
BATULICIN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanah Bumbu (Tanbu) memprediksi musim kemarau di Bumi Bersujud dimulai pada Juni hingga September.
“Kami memperkirakan tahun ini akan terjadi kemarau panjang hingga empat bulan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Tanah Bumbu Sulhad, Senin (13/2).
Ia mengatakan, untuk mengantisipasi bencana kebakaran lahan dan hutan (karhutla), saat ini BPBD telah melakukan koordinasi dengan seluruh stakeholder mengenai kesiapan menghadapi musim kemarau yang biasanya terjadi kebakaran.
BPBD juga menugaskan dua relawan di seluruh desa di Tanbu untuk membantu penanganan awal bencana, dan memberikan informasi lebih cepat kepada BPBD.
Terkait penanganan karhutla, BPBD juga melakukan konsolidasi dengan pihak kepolisian, TNI, dan basarnas untuk menyusun strategi penanganan bencana.
Saat ini, wilayah yang rawan terhadap karhutla di Kecamatan Batulicin, Kusan Hulu, Kusan Tengah, Kuranji, Satui, dan Sungai Loban.
Menurutnya, wilayah Tanbu dan Kotabaru memiliki siklus musim yang berbeda dengan daerah lain di Kalimantan Selatan.
Contohnya pada Desember 2022, Kabupaten Tapin mengalami karhutla, namun Kabupaten Tanbu mengalami hujan deras. Begitu juga sebaliknya, di saat Tanbu kemarau, kabupaten lain mengalami hujan.
“Minggu depan BPBD akan melakukan konsultasi dan asistensi penyusunan rencana penanganan bencana lima tahun ke depan ke BNPB,” ujarnya.
Sejauh ini, di Kabupaten Tanah Bumbu belum ditemukan titik panas atau kasus kebakaran hutan. Tahun 2021, karhutla mencapai enam kasus, yakni di Kecamatan Kusan Tengah satu kasus, Batulicin empat kasus , dan Simpang Empat satu kasus.
Pada 2022, justru nihil kasus karhutla karena memasuki musim kemarau basah. Artinya, meskipun musim kemarau masih ada kiriman hujan.
“Berdasarkan informasi melalui aplikasi go.id.lapan.firehot, hingga saat ini belum ditemukan titik panas, dan diperkirakan musim kemarau di Tanah Bumbu mulai pada Juni hingga September,” pungkas Sulhadi. ant