Rabu, September 17, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Investasi Masuk Tak Berkualitas

by matabanua
5 Januari 2023
in Ekonomi & Bisnis
0

 

JAKARTA – Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menilai, investasi yang masuk ke Tanah Air tidak berkualitas. Akibatnya, investasi tersebut kurang mendukung keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional.

Artikel Lainnya

D:\2025\September 2025\17 September 2025\7\fwq.jpg

Harga Beras Naik di 109 Daerah

16 September 2025
D:\2025\September 2025\17 September 2025\7\hal 7 - 2 klm (KIRI).jpg

Beberapa Harga Komoditas Pangan Melebihi HET

16 September 2025
Load More

“Bisa kita lihat, semakin besar investasi yang masuk tetapi pertumbuhannya tidak berkualitas. Itu karena investasi yang masuk sekadar untuk bikin ibu kota, bangun jalur LRT, MRT, dan kereta cepat,” ujarnya dalam diskusi publik secara virtual, Kamis.

Dirinya menganalogikan, investasi yang masuk ke Indonesia kebanyakan investasi berbasis otot atau pembangunan fisik. Jadi bukan berbasis otak seperti investasi di bidang Informasi dan Teknologi (IT), riset, serta pengembangan.

Mengutip data Asia Productivity Organization pada 2022, ia menyebutkan sebanyak 83 persen penanaman investasi di Tanah Air berkaitan dengan konstruksi dan bangunan. Kemudian 10 persennya berupa modal bagi non-IT, 4 persen investasi berkaitan dengan pembangunan transportasi, lalu hanya 3 persen di bidang IT.

Dari data itu, tidak ada investasi yang masuk yang berkaitan dengan riset dan pengembangan (R&D). “Ini disayangkan, bila R&D kuat maka ada kemampuan inovasi membangun Indonesia supaya semakin berdaya saing,” tegasnya.

Faisal juga menyebutkan, kontribusi industri manufaktur terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) terus menuun menjadi 18,3 persen ada kuartal III 2022. Padahal pada 2021 kontribusinya mencapai 29,1 persen.

Hal itu menurutnya, mengindikasikan Indonesia mengalami deindustrialisasi dini. “Bandingkan dengan negara lain, peranan industri kita ke PDB merosot tajam dari level 29 persen dan tahun lalu ke 18,3 persen sampai kuartal III. Maka ada gejala deindustrialisasi dini di sektor industri manufaktur kita yang alami perlambatan sebelum mencapai waktunya atau titik optimumnya,” tutur dia.

Ia pun menuturkan, kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia akan disusul oleh negara Vietnam, dan juga masih di bawah negara China, Korea, Thailand dan Malaysia. Padahal, baginya sektor industri penting, sebab pembentuk kelas menengah yang kuat. rep/mb06

 

Tags: Ekonom Senior IndefFaisal BasriInvestasi Tak Berkualitas
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA