
RANTAU – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tapin menggunakan maggot jenis lalat black soldier fly (tentara hitam), untuk mengurangi sampah organik yang menjadi salah satu penyebab pemanasan global di bumi.
Kepala DLH Tapin Nordin mengatakan, unit pengelolaan sampah Telaga Padi yang diberi nama Rumah Paripurna (pasukan pengurai sampah organik untuk kemakmuran dan berdaya guna), ke depan ditarget bisa mengurangi 80 ton sampah organik per hari.
“Sampah organik ini salah satu jenis sampah yang berpotensi sebagai sumber gas metana. Gas metana merupakan salah satu Gas Rumah Kaca (GRK) yang dapat menyebabkan efek rumah kaca, sebagai penyebab terjadinya global warming (pemanasan global),” ucapnya.
Sebanyak 80 ton sampah organik per hari ini, berdasarkan hitungan jumlah penduduk Tapin yang berkisar 200 ribu orang.
“Setiap rumah nantinya kita berikan edukasi, dan bak sampah khusus sampah organik,” ujarnya.
Untuk efisiensi pengurangan sampah organik ini, pihaknya akan menyambangi setiap rumah dan mengangkut sampah organik tersebut. “Maggot ini sangat lahap memakan sampah organik,” katanya.
Selain memberikan dampak terhadap lingkungan, lanjut dia, maggot ini juga memiliki nilai ekonomis karena kaya protein. “Bisa untuk pakan ternak, seperti unggas ataupun ikan,” ujarnya.
Ia menambahkan, DLH Tapin juga membuka pintu untuk kerja sama dengan masyarakat yang ingin budidaya maggot tersebut.
“Kalau kita kan dari sisi lingkungan. Apabila masyarakat ingin buka usaha budidaya maggot, silahkan datang ke kantor,” pungkasnya. ant