Kamis, Agustus 21, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Selamatkan mangrove rambai untuk Bekantan

by matabanua
5 Juli 2023
in Headlines
0

 

Artikel Lainnya

Diduga Memeras, Wamenaker Ditangkap KPK

Diduga Memeras, Wamenaker Ditangkap KPK

21 Agustus 2025
DNA Tak Cocok, Lisa Mariana Minta Maaf ke Atalia

DNA Tak Cocok, Lisa Mariana Minta Maaf ke Atalia

21 Agustus 2025
Load More

Sekelompok Bekantan tampak asik bergelantungan di atas batang pohon rambai yang menjadi tumbuhan mangrove (bakau) di atas lahan basah perairan Sungai Barito, kawasan Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala. Sebagian ada yang sedang memakan buahnya sembari menggendong anak di pangkuan sang induk betina.

Aktivitas kehidupan Bekantan di pohon rambai ini menjadi pemandangan menarik bagi para wisatawan khusus berkunjung ke Pulau Curiak yang kini jadi pusat riset dan konservasi Bekantan di luar kawasan konservasi oleh Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI).

Populasi Bekantan di Pulau Curiak mengalami peningkatan jumlah dari 14 individu selama 2016, menjadi 38 ekor pada 2023 yang dicatat SBI.

Menurut pendiri sekaligus CEO SBI foundation Amalia Rezeki, peningkatan populasi Bekantan ini karena seiring dengan peningkatan restorasi mangrove rambai yang menjadi tempat hidup sosok primata endemik Pulau Kalimantan tersebut.

Sejak 2017, SBI telah melakukan penanaman lebih dari 15 ribu bibit pohon rambai, dan pada tahun ini rencananya di tambah 10 ribu batang yang tersebar di kawasan Stasiun Riset Bekantan dan Mangrove Rambai Center, di Anjir Muara Pulau Curiak dan sekitarnya.

Restorasi mangrove rambai merupakan program yang pertama kalinya dicanangkan oleh Amalia Rezeki, sang doktor konservasi Bekantan Universitas Lambung Mangkurat (ULM).

Baginya, untuk menyelamatkan Bekantan mesti menyediakan habitat berupa hutan mangrove rambai.

Di sisi lain, memulihkan habitat Bekantan berarti memulihkan ekosistem lahan basah berupa hutan mangrove rambai, yang juga menjadi upaya mitigasi bencana iklim akibat pemanasan global.

Selain penguatan kapasitas masyarakat lokal dalam upaya pelestarian mangrove, SBI juga sudah membangun green house mangrove rambai sebagai pusat pembibitan tumbuhan rambai.

Green house yang dibangun cukup menampung sekitar 10.000 bibit rambai yang disemai secara generatif, dan dikelola oleh Kelompok Nelayan Peduli Lingkungan  Mangrove Rambai Lestari binaan SBI sejak lima tahun lalu.

Ia pun bertekad Pulau Curiak akan menjadi role model pemulihan ekosistem kawasan lahan basah, terutama mangrove rambai di dunia.

Tekad Amalia Rezeki ini didukung sepenuhnya oleh berbagai pihak yang peduli terhadap upaya konservasi Bekantan dan ekosistem, salah satunya PT Pamapersada Nusantara Banjarbaru yang menyokong pembangunan green house di Pulau Curiak.

Deputy BBSO Head Pamapersada Nusantara Arif Cahyadi mengatakan, pembangunan green house adalah sebagai bentuk keberlanjutan komitmen pihaknya yang telah menjalin kerja sama dengan SBI, yang selama lima tahun mendukung upaya pelestarian satwa endemik Kalimantan, serta pemulihan ekosistem mangrove terutama jenis tumbuhan rambai yang memiliki dampak positif bagi penyerap karbon untuk penanganan perubahan iklim.

SBI bersama tim peneliti ULM berupaya menyelamatkan keberadaan pohon rambai terbesar dan tertua di kawasan Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak.

Dengan memiliki tinggi sekitar 25 meter dan lingkar batang hingga mencapai 2,71 meter, pohon rambai yang berada tepat di samping bangunan Camp Research Tim Roberts yang menjadi pusat studi dan penelitian bekantan serta ekosistem lahan basah itu, kini terus dipelihara secara alami.

Secara ilmiah, pada umumnya pohon rambai memiliki usia tumbuh antara 25 hingga 30 tahun, dan memasuki fase akhir dengan ditandai daun yang luruh serta pelapukan batang pohon hingga kemudian mati.

Pohon rambai atau pidada merah merupakan salah satu jenis tanaman mangrove (bakau) yang tumbuh pada substrat dari kombinasi dominan lumpur dan pasir dengan kedalaman berkisar antara 18 hingga 22 cm, serta selalu tergenang air.

Amalia Rezeki menyebutkan, rencana menjadikan tempat tumbuh pohon rambai tua tersebut sebagai objek konservasi, sekaligus wisata minat khusus selain wisata konservasi Bekantan yang telah dikelola sebagai Pusat Riset Ekosistem Lahan Basah di Kalsel.

Alhasil, wisatawan bisa mendapat pengetahuan tentang pohon rambai raksasa dan pentingnya menjaga keberadaan pohon secara lestari bagi planet bumi.

Dalam wisata minat khusus yang dikembangkan SBI bertajuk; Bekantan Ecotour, pengunjung di ajak menyusuri trek hutan mangrove atau bakau hasil restorasi.

Bahkan setiap bulan ada pelajar dan mahasiswa yang berkunjung ke Stasiun Riset Bekantan, baik lokal maupun manca negara.

“Bulan Juni lalu ada wisatawan dari Jepang dan Hongkong berjumlah sekitar 20 orang, serta bulan Juli ini rencananya 40 mahasiswa dari Australia,” katanya. ant

 

Tags: kehidupan Bekantanmangrove rambaitumbuhan mangrove
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA