
JAKARTA – Harga beras terus mengalami kenaikan dalam beberapa bulan terakhir. pedagang mengatakan kenaikan harga beras ini mencetak rekor tertinggi.
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti pun buka suara penyebab kenaikan harga beras ini.
“Untuk Inflasi beras September 2023 secara month to month (bulanan) merupakan yang tertinggi sejak ebruari 2018,” kata Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta.
Dia mencatat, inflasi beras pada September 2023 mencapai 5,61 persen secara bulanan (mtm) dengan andil 0,18 persen. Sedangkan, inflasi beras sebesar secara tahunan (yoy) sebesar 18,44 persen dengan andil inflasi 0,55 persen.
Amalia mengungkapkan, kenaikan harga beras saat ini tak lepas dari terus turunnya faktor produksi sejak Agustus 2023 lalu. Di sisi lain konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan sumber karbohidrat tersebut tetap tinggi.
Hal ini berdampak pada menipisnya pasokan beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun, tren penurunan produksi beras menjelang akhir tahun dibandingkan awal tahun lumrah terjadi di setiap tahunnya.
“Memang ada kecenderungan penurunan jumlah produksi beras dari bulan Agustus ke bulan bulan berikutnya sampai dengan akhir tahun disebabkan karena faktor musiman. Jadi, seperti biasanya memang di akhir tahun itu produksi beas relatif lebih rendah dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya,” beber Amalia.
Selain faktor produksi, kenaikan harga beras juga dipengaruhi oleh kebijakan larangan ekspor yang dilakukan sejumlah produsen utama akibat inflasi, perubahan iklim hingga El-Nino. Semisal India sampai Vietnam.
“Di beberapa negara penghasil utama beras dunia, seperti Thailand kemudian Vietnam dan juga India itu juga sudah mulai terjadi penurunan produksi beras, bahkan India melakukan kebijakan untuk pembatasan ekspor,” tegasnya.
Lanjutnya, Amalia memastikan pemerintah tidak berdiam diri dalam merespon kenaikan harga beras yang kian mencekik masyarakat. Salah satunya pemerintah terus mengoptimalkan peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID untuk mengendalikan laju inflasi beras.
“Dengan adanya TPID yang kemudian bagaimana memastikan, mengantisipasi gangguan sisi supply ini dengan lebih baik oleh pemerintah,” pungkasnya.
Sebelumnya, harga beras terpantau terus mengalami kenaikan hingga pecahkan rekor. Harga beras medium kini bertengger di atas Rp 12.000 per kg dari semula Rp 10.000 per kg.
Untuk harga beras operasi pasar atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Perum Bulog saat ini dipatok Rp 54.500 untuk 5 kg, naik Rp 7.500 dari sebelumnya Rp 47.000 per 5 kg.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan, guna meredam gejolak harga beras, pihaknya kini memprioritaskan distribusi kepada pengecer.
“Jadi kan dari kondisi pasar sekarang masyarakat masih punya akses mendapatkan beras yang murah melalui pengecer. Makanya kebijakan Pesiden, bahwa pelaksanaan SPHP dilakukan ke pengecer. Harapannya dia akan lebih dekat dengan konsumen,” ujarnya. lp6/mb06