
BANJARMASIN – Kalangan DPRD Kota Banjarmasin menyoroti kualitas air dan udara di kota ini, makin tahun makin menurun. Sebut saja kualitas air di Sungai Martapura, yang menjadi sumber utama dalam menopang kehidupan warga, warnanya kini makin kecoklatan.
Kepala DLH Kota Banjarmasin, Ave Yoesfah Love, mengakui bahwa semakin tahun kualitas air semakin kritis. Kepekatan air serta kandungan e-coly pada sungai juga merata.
Padahal, ujarnya, air sungai tersebut diambil sebagai bahan baku air minum PAM Bandarmasih, untuk didistribusikan kepada warga Kota Banjarmasin.
“Kita akui bahwa posisi kita berada di hilir, maka sangat mempengaruhi terhadapo rendahnya kualitas air sungai kita,” ujar Alive, usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPRD Kota Banjarmasin, belun lama tadi.
Masalah lain yang menyebabkan kualitas air menurun, karena banyaknya sampah, baik sampah kiriman dari hulu maupun sampah domestik yang dibuang masyarakat ke kolong rumah dan sungai.
“Upaya kita masih dilakukan dengan mendorong agar stop membuang sampah ke kolong rumah dan mengambil kembali sampah tersebut,” ujarnya.
Sementara untuk memperbaiki kualitas udara, pihaknya menambah taman-taman kecil pada sudut kota. “Untuk penekanan pencemaran udara, kita menambah taman-taman hijau di kota,” tuturnya.
Sementara, Wakil Ketua Komisi III DPRD Kota Banjarmasin, Afrizaldi mengatakan, semakin menurunnya kualitas aor, udara dan terjadinya penutupan lahan terjadi bukan semata-mata kesalahan DLH.
Menurut politisi asal PAN ini, rendahnya kualitas air dan udara disebabkan produksi sampah terus meningkat, seiring dengan makin padatnya jumlah penduduk kota ini.
“Sampah juga ssmakin tak terkontrol pada saat weekend ataupun saat ada even yang digelar, karena bukan hanya warga Banjarmasin yang membuang sampah namun juga pemgunjung lain yang ke Banjarmasin,” katanya.
Dia berharap kepada DLH agar terus menyosialisasikan ke masyarakat tentang pemilihan sampah dari rumah, sehingga yang masuk ke TPS atau TPA bisa ditekan. via