Kamis, Juli 3, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Belajar

by matabanua
7 Juni 2023
in Opini
0
D:\2023\Juni 2023\8 Juni 2023\8\8\Ditha Agne Dewi Anggraeny.jpg
: Ditha Agne Dewi Anggraeny Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

 

Baru-baru ini Mendikbudristek Nadiem Makarim meluncurkan Merdeka Belajar Episode ke-15 Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\3 Juli 2025\8\master opini.jpg

Berantas Narkoba Selamatkan Masyarakat

2 Juli 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Kampus Bentuk Satgas Perlindungan Perempuan, Sudah Cukupkah?

2 Juli 2025
Load More

Dalam kesemapatan itu bapak Nadiem selaku Mendikbudristek menyampaikan bahwa merujuk berbagai studi nasional maupun internasional, krisis pembelajaran di Indonesia telah berlangsung lama dan belum membaik dari tahun ke tahun. Krisis pembelajaran semakin bertambah karena wabah covid-19 yang menyebabkan terhambatnya pembelajaran dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran. Krisis pembelajaran berdampak pada seluruh lini pendidikan, termasuk pendidikan vokasi yang sangat dekat dengan dunia industri. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi Vokasi (PTV) ditantang untuk mampu menciptakan sebuah tata Kelola pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang berkompeten, memiliki soft skill, berjiwa kepemimpinan (leadership) dan karakter yang baik.

Menjawab Tantangan

Kehadiran Kurikulum Merdeka (KM) merupakan bagian dari semangat belajar ‘Merdeka Belajar’, menjadi salah satu jawaban dalam menjawab tantangan yang dihadapi, karena didasari semangat mengurangi dan menyederhanakan materi pembelajaran agar bisa lebih fokus, tak menyeragamkan atau memerdekakan peserta didik sesuai minat, bakat, dan passion. Kurikulum ini dirancang untuk lebih adaptif dan fleksibel, dan didasari konsep untuk implementasi rill Link and Match antara dunia pendidikan dan dunia kerja.

Fenomena selama ini, SMK dan PTV cenderung mewajibkan semua peserta didik harus bisa dan ahli di semua bidang. Kenyataannya, itu sulit mencapai target karena memang sangat sulit membentuk peserta didik menjadi ahli di seluruh bidang dan materi, yang kelak juga tidak semuanya digunakan di dunia kerja yang sesungguhnya.

Lulusan jurusan atau prodi Teknik Mesin, misalnya, harus menjadi seorang yang ahli dalam semua bidang; ahli las, ahli membubut, ahli mesin CNC, ahli 3D printing, ahli control dan otomasi industri, ahli pengecoran logam, ahli CAD, ahli CAM, ahli mendesai produk, ahli pengerjaan pelat, bahkan ahli dalam aspek manajemen dan pengelolaan industri manufaktur. Alih-alih, bukannya menjadi ahli di semua bidang itu, yang dikhawatirkan justru semuanya tak optimal, tak sampai level “menetas”. Mereka malah terjebak ke dalam bidang-bidang yang serba tanggung, yang tak sesuai minat, bakat dan passion-nya.

Tujuan mewajibkan menjadi ahli di semua bidang itu bisa diamati dari kurikulum dan sistem pembelajarannya. Porsi setiap mata pelajaran atau mata kuliah didesain dan dipatok dengan jumlah jam pembelajaran yang relatif sangat tnggi, masing-masing mencapai 90-120 jam atau lebih. Selain itu, hamper semua diarahkan untuk memperkuat aspek hardskills atau teknis. Padahal, dunia kerja menuntut SDM harus memiliki kekuatan merata di seluruh aspek softskills, kepemimpinan, karakter dan hardskills. Jadi, kalua dunia pendidikan hanya memperkuat aspek hardskills, bisa dipastikan tak terjadi link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja.

Dalam KM, pendidikan berpatokan pada esensi dari belajar di mana setiap anak itu unik, serta memiliki bakat, passion dan minat masing-masing. Karena itu, tolak ukur yang diterapkan untuk menilai setiap peserta didik yang memiliki minat berbeda pun tak sama. Dengan demikian, setiap anak tak bisa diseragamkan. Mereka tidak bisa dipaksakan untuk mempelajari seluruh materi pembelajaran, serta dipaksakan harus menjadi ahli di seluruh bidang.

Dengan KM, pada prinsipnya, di tahun pertama, seluruh materi pembelajaran tetap diajarkan ke seluruh peserta didik, tetapi dengan porsi dikurangi dan/atau dipadatkan, serta dengan target capaian pembelajaran yang tak harus jadi ahli di seluruh bidang. Tujuannya, membentuk pondasi minimum seluruh materi, serta membuat peserta didik semakin bisa memahami minat, bakat dan passion-nya, ketika mereka sudah melihat langsung dan mengalami pembelajaran dasar seluruh materi.

Sebagai contoh, peserta didik jurusan/prodi Teknik Mesin, di tahun pertama, memang harus diajarkan serta dilatih mengikir, membubut, mengelas, desain produk, CNC, CAM, mengecor logam, 3D printing, CAD, control dan otomasi, pneumatik & hidrolik, dan lain-lain. Namun, dengan jumlah pembelajaran untuk masing-masing berkisar 5-20 jam saja. Tentunya tak hanya materi praktik, tetapi juga mencakup materi teori dan pengetahuan dasar.

