiri hidup.

“Jika dari omongannya menunjukkan rasa putus asa atau ada keinginan mengakhiri hidup, jangan kita anggap itu adalah omongan yang mencari-cari perhatian belaka,” kata Fransiska.ant

 

 

Tags: Dokter spesialis kesehatan jiwaDr dr Fransiska KaligisStres
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA