JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2023 mengalami inflasi sebesar 0,21 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan bahwa komoditas yang menjadi pendorong utama inflasi Juli 2023 di antaranya komoditas angkutan udara dengan andil 0,06 persen.
Selain itu, komoditas penyumbang lainnya yaitu daging ayam ras dengan andil 0,04 persen, cabai merah 0,03 persen, dan bawang putih 0,02 persen. “Beberapa komoditas dengan andil 0,01 persen, seperti biaya sekolah dasar, telur ayam ras, biaya sekolah menengah atas, biaya sekolah menengah pertama, rokok kretek filter, dan kentang,” katanya dalam konferensi pers, Selasa.
Pudji menyampaikan ada beberapa faktor yang mempengaruhi inflasi pada periode Juli 2023. Pertama, dasarian I Juli 2023 masih didominasi oleh curah hujan kategori rendah, meski diwarnai beberapa kejadian curah hujan tinggi harian di beberapa lokasi. Selain itu, dasarian II Juli juga masih didominasi oleh curah hujan kategori rendah.
Kedua, periode Jui 202 bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah atau tahun ajaran baru setelah periode liburan sekolah berakhir. Ketiga, pemerintah kembali melakukan penyesuaian harga BBM nonsubsidi, diantaranya pada harga BBM Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex, per 1 Juli 2023. Keempat, Bank Indonesia kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuan sebesar 5,75 persen pada Juli 2023.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Juli 2023 sebesar 3,08 persen (yoy). Realisasi ini turun dibandingkan Juni 2023 yang sebesar 3,52 persen (yoy).
Sedangkan, inflasi secara bulanan tercatat sebesar 0,21 persen. Lebih tinggi dibandingkan realisasi Juni 2023 sebesar 0,14 persen.
“Inflasi Juli 2023 secara bulanan lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya. Namun ini lebih rendah dibandingkan Juli 2022,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini.
Kelompok penyumbang inflasi tertinggi pada Juni ini adalah kelompok transportasi dengan inflasi 0,58 persen dan andil 0,08 persen. Kemudian disusul kelompok pendidikan dengan inflasi 0,66 persen dan andil 0,04 persen.
Selanjutnya, kelompok makanan, minuman dan tembakau tercatat inflasi 0,22 persen dengan andil 0,06 persen.
Komoditasnya adalah angkutan udara andil 0,06 persen, daging ayam ras andil 0,04 persen, cabai merah andil 0,03 persen, dan bawang putih andil 0,02 persen.
“Kemudian ada juga karena kenaikan biaya sekolah, telur ayam ras, biaya sekol SMP, SMA, rokok kretek filter dan kentang yang andilnya 0,01 persen,” kata Pudji.
Secara umum dari 90 kota yang dipantau BPS, 77 kota mengalami inflasi dan 13 kota mengalami deflasi. Dari 77 kota, sebanyak 46 kota mengalami inflasi di atas inflasi nasional dan 31 kota lainnya di bawah inflasi nasional. bisn/mb06