
“Hanya mereka yang tidak berperasaan bersusah payah menunaikan ibadah haji ke Mekkah tapi tega tidak berziarah ke makam kekasihnya di Madinah.”
KALIMAT dari Buya Hamka itulah yang terus terngiang di telinga Babah Alun alias Jusuf Hamka, saat berhaji pada 1984 atau tiga tahun usai ia mengucapkan syahadat.
Kekasih yang dimaksud Buya Hamka adalah Rasulullah Muhammad SAW. Hal itu tertuang dalam buku Babah Alun Naik Haji terbitan Gramedia yahun 2020.
Begitu tiba di Madinah, Jusuf Hamka pun bergegas menuju Masjid Nabawi. Sahabatnya, Mochtar Sum (aktor dan pengurus Himpunan Seni Budaya Indonesia), menjadi pembimbing pribadinya.
Masjid ini didirikan Nabi Muhammad SAW di atas lahan yang sebagian milik dua anak yatim, Sahal dan Suhail putra Amr bin Amarah, yang sejak kecil diasuh Mu’adz bin Afra.
Sebagian lahan merupakan area pekuburan yang telah rusak dan terbengkalai, dan diwakafkan oleh Asád bin Zurarah.
Nabi berpatungan dengan sahabatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq membeli lahan seharga sepuluh dinar tersebut. Saat pembangunan, turut meletakan batu pertama masjid adalah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Masjid terbuat dari batu tanah setinggi setengah meter, tiang-tiangnya dari batang pohon kurma, atapnya dari pelepah daun kurma, dan lantainya di tutup dengan batu-batu halus.
Dengan luas 70×60 meter, masjid yang semula menghadap Baitul Maqdis di Yerusalem itu diberi tiga pintu, satu di belakang dan dua di samping. Di bagian sisi masjid itulah di bangun kediaman Nabi Muhammad SAW, yang kemudian di sana pula beliau dimakamkan.
Kompleks pemakaman Nabi disebut Maqshurah yang berada di sebelah timur. Di sana juga ada dua makam sahabat Nabi, yakni Abu Bakar Ashiddiq dan Umar bin Khattab.
Butuh perjuangan tersendiri untuk bisa mendekati makam. Ribuan orang berdesakan, beberapa di antaranya bersikap berlebihan.
Penjagaan oleh Askar (tentara) sangat ketat, dan akan langsung mengusir mereka yang meratap-ratap di depan makam. Namun, tetap saja jemaah mencuri-curi kesempatan untuk sekedar mencium pagar atau menggosokan sorban ke dinding makam.
Selesai berdoa, Jusuf Hamka memohon kepada Askar agar diizinkan lebih dekat ke makam, namun Askar malah menanggapinya dengan bertanya, “Shin (maksudnya, kamu orang Cina)?”
Jusuf dengan tegas menggeleng. Ketika menyebut dirinya orang Indonesia, si Askar yang tak percaya mengatakan ‘Your eyes man, your eyes, like Chinese or Japanese’ dengan kedua tangan menarik pelipis sehingga matanya yang liar menjadi sipit.
Jusuf Hamka dan Mochtar Sum pun tertawa melihat tingkah si Askar. “Terserah anda saja, mau bilang Cina atau Jepang, kami datang sebagai muslim, tamu Allah. Tak ada yang berbeda di antara kita,” ujarnya yang disambut pelukan erat oleh Askar.
“Mabrur ya akhir! Mabrur, insha Allah,” ujar si Askar yang kemudian membolehkan Jusuf Hamka menjenguk ketiga makam dengan leluasa. “Tapi jangan lama-lama,” ujar Askar mengingatkan.
Dari tahun ke tahun, zaman ke zaman, Masjid Nabawi diperbaiki, diperluas dan diperindah. Saat ini, luas keseluruhan sekitar 16.326 m2 dengan tiang berjumlah 232 buah dengan tinggi lima meter, pintunya terbuat dari kayu dengan ukiran tembaga kuning model Arab.
Di keempat sudut bangunan tegak menjulang empat menara, dan sebuah kubah hijau yang menambah cantiknya masjid ini. dt