Senin, Juli 14, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Perubahan Iklim Ancam Produksi Beras dalam Jangka Panjang

by matabanua
24 September 2023
in Ekonomi & Bisnis
0
D:\2023\September 2023\25 September 2023\7\7\Foto hal Ekonomi  ( 25 september  )\hal 7 - 2 klm (Bawah).jpg
(foto:mb/web)

 

JAKARTA – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai penurunan produksi beras yang menyebabkan lonjakan harga tak terlepas dari dampak perubahan iklim. Produksi beras dalam jangka panjang pun bisa terancam.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\7\7\master 7.jpg

Rumah Subsidi 18 Meterpersegi Batal Dibangun

10 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\7\7\hal 7 - 2 kklm (KIRI).jpg

Harga Beras Mahal, Cabai Makin Pedas

10 Juli 2025
Load More

Dewan Komisioner dan Ekonom Senior Indef Bustanul Arifin mengatakan, perubahan iklim global menjadi penyebab awal yang membuat harga beras melonjak.

Bustanul mengatakan, kenaikan suhu bumi mencapai 1,5 derajat Celsius dalam 120 tahun terakhir dan diperkirakan terus meningkat hingga dua derajat Celsius.

“Dampaknya, bumi menyala, es di kutub mencair, dan permukaan air laut sudah naik 3,9 mm per tahun, itu sangat tinggi sekali. Saya ngeri ada beberapa pulau yang tenggelam,” ujar Bustanul dalam diskusi publik yang bertajuk “Waspada Bola Panas Harga Beras” di Jakarta.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memperkirakan terjadi kenaikan air laut 60 cm pada tahun 2000-2100. Kondisi ini membuat udara yang kian panas dan siang yang lebih panjang dari biasanya.

“Hal ini memengaruhi proses pematangan dari padi. Proses pematangan yang terlalu lama siangnya atau panasnya biasanya menghasilkan hampa yang membuat gabahnya jadi kosong, ini sudah pasti mengurangi produksi, lalu suplai berkurang, dan harga tinggi. Itu logikanya,” ucap dia.

Bustanul menyampaikan, pemanasan global diperparah dengan adanya dua fenomena El Nino Southern Oscillation (ENSO) atau memanasnya suhu muka laut (SML) di atas nrmal di Pasifik tengah dan timur serta Indian Ocean Dipole (IOD) atau fenomena atmosfer di Samudra Hindia berdasarkan anomali SML di pantai timur Afrika dan pantai barat Sumatra.

“Setelah pemanasan global ada dua peristiwa, namanya ENSO dan IOD yang berhubungan dengan air laut yang membawa uap panas,” lanjutnya.

Bustanul menyampaikan, faktor-faktor ini berkontribusi terhadap melonjaknya harga beras. Pasalnya, kekeringan ekstrem yang terjadi pada fase generatif akan mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Menurut Bustanul, hal itu dapat terlihat jelas dalam penurunan luas panen maupun produktivitas pada Januari-September 2023 daripada periode yang sama tahun lalu.

Dia merinci, luas panen pada Januari-September 2023 tercatat sebesar 8,62 juta hektare yang turun 0,07 juta hektare atau 0,86 persen dari luas panen 2022 yang sebesar 8,69 juta hektare. Pun dengan produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 44,48 juta ton pada 2023 yang turun 0,95 juta ton atau 2,86 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebanyak 45,43 juta ton.

Dengan begitu, lanjut Bustanul, tak mengherankan jika produksi beras Indonesia hanya 25,63 juta ton pada Januari-September 2023. Jumlah itu turun 0,54 juta ton atau 2,08 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya dengan 26,17 juta ton beras.

Belum lagi kalau lihat faktor global, di mana terjadi dinamika akibat invasi Rusia dan India yang melarang ekspor beras ikut melonjakkan harga beras,” kata Bustanul.

Oleh karena itu, Bustanul menilai pemerintah punya pekerjaan rumah (PR) besar dalam menghadapi lonjakan harga beras. Pemerintah harus memiliki solusi jangka pendek dan jangka panjang dalam menyelesaikan persoalan tersebut. rep/mb06

 

 

Tags: berasBustanul ArifinDewan Komisioner dan Ekonom Senior Indefperubahan iklim
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA