Rabu, Juli 9, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Waspada! Generasi dalam Jeratan Liberalisme

by matabanua
21 Agustus 2023
in Opini
0

Oleh :Hayatun Izati Annisa, S.Pd (Aktivis Muslimah)

Pemuda adalah harapan bangsa yang akan mengubah peradaban. Dipundaknyalah, diletakkan harapan perubahan hakiki. Namun, harapan ini tampaknya jauh dari kenyataannya. Kita saksikan banyak generasi muda saat ini telah jatuh dalam jeratan pergaulan bebas, bahkan sampai berujung kehamilan, yang membuat segalanya makin rumit.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\10 Juli 2025\8\Trubus Rahardiansah.jpg

Temuan Rekening Judol dan Keseriusan Pemerintah Prabowo Jaga Integritas Bansos

9 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\10 Juli 2025\8\Fajar Riza Ul Haq.jpg

Yang Baru di Tahun Ajaran Baru: Urgensi dan Relevansi

9 Juli 2025
Load More

Dilansir dari batampos.jawapost.co.id, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan mayoritas anak remaja di Indonesia sudah berhubungan seksual. Untuk remaja 14-15 tahun jumlahnya 20 persen anak, dan 16-17 tahun jumlahnya mencapai 60 persen.

Ketua BKKBN Kepri Rohina, menyebutkan faktor penyebab dari hal tersebut di era perkembangan digital baik itu media sosial dan konten negatif yang mudah diakses. Penyalahgunaan akses internet tersebut , membuat anak remaja bisa dengan bebas berselancar hingga menemukan konten yang tidak sesuai lalu mencobanya hingga terjerumus pada pergaulan bebas (6/8)

Maraknya hubungan seksual secara bebas tentunya akan menambah deretan panjang kasus perzinaan yang terjadi di negeri ini. Sungguh miris, Inilah potret buram generasi muda kita saat ini. Mengapa ini bisa terjadi? Ini membuktikan bahwa paham liberalisme telah berhasil menggerogoti pemikiran generasi. Pemikiran ini lahir dari paham sekulerisme yang menjauhkan manusia dari nilai-nilai agama. Melemahkan akidah, mereka tidak terdidik dengan keimanan tapi justru malah makin dijauhkan dari agama. Walaupun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, namun nilai-nilai serta aturan yang ada dalam Islam tak dapat diterapkan untuk kehidupan sehari-hari, agama hanya berlaku sebatas ibadah ritual semata.

Akibatnya para generasi muda ini tidak tahu tujuan hidup mereka di dunia bahkan mereka tidak memiliki rasa takut dan dosa kepada Allah, sehingga mudah bagi mereka untuk melakukan kejahatan serta kemaksiatan yang dilarang agama. Padahal di tangan para pemuda inilah tongkat estafet kepemimpinan masa depan bangsa akan berlanjut.

Potensi pemuda yang demikian besar hari ini dibajak dan hanya diarahkan untuk menjadi sosok yang menjadi budak dunia dan miskin visi akhirat. Jika hal ini dibiarkan, maka para generasi kita akan menjadi generasi rusak dan pemuja syahwat dunia dengan hawa nafsu sesaatnya. Lantas apa yang bisa diharapkan dari generasi yang seperti ini? Tanpa disadari, sejatinya sistem sekular liberal ini telah menghancurkan kehidupan mereka.

Sistem pendidikan sekuler yang memisahkan agama dengan kehidupan saat ini tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas akan dibawa ke mana generasi muda ke depannya. Kurikulum terus berganti dan selalu berubah-ubah sesuai dengan kebijakan yang berlaku pada saat ini.

Di sisi lain negara bukan menjadi pelindung masa depan remaja, negara justru berada di pihak pengusaha. Kebijakan-kebijakan yang diambil bukannya menghentikan penyebaran pornografi dan pornoaksi, namun tayangan atau konten merusak akhlak dan moral remaja tersebut tetap saja mudah tayang dan bebas diakses oleh siapa pun.

Parahnya, kerusakan akibat liberalisme justru dijawab dengan solusi yang memperparah rusaknya moral generasi. Misalnya, dokumen ICPD ( International Conference on Population and Development) yang merumuskan 12 hak reproduksi pada remaja, yakni (1) hak hidup; (2) hak atas kemerdekaan dan keamanan; (3) hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi; (4) hak atas kerahasiaan pribadi; (5) hak atas kebebasan berpikir; (6) hak mendapatkan informasi dan pendidikan; (7) hak untuk menikah atau tidak menikah, serta membentuk dan merencanakan keluarga; (8) hak untuk memutuskan mempunyai anak atau tidak dan kapan mempunyai anak; (9) hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan; (10) hak untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan; (11) hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik; dan (12) hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk.

Dianggap sebagai solusi, tetapi hal itu justru menyimpan bahaya besar bagi remaja. Jika merujuk ICPD tadi, para remaja diberi kebebasan memilih dan menentukan sendiri kehidupan seksual dan reproduksinya.

Jelas sekali solusi tersebut sarat dengan nilai liberal. Apalagi jika diiringi dengan kampanye ABC (abstinence, be faithful, condom). Abstinence, semisal boleh berpacaran asal bisa menahan nafsu. Be faithful, maknanya setia pada pasangan, tidak ada penjelasan pasangan halal atau haram. Condom, bermakna kampanye penggunaan kondom. Ini sama saja mendorong pelegalan seks bebas, seakan-akan remaja boleh seks bebas asalkan aman dari penyakit menular semisal HIV/AIDS

Maka dari itulah sangat jelas sekali bahwa sistem saat ini yaitu kapitalisme sekularisme gagal mencetak generasi berkepribadian mulia.

Hal demikian menjadi PR besar bagi negeri ini yang masih mempertahankan sistem sekular-liberal. Sistem sekuler liberal terbukti hanya merusak generasi, yang mana akan menjadi penghalang bagi kemajuan negeri. Karena tak akan mampu Indonesia menjadi negara yang mandiri, maju dan berdaulat di tangan generasinya yang rusak.

Generasi ini akan rusak jika tidak diatur dengan aturan yang baik. Aturan yang baik itu hanya berasal dari Pencipta, karena Allah sangat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh hamba-hamba-Nya. Maka Allah pun menurunkan Islam untuk mengatur segala aspek kehidupan di dunia. Salah satunya mengatur tentang pergaulan remaja agar tidak terjerumus kedalam pergaulan bebas. Karena dalam Islam, aturan yang mengatur tentang pergaulan tidak diserahkan kepada individunya, tetapi negara, masyarakat dan keluarga ikut andil dalam menerapkan aturan, sehingga aturan itu ditaati semua umat.

Islam dengan tegas mengharamkan zina.

Untuk itu Islam memberikan solusi preventif maupun kuratif atas pergaulan bebas yang kian marak terjadi. Solusi preventif yang disuguhkan dalam Islam, bahwa kehidupan laki-laki dan perempuan terpisah kecuali jika ada hajat syar’i yang membolehkan mereka melakukan interaksi. Dalam Islam juga memerintahkan laki-laki dan perempuan menjaga pandangan, menutup auratnya,seorang perempuan juga diharamkan berperilaku seperti perempuan jahiliah, dilarang ber-khalwat serta ber-ikhtilat.

Selain itu masyarakat juga harus menyadari akan pentingnya Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Islam mewajibkan perkara tersebut sebagai bentuk kepedulian kita terhadap saudara sesama muslim.

Negara akan menyelenggarakan pendidikan berbasis akidah Islam dan mengajarkan hukum syariat kepada peserta didik. Negara juga wajib menjamin tidak akan ada konten-konten yang merusak akhlak masyarakat.

Selain itu, Islam memberikan solusi kuratif yang mana hal ini menjadi peran negara dalam melaksanakannya. Dalam hukum Islam, seorang perempuan dan laki-laki yang berzina hukumannya adalah 100 dera dan bagi yang sudah menikah hukumnya adalah dirajam hingga mati. Sanksi yang tegas diberlakukan sebagai upaya menekan tingkat pergaulan bebas serta sebagai penghapus dosa zina bagi pelaku zina. Di sinilah yang menjadi peran negara untuk menerapkan Islam secara kaffah, karena jika Islam hanya diemban oleh individu dan masyarakat semata tidak akan dapat sempurna upaya-upaya dilakukan untuk menekan derasnya arus pergaulan bebas.

Namun, itu semua terlaksana jika negara ini mau menerapkan Islam secara sempurna. karena dengan penerapan Islam secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupan, generasi akan terlindungi dari pergaulan bebas. Masa depan umat ini ada di tangan para pemuda. Oleh karenanya, menyelamatkan mereka dari jeratan sekulerisme-iberalisme dan mengembalikan identitas keislaman mereka adalah tugas kita bersama. Wallahu’alam Bishawab

 

 

Tags: Aktivis MuslimahHayatun Izati AnnisaKepri RohinaKetua BKKBNLiberalisme
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA