JAKARTA – Harga beras tak kunjung turun meskipun pemerintah sudah melakukan impor dan operasi pasar (OP). Sampai saat ini, harga rata-rat beras masih di atas harga eceran tertinggi (HET).
Panel Harga Badan Pangan Nasional mencatat rara-rata nasional harga beras medium di tingkat eceran sebesar Rp 11.840 per kg, jauh di atas HET medium sebesar Rp 9.450 per g-Rp 10.250 per kg. Harga beras medium tertinggi terdapat di Kalimantan Utara sebesar Rp 13.650 per kg dan harga terendah di SulawesiBarat Rp 10.580 per kg.
Perum Bulog diketahui sudah merampungkan proses kedatangan beras impor sebanyak 500 ribu tondan tinggal menunggu pendistribusian ke gudang. Meski impor telah dituntaskan, jumlah stok beras Bulog masih rendah di bawah 600 ribu to. Opsi untuk menambah kuota impor beras pun mencuat.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi meelaskan, pihaknya masih akan melihat situasi panen raya padi dalam negeri yang akan dimulai pada Maret. Curah hujan yng tinggi beberapa waktu terakhir menjadi perhatian pemerintah karena dapat berpengaruh terhadap hasil panen.
“Kita lihat panen tiap bulan ke depan seperti apa, mudah-mudahan baik karena ada yang terkena banjir,” kata Arief.
Arief menyampaikan, harga beras dalam negeri akan turun apabila produksi bulanan di atas 2,5 juta ton rata-rata konsumsi domestik. Sebab, kata Arief, volume impor yang dibuka sebesar 500 ribu ton tidak berlebiha sehingga produksi saat panen raya bakal menentukan.
Deputi Bidang ketersediaan dan Stabilitasi Badan Pangan Nasinal I Gusti Ketut Astawa menambahkan, sejauh ini belum ada pembicaraan untuk menambah impor. Pemerintah akan memprioritaskan serapan dalam neeri untuk menambah cadangan beras di Bulog.
Adapun sejauh ini, ia mengakui rata-rata harga beras masih melebihi paokan harga eceran tertinggi (HET). “Namun, beras operasi pasar sedang banyak beredar sebagai pembanding atau alternatif bagi konsumen,” kat Ketut.
Seperti diketahui, Badan Pangan telah menugaskan Bulog untuk mengelola stok cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 2,4 juta ton tahun ini. Jumlah tersebut menapai dua kali lipat dari penugasan tahun lalu sebesar 1,2 juta ton.
Pasokan tersebut digunakan untuk kebutuhan stabilsasi pasokan dan harga beras sekaligus sebagai stok akhir tahun yang disimpan sebagai cadangan awal 2024.
Sekretaris Perusaahaan Bulog Awaluddin Iqbal mengatakan, volume cadangan beras Bulog saat ini masih di bawah 600 ribu ton. Itu karena kebutuhan beras untuk operasi pasar cukup besa demi menstabilkan harga.
Sejauh ini, kata Awaluddin, pemerintah masih meminta Bulog untuk fokus dan memprioritaskan penyerapan produksi daam negeri dalam menambah cadangan beras.
Pada akhir 2022, Badan Pangan Nasional resmi menerbitkan Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 11 Tahun 2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen untuk komoditas kedelai, bawang merah, cabai rawit merah, cabai merah keriting, dging sapi/kerbau, dan gula. cnn/mb06
