Mata Banua Online
Selasa, November 11, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Kesetaraan Gender dan Kehidupan Damai Bangsa Indonesia

by matabanua
8 Oktober 2023
in Opini
0
D:\2023\Oktober 2023\9 Oktober 2023\8\8\New Folder\nur hanifah.jpg
Nur Hanifah Ahmad ( Alumni S1 Jurusan Studi Agama-agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga)

 

Kehidupan bangsa Indonesia pada tahun 2023 ini memiliki unsur penting untuk terciptanya Bangsa yang seutuhnya damai. Salah satu unsur penting tersebut terletak pada kesetaraan gender. Tentunya hal ini telah diperjuangkan oleh berbagai tokoh dan akademisi penting Indonesia, seperti R.A Kartini, Amina Wadud, Dr. Tuty Heraty, hingga Siti Musdah Mulia. Ke empat tokoh yang telah berhasil membawa Indonesia menjadi ada sisi setara secara gender.

Berita Lainnya

D:\2025\November 2025\11 November 2025\8\8\Muhammad Alwi Hasan.jpg

Strukturalisme Transendental Hubungan Kiai dan Santri Dalam Pendidikan Pesantren

10 November 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Sampai Kapan Korupsi Di Negeri Ini?

10 November 2025

Berkat perjuangan para pejuang kesetaraan gender, pada tahun 2023 ini perempuan Indonesia sudah dapat berkiprah ke berbagai aspek kehidupan. Dari aspek pendidikan, rumah tangga, hingga aspek sosial. Sehingga stigma perempuan yang hanya pantas berada di lingkup rumah tangga sebagai seorang yang hanya bisa melahirkan, mengurusi rumah dan mengurusi suami, sudah teralihkan. Perempuan bisa berlapis peran yang tidak jauh dari peran laki-laki.

Tokoh besar Indonesia Raden Ajeng Kartini yang menjadi tokoh emansipasi wanita ini merupakan keturunan bangsawan dengan perjuangan mendirikan sekolah khusus perempuan di Semarang tahun 1913. Sekolah ini melalui berbagai perjuangan panjang dari awalnya hanya di isi kaum bangsawan, kemudian bisa di akses kaum menengah. Hasil besar dari perjuangan Raden Ajeng Kartini ini membuat bangsa Indonesia pada tahun 2000-an terutama tahun 2023 para perempuan Indonesia bebas mengakses ilmu dalam ranah pendidikan maupun non pendidikan.

Tokoh selanjutnya yaitu Amina Wadud, seorang tokoh Muslim perempuan yang merupakan mualaf pada usia 20 tahun yang bertepatan tahun 1972 ini merupakan sosok perempuan kontroversial yang pernah menjadi Imam Shalat Jum’at di New York pada 18 Maret 2005. Peran Amina Wadud di Indonesia dalam perjuangan kesetaraan gender ini terletak pada peran perempuan Indonesia ranah agama. Hal ini seperti perempuan yang seharusnya dapat setara dalam ranah hukum agama. Ketika ranah agama perempuan berada dalam kesetaraan dengan laki-laki, maka akan lebih membuat bangsa Indonesia memiliki tambahan nilai damai dalam kehidupan berbangsa.

Tokoh ketiga ada pada ranah pendidikan yaitu Dr. Toeti Herati yang merupakan Dosen perempuan pertama UI (Universitas Indonesia) sekaligus pejuang sastra perempuan di Indonesia. Berkat perjuangan Toeti Herati di Indonesia ini sudah terwujud kesetaraan dalam perempuan yang menyuarakan pemikirannya melalui sastra maupun media massa. Selain itu di ranah pendidikan, perempuan dapat berperan lebih jauh dengan karya-karya akademik maupun non akademik secara lebih luas. Meskipun perempuan di Indonesia tetap harus berjuang lebih keras dari laki-laki.

Tokoh terakhir ada Siti Musdah Mulia yang merupakan Dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekolah tokoh kesetaraan gender di Indonesia yang berdekatan dengan Toeti Heraty. Khas perjuangan ranah gender yang dimiliki Siti Musdah Mulia ada pada keseteraan gender perempuan dalam ranah Politik. Hasil perjuangan Siti Musdah Mulia ini yaitu terlahirnya banyak perempuan yang aktif di ranah aktivis. Hal ini seperti perempuan yang dapat menjadi ketua organisasi politik, atau di lingkungan pemerintah.

Peran berbagai tokoh perempuan Indonesia dalam keseteraan gender tersebut turut serta mewujudkan Indonesia yang damai dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa. Dari aspek agama, politik, sastra hingga sosial. Meski belum berhasil sepenuhnya, namun sejauh perjalanan bangsa Indonesia dari awal perjuangan Raden Ajeng Kartini pada tahun 1913 hingga tahun 2023 ini telah membawa perubahan yang sangat banyak terkait kesetaraan gender terhadap perempuan.

Fakta pada tahun 2023 perempuan telah dapat aktif sebagai penuntut ilmu di ranah pendidikan. Menjadi sastrawan yang mengemukakan pemikirannya di publik secara bebas. Menjadi pendidik di Pondok Pesantren maupun luar Pondok Pesantren, dan berkiprah secara bebas di dunia politik.

Kesetaraan gender yang baik di Indonesia ini pada akhirnya perlu penjagaan lebih jauh sebagai penerus perjuangan para pejuang kesetaraan gender terdahulu ataupun masa sekarang. Berperan dengan aktif sebagai aktivis gender, sastrawan perempuan, aktivis perempuan, akademisi perempuan dan berbagai hal lain sebagai bentuk perjuangan kesetaraan gender di Indonesia.

 

 

Tags: Alumni S1 Jurusan Studi Agama-agama Fakultas UshuluddinGenderNur Hanifah Ahmad
Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper