
KOTABARU – Sarana transportasi air, Kapal angkutan orang tujuan antarpedesaan dalam Kabupaten Kotabaru, dari ibukota Kotabaru menuju Tanjung Semalantakan, Desa Rampa, hingga ke Bakau, sepi penumpang akibat tergerus pemakaian alat transportasi darat.
“Penumpang sangat berkurang dua tahun terakhir ditambah akibat pandemi Covid-19. Tapi sekarang juga masih kurang walau pandemi telah melandai,” kata anak buah kapal (ABK) Berkas Safaat 3 Masliansyah, Sabtu (28/1).
Menurutnya, dua tahun terakhir ini mengalami penurunan penumpang diakibatkan berkurangnya masyarakat melakukan perjalanan menggunakan angkutan kapal.
“Sebelum pandemi, biasa kami membawa penumpang hingga 200 orang. Ini tadi kami membawa cuman 26 orang,” ujarnya.
Ia menduga penurunan jumlah penumpang diakibatkan enggannya sebagian masyarakat menggunakan transportasi air, dan lebih memilih menempuh jalur darat.
“Ini berimbas pada biaya operasional yang kami keluarkan tidak sebanding dengan pendapatan,” katanya.
Menurut Masliansyah, perjalanan dari ibukota Kotabaru menuju Bakau, Kecamatan Pamukan Utara, di tempuh kurang lebih selama 24 jam dengan kapal kayu bermesin ganda dengan tarif sekali jalan Rp 55.000.
“Langganan kami sekarang hanya para pedagang dan sebagian masyarakat yang ingin berbelanja ke Kabupaten Kotabaru,” ucapnya.
Kepala Desa Bakau Rifki Hamdani mengatakan, sebagian masyarakat enggan pergi ke ibukota Kotabaru disebabkan jarak tempuh terlalu jauh.
“Sekarang masyarakat lebih memilih berbelanja kebutuhan pokok ke Grogot (Kaltim), karena jaraknya lebih dekat,” katanya.
Ia menjelaskan, perjalanan ke Kabupaten Grogot ditempuh dengan jalur darat kurang lebih tiga jam atau jarak tempuh 93 kilometer maka akan lebih ekonomis. ant