
Jakarta – Asa Manchester United mengawali musim dengan hasil-hasil manis tak terwujud. Main tidak bagus, kekalahan pun silih berganti datang di Liga Inggris atau Liga Champions.
Ibarat kehidupan yang tak berjalan sesuai dengan keinginan, MU sedang berada dalam posisi tersebut. Kalah dari Tottenham Hotspur, Arsenal, Brighton & Hove Albion, Bayern Munchen, dan Crystal Palace membuat MU tak ubahnya sebagai tim medioker.
Harapan akan hasil yang membaik selalu muncul. Semua akan indah pada waktunya, namun dari hari ke hari, pekan berlanjut , dan bulan berganti, MU tidak menunjukkan perbaikan.
Usai kalah dari Palace di Old Trafford, kini The Red Devils akan menghadapi Galatasaray di liga Champions yang akan disiarkan langsung oleh SCTV, Rabu (4/10) pukul 03:00 WITA. Harapan pun membumbung lagi.
Fakta akan deretan cedera pemain dan masalah indisipliner adalah situasi yang sepertinya sudah biasa dihadapi sang pelatih Erik Ten Hag.
Tim terbaik di tengah keterbatasan pemain yang bakal diandalkan Ten Hag tak lepas dari nama-nama seperti Andre Onana, Diogo Dalot, Raphael Varane, Victor Lindelof, Sergio Reguillon, Casemiro, Sofyan Amrabat, Bruno Fernandes, Mason Mount, Marcus Rashford, dan Rasmus Hojlund.
Setelah memaksimalkan pemain-pemain yang ada, Ten Hag masih harus menuntaskan pekerjaan rumah lain yang tak cuma soal kedalaman skuad.
Ketidakmampuan mencetak gol menandakan MU memiliki masalah ofensif. Tak cuma penyelesaian akhir yang disorot, namun ada pula masalah penciptaan final pass, dan keputusan-keputusan yang dipertanyakan di sepertiga akhir lapangan.
MU baru mencetak tujuh gol dalam tujuh laga Liga Inggris. Sementara ada tiga gol dalam sebuah pertandingan Piala Liga, dan tiga gol ketika kalah dari Munchen di Liga Champions.
Ten Hag paham ada masalah itu. Juru taktik asal Belanda terang-terangan menyatakan hal tersebut usai kekalahan dari Palace akhir pekan lalu.
Sosok Rashford yang semula diharapkan menjadi penolong di masa genting malah dipertanyakan kemampuannya lantaran tak bermain efektif dan belum mencetak gol. Justru pencetak gol terbanyak MU hingga saat ini adalah Casemiro yang merupakan gelandang.
Selain masalah produktivitas gol, data kebobolan 16 gol dari sembilan pertandingan di semua kompetisi menunjukkan ada hal yang tak beres di belakang.
Onana sudah kadung dicap sebagai kambing hitam atas beberapa bola yang bersarang di gawang Setan Merah, namun di luar kesalahan kiper Kamerun tersebut ada pula faktor kinerja lini pertahanan yang bisa diperdaya lawan.
Gaya main MU pun disebut-sebut menjadi makanan empuk lawan yang memilih agresif saat menghadapi mantan penguasa Liga Inggris tersebut.
Hal non-teknis lain yang menghantui MU adalah nama besar klub. Ekspektasi akan kesuksesan terus datang, seolah tak peduli tim sedang dalam masa pembentukan dan masih rentan goyah.
Permainan lambat MU bisa jadi masalah jika menghadapi Galatasary yang kini diperkuat beberapa nama dengan kapasitas bisa merepotkan lawan seperti Mauro Icardi, Wilfried Zaha, Dries Mertens, Lucas Torreira, Davinson Sanchez, dan Karem Demirbay. Belum lagi bila Hakim Ziyech dinyatakan fit dan bisa tampil.
Permainan Galatasaray pun cenderung lebih matang dan kukuh pada musim ini. Sejak awal musim, Galatasaray sudah bermain 14 kali dan tidak pernah kalah dengan perincian 11 menang dan tiga kali imbang.
Untuk urusan gol, skuad Aslanlar juga hampir selalu membobol gawang lawan di setiap laga. Meski lawan-lawan Galatasaray sebelumnya tidak bisa dibandingkan secara apple to apple dengan MU, catatan tersebut pantas membuat MU waswas.
Pada masa lalu, MU sudah merasakan tekanan Galatasaray yang tercatat pernah meraih hasil positif ketika bertemu dengan klub yang bermarkas di Stadion Old Trafford tersebut.
Pertandingan melawan Galatasaray tentu menghadirkan beban bagi MU yang ingin bangkit dari keterpurukan. Seandainya bisa menang maka ekspektasi melihat kemenangan jadi hal yang reguler bukan tak mungkin jadi kenyataan. Sebaliknya jika kalah, MU tentu tak akan habis berharap semua akan indah pada waktunya.web