Setelah itu, di tahun pertama, masih harus ditambah mengirimkan seluruh peserta didik ke industri dan dunia kerja yang relevan, selama beberapa hari. Tujuannya agar mereka bisa melihat seluruh profesi pekerjaan dan karier di dunia usaha dan dunia industri (DUDI), yang kelak akan mereka pilih sehingga mereka bisa mulai menentukan visi dan karier masa depan, ingin jadi apa sesuai minat, bakat dan passion. Tujuan berikutnya, peserta didik melihat langsung dunia kerja, yaitu membentuk pemahaman yang lebih konkret agar lebih siap menerima materi pembelajaran di tahun kedua dan seterusnya. Dan yang paling penting, para peserta didik disiapkan memasuki fase proses pembelajaran berbasis project ct-based learning serta teaching factory di sekolah atau kampus, mulai tahun kedua.

“Project-based learning”

Salah satu solusi untuk perbaikan pendidikan di Indonesia adalah dengan pembelajaran project-based learning (PBL). Brandon Goodman dan J Stiver (2010) mendefinisikan PBL sebagai sebuah pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok.

Dalam pembelajaran berbasis PBL, tidak lagi harus mengekang pertemuan tatap muka di kelas. Malah setiap hari, mayoritas waktu pembelajaran diperuntukkan agar seluruh peserta didik bekerja sama untuk mengelola teaching factory (TeFa), sesuai peran masing-masing, berinteraksi dengan konsumen dan mitra industri serta pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya.

Skema ini selayaknya sebuah industri rill yang di-set up di dalam sekolah atau perguruan tinggi. Para siswa, sebagai pengelola TeFa, melakukan marketing untuk mencari dan/atau menerima order secara profesional. Tingkat kesulitan pengerjaan atau permesinan produk pesanan dari konsumen itu bisa disesuaikan dengan karakter dan kematangan sistem TeFa, kematangan PBL dan ketersediaan mesin produk serta fasilitas TeFa yang ada. Tak harus dengan mesin-mesin canggih, pola PBL ini sebenarnya sudah sangat bisa dijalankan.Dengan demikian, peserta didik akan mengalami pembelajaran dengan pengalaman riil di dunia kerja. Baik itu pengalaman manis, maupun pengalaman pahit. Ditolak calon konsumen, misalnya, atau dikomplain konsumen yang tak puas dengan produk atau performa TeFa. Jenis proyek yang dikerjakan atau dikelola juga relevan dengan materi P5BK (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja) di KM.

Pola PBL akan sangat mendorong para pengajar saling berkolaborasi dengan skema team teaching. Pola PBL menghilangkan sekat-sekat antar mata kuliah atau mata pelajaran, yaitu setiap pengajarr mengelola pembelajaran sendiri-sendiri tanpa upaya saling menyesuaikan satu sama lain. Pola PBL mengeleminasi para pengajar memberikan penugasan sendiri-sendiri, meminimalisasi tumpeng tindih materi antar mata kuliah atau mata pelajaran.

Faktor penting berikutnya, kehadiran pengajar dari kalangan ahli (expert)/professional dari individu harus dipastikan terjadi secara massif karena ini akan memperkuat kualitas team teaching and link to match di PBL dan TeFa. Tak hanya mengajar siswa, para ahli dari DUDI juga akan melatih guru atau dosen memutakhirkan perkembangann teknologi dan inovasi terkini di dunia nyata. Para ahli dari industri juga bisa secara langsung memberikan masukan ke pihak sekolah/kampus untuk memperkuat link to match dengan DUDI.

Sangat memungkinkan satu arena PBL dan TeFa digunakan Bersama (lintas disiplin ilmu) oleh beberapa jurusan/prodi. Jurusan Akuntansi & Manajemen dan Pemasaran, misalnya bisa bergabung di PBL danTeFa Teknik Mesin, Teknik Elektronika, teknik Informatika, Kuliner, Fashion dan lain-lain. Selain itu, guru/dosen mata pelajaran/mata kuliah normative, seperti Agama, Bahasa Indonesia dan lain-lain juga sangat memungkinkan bergabung dalam PBL dan TeFa ini. Guru Bahasa Indonesia akan angat relevan dengan performa peserta didik di dalam komunikasi dengan konsumen, atau menyakinkan calon konsumen, termasuk menyusun proposal, berkirim surat resmi, berkirim email, menyusun materi presentasi, sampai dengan mempresentasikannya kepada konsumen, calon konsumen dan pemangku kepentingan lainnya.

Dengan inovasi kurikulum dan pola pembelajaran yang berbasis project-based learning dan teaching factory ini diharapkan peserta didik akan memiliki kompetensi yang lengkap (mencakup soft skills, hard skills, leadership serta karakter), sudah terlatih menghadapi tantangan dan masalah riil di dunia kerja, serta memiliki kesiapan bila kelak memutuskan memilih menjadi seorang wirausaha.

 

 

Tags: Ditha Agne Dewi Anggraenykurikulum merdekaMahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA