
BANJARMASIN – Pesatnya pertumbuhan perumahan mengakibatkan terjadinya pergeseran lahan pertanian yang semakin menyempit.
Hal ini berdampak pada ketersediaan bahan pokok beras dan hilangnya resapan air tanah, serta sedikitnya lahan terbuka hijau (RTH).
Kondisi itu menjadi perhatian anggota DPRD Kota Banjarmasin, Afrizaldi. Ia menilai jika dibiarkan maka semakin lama lahan pertanian di Kota Banjarmasin ini akan tergerus oleh pembangunan.
“Makanya perlu upaya mengatasinya. Salah satunya yakni membuat aturan yang bisa mengikat, agar luas lahan pertanian kita ini bisa dikembangkan,” katanya belum lama tadi.
Kini, legislatif dan eksekutif juga menyelesaikan penggodokan Raperda (Rencana Perlindungan dan Pengelolan Lingkungan Hidup (RPPLH). Dalam acuam RPPLH tersebut telah disepakati seberapa besar luasan pertanian, perumahan, industri, jasa dll.
Sementara, diakui Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Banjarmasin Makhmud mengakui, bahwa saat ini luasan persawahan yang bertahan di Kota Banjarmasin hanya tinggal 2069 hektare saja.
“Memang lahan pertanian kita terus mengalami pengurangan karena berubah fungsi menjadi perumahan, “katanya.
Menurutnya, dari luasan tersebut sebagian saja yang tingkat kesuburannya tetap bertahan dan dimanfaatkan warga. Beberapa titik tak dimanfaatkan lagi karena adanya limbah rumah tangga yang merusak kesuburan tanah.
“Rata-rata di dekat sawah itu pasti ada rumah, itu juga salah satu yang membuat kesuburan sawah di tempat kita ini terus mengalami penurunan,” ujarnya.
Meski demikian, pihaknya mencoba akan melakukan program demplot lahan pertanian secara berkelanjutan ke masyarakat.
Metode demplot pertanian merupakan metode Penyuluhan Pertanian yang ditujukan kepada petani dengan cara membuat lahan percontohan.
Lahan yang dipakai adalah lahan milik pemko sendiri. Tujuannya agar petani bisa melihat dan membuktikan bahwa bertani adalah profesi yang menguntungkan.
Ditambahkannya, pada 2022 pihaknya sudah membebaskan lahan sekitar enam hektare yang terbagi di dua lokasi untuk dijadikan lahan demplot pertanian. Seluas 4,6 hektare di Kelurahan Sungai Lulut, Kecamatan Banjarmasin Timur dan 1,3 hektar di Kelurahan Tanjung Pagar, Kecamatan Banjarmasin Selatan.
“Untuk pengolahannya kita melibatkan kelompok tani binaan DKP3,” ungkapnya.
Makhmud berharap, program demplot tersebut bisa membuat warga Banjarmasin, khususnya para petani bisa termotivasi untuk tetap menjaga lahannya yang ada, supaya jangan sampai terjual ke pengembang perumahan.
“Dari kelompok tani itulah diharapkan bisa memotivasi petani dan warga lainnya agar bisa merubah anggapan masyarakat tentang pertanian,” harapnya.
Selain itu, selama ini kebanyakan warga menganggap bertani itu adalah profesi yang rendah.Pihaknya mengharap bisa menarik minat kaum milenial agar tidak malu untuk menjadi petani.
“Cara inilah upaya kita dalam menjaga sekaligus mengembangkan potensi pertanian kita,” pungkasnya. via