
Kurikulum Merdeka yang diprakarsai Mendikbudristek RI Nadiem Makarim menarik untuk dikaji kembali. Awalnya kebijakan ini dianggap populer di tengah masyarakat, namun berjalanya waktu, apakah Kurikulum Merdeka masih menarik dan populer sehingga tetap dipertahankan dan diimplementasikan dalam dunia pendidikan kita saat ini atau justeru sebaliknya.
Kita akui bahwa serangkaian kegiatan uji publik dan sosialisasi sudah dilakukan. Kurikulum Merdeka berangkat dari upaya Mendikbudristek RI melakukan pembenahan pendidikan. Saat Covid-19 melanda dunia, termasuk Indonesia, pendidikan paling terkena dampak yang sangat serius. Kondisi pendidikan di Indonesia mengalami penurunan pembelajaran (learning loss), faktanya bahwa peserta didik selama covid belajar daring, banyak materi yang tidak tersampaikan 100%.
Patut kita apresiasi dan kita dukung pembaharuan kurikulum supaya pendidikan di Indonesia semakin berkualitas dan komprehensif. Alhasil Mendikbudristek RI melakukan perubahan penting dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah-sekolah dengan Kurikulum Merdeka Belajar dan Platform Merdeka Mengajar.
Perbaikan K13
Digagasnya Kurikulum Merdeka oleh Mendikbudristek tentunya dilakukanya tela’ah kritis berbasis konsep dan lapangan, sehingga ditemukan beberapa identifikasi kelemahan atau lebih tepatnya perlu adanya perbaikan kurikulum sebelumnya. Diantaranya, bahwa implementasi K13 kurang fleksibel, jam pelajaran ditentukan perminggu, materi terlalu padat sehingga tidak cukup waktu untuk melakukan pembelajaran yang mendalam dan yang sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Selain itu juga, materi pembelajaran yang tersedia kurang beragam sehingga guru kurang leluasa dalam mempertimbangkan pembelajaran kontekstual.
Berbeda dengan K13 yang terkesan kaku dan tidak fleksibel, Kurikulum Merdeka sebagai perbaikan kurikulum sebelumnya dapat menciptakan kebebasan bagi guru dan sekolah dalam menentukan jam pelajaran. Bahkan dalam kebijakanya sekolah dapat menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Kemudian, identifikasi kelemahan K13, yakni penguasaan teknologi digital belum digunakan secara sistematis untuk mendukung proses belajar guru melalui praktek. Maka Kurikulum Merdeka juga dapat memberikan keleluasaan bagi tenaga pendidik untuk menciptakan perangkat ajar sesuai dengan kebutuhan para siswa dengan dukungan digital sebagai referensi dalam mengembangkan praktik mengajar secara mandiri.
Hal ini selaras dengan arah perubahan Kurikulum Merdeka belajar yakni struktur kurikulum yang lebih fleksibel, jam pelajaran ditargetkan untuk dipenuhi dalam satu tahun, fokus pada materi yang esensial, capaian pembelajaran diatur perfase, bukan pertahun. Memberikan keleluasaan bagi guru menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Aplikasi yang menyediakan berbagai referensi bagi guru untuk dapat terus mengembangkan praktek mengajar secara mandiri dan berbagai praktek baik.
Memerdekakan Pendidikan
Kurikulum Merdeka merupakan upaya memerdekakan pendidikan. Meminjam istilahnya Paulo Freire dalam bukunya the Pedagogy of the Oppressed (1968) bagaimana memerdekakan pendidikan dengan melalui dimensi humanis-teknis pembelajaran. Artinya, sekolah memiliki kewenangan dalam penggunaan kurikulum sesuai kondisi peserta didik. Guru mengajar sesuai tahap capaian peserta didik, dan peserta didik merasa tidak terbebani dengan materi pembelajaran yang begitu banyak. Hal ini sesuai yang dikemukakan Hakim Ratih L (2023) Merdeka Belajar memiliki cara kerja yang sama dengan memberikan kebebasan bagi para peserta didik untuk memilih sendiri pelajaran apa saja yang akan mereka ambil dalam rangka menjajaki peta pendidikan yang akan mengantarkan mereka pada tujuan pendidikan yang mereka pilih.
Riset dari Wina Roza Fahira tentang persepsi siswa kelas X terhadap penerapan kurikulum merdeka belajar pada pembelajaran IPS di SMA 1 Bukit Sundi (2022) menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap penerapan kurikulum Merdeka Belajar dapat diterima dengan baik, yakni mengenai soal penyerapan terhadap stimulus, pengertian atau pemahaman dan penilaian atau evaluasi Kurikulum Merdeka. Siswa memperoleh kebebasan dalam mengeksplorasi pengetahuan secara maksimal. Dengan adanya kegiatan-kegiatan ilmiah baik inquiry, disovery, maupun project based learning melalui kegiatan tatap muka belajar didalam kelas maupun kegiatan belajar diluar kelas, seperti pembelajaran dilapangan.
Pilihan Tepat
Sebagai penulis yang berkecimpung di dunia pendidikan, Kurikulum Merdeka ini sangatlah tepat. Data menunjukkan pada tahun ajaran baru 2022/2023, terdapat 143,265 sekolah dari berbagai wilayah di Indonesia telah tercatat untuk memulai implementasi Kurikulum Merdeka dalam kegiatan belajar mengajarnya (https://gurudikdas.kemdikbud.go.id/).
Pelaksanaan Kurikulum Merdeka ini sudah mulai berlaku pada 2022-2023. Saat itu, sekolah diberikan kebebasan untuk memilih opsi kurikulum sesuai dengan kesiapan masing-masing. Opsi pertama, sekolah diperbolehkan menggunakan K13 bila belum merasa nyaman melakukan perubahan. Opsi kedua, sekolah diperkenankan memilih kurikulum darurat bila ingin melakukan transformasi namun belum siap dengan perubahan besar. Opsi ketiga, sekolah diperbolehkan menggunakan Kurikulum Merdeka bila menginginkan dan siap dengan perubahan.
Maksimalkan dan Seragamkan
Meski ada beberapa opsi tersebut di atas, namun sejatinya idealnya kurikulum nasional harusnya satu, sehingga besar harapan upaya serius pemerintah agar di tahun 2024 semua sekolah sudah memakai Kurikulum Merdeka sehingga akan menjadi kurikulum nasional. Sebab saat ini, kurikulum yang dipakai tidak seragam sehingga sungguh mencengangkan dalam satu negara ada banyak pilihan kurikulum.
Hasil pengukuran studi PISA (Programme for International student Assessment) Indonesia yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) kemampuan baca, matematika, dan sains dari SD hingga SMA di Indonesia sangat rendah dan belum merata. Kemudian berdasarkan penelitianya Totok Suprayitno dalam Sri Hartati (2022) menyebutkan bahwa setelah ada sekolah penggerak diperoleh data bahwa sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013 dan kurikulum transformasi, mengalami learning loss sebanyak 90%, sedangkan sekolah yang menggunakan kurikulum merdeka belajar (baca: kurikulum prototipe 2022) mengalami learning loss sebanyak 10 % .
Artinya, dari data penelitian di atas sangat terlihat jelas bahwa penggunaan Kurikulum Merdeka berkorelasi dengan capaian percepatan transformasi pendidikan dan upaya menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing untuk masa depan bangsa. Tidak ada lagi peserta didik yang tidak tuntas karena kebanyakan materi. Sebab materi pembelajarannya disesuaikan dengan SDM yang ada. Kemudian juga tidak ada lagi jurusan peminatan IPA, IPS dan Bahasa bagi siswa SMA selama dua tahun, serta tidak ada lagi beban fisik dan psikis guru dalam menulis administrasi.
Kehadiran Kurikulum Merdeka sejak awal menjadi populer sehingga harapanya yang sekarang berjalan juga masih populer di masyarakat, karena Kurikulum Merdeka lebih menghargai guru dan siswa. Guru diberi ruang gerak untuk mengembangkan keilmuan dan kreativitasnya dalam mengelola pembelajaran, sebab guru adalah kelompok terdepan (the front providers) dalam pelaksanaan kurikulum.
Demikian pula para siswa dalam Kurikulum Merdeka ini diberi ruang untuk mengembangkan segala potensi. Jika ruang kemerdekaan diberikan kepada tiap siswa, potensi mereka dapat dikembangkan supaya setiap siswa menjadi juara, seperti ungkapan Howard Gardner, setiap anak itu juara! Mari bersama kita sukseskan dan dukung Kurikulum Merdeka baik di sekolah untuk kemajuan pendidikan Bangsa Indonesia.