oleh : Sidna Syahdilla
Dalam kegiatan pembelajaran, membaca merupakan suatu kebutuhan bagi peserta didik. Membaca juga bukanlah suatu keterampilan yang dapat ditransfer begitu saja, tetapi membaca ini menyangkut kemampuan untuk menginterpretasikan banyak hal dari pengalaman tertentu. Dalam kegiatan membaca perlu dikembangkan berbagai kemampuan yang menyangkut dalam perspektif pengembangan intelektual, sosial dan emosi seseorang. Dengan demikian, perlu dirangsang agar mempunyai keinginan untuk menyenangi kegiatan membaca seperti membaca karya sastra.
Karya sastra sejatinya merupakan ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Karya sastra menyampaikan “pemahaman” tentang kehidupan dengan caranya sendiri, salah satu contohnya yaitu puisi. Puisi merupakan suatu bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran serta perasaan dari penyair dan secara imajinatif serta disusun dengan mengonsentrasikan kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik serta struktur batinnya (Ahyar, 2019:32).
Puisi merupakan ungkapan yang nyata dari pengalaman jiwa seorang penyair yang diungkapkan dalam bahasa yang menarik dan memikat. Melalui puisinya, penyair dapat berdialog dengan alam dan kehidupan manusia. Dalam pembelajaran sastra di sekolah khususnya pembelajaran puisi ini belum dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Secara umum, tujuan pembelajaran sastra yaitu peserta didik mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kekayaan berbahasa. Untuk dapat memahami dan menghayati suatu puisi diperlukan modal dasar untuk mencapai pemahaman dan penghayatan puisi. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu mencari, menyusun, mengumpulkan, menyajikan, dan melakukan kegiatan yang bersifat kreatif positif sesuai dengan materi sastra yang diajarkan.
Terdapat lima aspek membaca puisi yang perlu diperhatikan agar dapat membacakan puisi yang baik dan benar, seperti aspek bunyi, aspek kata, aspek intrinsik puisi, aspek pemaknaan secara implisit, dan aspek perenungan. Pertama, aspek bunyi yang terdiri dari irama, rima, jeda, nada, dan intonasi pembacaan. Dalam hal ini, aspek bunyi menjadi langkah awal untuk memahami makna dari suatu puisi yang akan dibaca. Kedua, aspek kata berupa rangkaian kata yang disusun sedemikian rupa sehingga terdapat makna yang terkandung di dalamnya. Sebelum pembacaan puisi, perlu dilakukan pemahaman mengenai makna kata per kata yang dilanjutkan dengan pemahaman rangkaian kata yang membentuk bait. Ketiga, aspek intrinsik puisi yaitu mencangkup objek-objek yang ditemukan pada puisi seperti, latar, pelaku dan dunia pengarang. Pengetahuan tentang aspek intrinsik ini sangat membantu pemahaman terhadap isi puisi. Keempat, aspek pemaknaan secara implisit yang mana analisis puisi dilakukan secara menyeluruh sehingga terangkai sebuah kisah, cerita, maupun peristiwa yang terkandung dalam puisi tersebut. Pemaknaan secara implisit ini dapat dilakukan secara bertahap dimulai dari bait pertama dan dilanjutkan bait berikutnya. Terakhir, aspek perenungan yang sebelumnya dilakukan suatu penyimpulan isi dan makna puisi secara menyeluruh agar aspek perenungan dapat dilakukan dengan maksimal.
Model pembelajaran explicit instruction atau pengajaran langsung khusus dapat menjadi salah satu alternatif penerapan pembelajaran sastra di sekolah. Model pembelajaran ini dirancang untuk mengembangkan belajar peserta didik tentang pengetahuan prosedural pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Tujuan model pembelajaran explicit instruction ini agar peserta didik dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam pembelajaran apresiasi puisi di sekolah dapat menggunakan pembangkit motivasi peserta didik agar menyukai puisi atau bahkan berani membaca puisi dengan baik dapat dilakukan dengan mengajak peserta didik berdiskusi tentang puisi yang hendak dibacakan atau peserta didik memperhatikan secara langsung kegiatan pembacaan puisi dengan menggunakan model explicit instruction. Dari kegiatan mengamati tersebut diharapkan peserta didik dapat mengapresiasi puisi melalui menulis atau menceritakan kembali mengenai puisi tersebut.