Kamis, Juli 3, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Pemerintah Belum Sepakat Formula Baru Harga Batu Bara Acuan

by matabanua
27 Februari 2023
in Ekonomi & Bisnis
0

 

Artikel Lainnya

BRI Terapkan Zero Tolerance to Fraud

BRI Terapkan Zero Tolerance to Fraud

3 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\3 Juli 2025\7\hal Ekonomi 03 Juli )\hal 7 - 2 klm (KIRI).jpg

Trio Motor Buka Layanan Home Service

2 Juli 2025
Load More

JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum sepakat soal metode pembenahan formula pembentuk harga batu bara acuan (HBA).

Sejumlah rumusan yang ditawarkan seperti opsi menaikkan persentase Indonesia Coal Index (ICI) dari indeks lainnya serta menghapus indeks Newcastle Export Index (NEX) dan Globalcoal Newcastle Index (GCNC) belakangan tidak diambil kementerian. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif disebutkan ingin suatu formula pembentuk HBA yang lebih bersifat fleksibel di tengah fluktuasi harga komoditas energi primer saat ini. Artinya saat harga batu bara kembali , formula pembentuk HBA dapat mengikuti penurunan itu secara otomatis.

“Pemerintah juga berhati-hati kalau harga kembali bagaimana,” kata Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Irwandy Arif saat acara Mining for Journalist.

Irwandy menuturkan kementeriannya sudah mencoba sejumlah simulasi untuk menyusun formula pembentuk HBA yang relatif fleksibel mengikuti fluktuasi harga komoditas emas hitam tersebut. Hanya saja, kementerian belum sampai pada satu kesepakatan akhir. Seperti diketahui, HBA Februari 2023 berada di angka US$ US$277,05 per ton atau turun 9,2 persen dari harga acuan bulan sebelumnya di level US$305,21 per ton.

Sementara berdasarkan data rekapitulasi Kementerian ESDM per 24 Februari 2023, harga jual batu bara dengan nilai kalori 3.400 kcal GAR (gross caloric value) berada di angka US$61,69 per ton, 4.200 GAR berada di level US$74,48 per ton, 4.700 GAR dijual dengan harga US$93,2 per ton, 5.500 GAR dibanderol di harga US$125,6 per ton dan 6.000 GAR berada di angka US$193,33 per ton.

Dengan demikian, terdapat selisih harga jual dari HBA sebagai patokan tarif royalti yang terpaut lebar yang mesti ditanggung pelaku usaha. “Sekarang sedang dicari dalam proses yang paling benar dan bagus walau ada gejolak harga tapi dia itu tetap sejalan antara HBA denga harga jual itu,” kata dia.

Seperti diketahui, HBA diperoleh dari rata-rata Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt’s 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8 persen, Total Sulphur 0,8 persen, dan Ash 15 persen. Adapun NEX dan GCNC adalah indeks yang digunakan untuk memperhitungkan harga batu bara asal Australia yang relatif lebih mahal dengan kalori tinggi.

Sementara eksportir Indonesia mayoritas menggunakan ICI dan Platt’s untuk penjualan komoditas mereka dengan harga dan kalori yang lebih rendah.

“Semenjak formula HBA belum direvisi tentu akan berdampak pada eksportir kita karena kita terbebani oleh disparitas HBA yang jauh lebih tinggi dari harga jual kita,” kata Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia.

Konsekuensinya, kata dia, kebijakan tarif royalti yang diterapkan sekarang maksimal 13,5 persen dari harga jual per ton secara progresif bagi perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) sudah melebihi ambang batas di dalam praktinya.

“Ketika HBA [Januari] US$305,21 per ton itu jadi patokan tarif royalti, tetapi kita jualnya menggunakan ICI kita teima US$200 per ton ini sudah beda yang disebut decoupling, kita terima duit US$200 per ton tapi bayar royalti berdasarkan US$305,21 per ton,” kata dia.

Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan sekitar 20 juta produksi bijih bauksit akan terdampak larangan ekspor Juni 2023 mendatang.

Proyeksi itu berasal dari realisasi produksi bijih bauksit sepanjang 2022 yang sempat mencapai di angka 27,7 juta ton. Sementara kapasitas pengilangan atau refining bijih bauksitdomestik baru mencapai di level 7,8 juta ton saat itu. Sisanya, bijih bauksit sekitar 20 juta ton mesti diekspor.

“Yang mungkin terdampak yang ini nih, yang 20 juta ton kecuali ada pengembangan dia diserap oleh domestik,” kata Koordinator Pokja Rencana Induk Komoditas Minerba (GSKM) Dedy Supriyanto.

Sementara dari hasil pengilangan 7,8 juta ton bijih bauksit itu belakangan memproduksi 3,9 juta ton alumina. Kendati demikian, produksi alumina itu hanya terserap sekitar 500.000 ton untuk diolah lebih lanjut menjadi aluminium di level 250.000 ton.

Dia menuturkan serapan yang masih belum optimal di sisi alumina itu disebabkan karena kapasitas lanjutan untuk menjadi aluminium belum masif di Indonesia.

Kendati demikian, dia memastikan, alumina masih diizinkan untuk diekspor saat ini. “Konsumsi aluminium ingot kita di Indonesia ini sekitar 1 juta ton, kita produksinya baru 250.000 ton, kita impor 750.000 ton,” kata dia. bisn/mb06

 

Tags: harga batu bara acuanKementerian ESDM
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA