RANTAU – Tingkat keasaman yang tinggi ternyata mejadi berkah bagi masyarakat desa Hiyung Kecamatan Tapin Tengah untuk mengembangkan budidaya cabe rawitHiyung yang ternyata memiliki tingkat kepedasan 17 kali lipat dari cabe rawit biasa dan menjadi cabe rawit trpedas nasional.
Namun dengan kondisi daerah rawa dengan pasang surut air, ternyata menjadi tantanga tersendiri bagi masyarakat untuk mengolah lahan menjadi lahan pertanian yang cocok untuk perkebunan cabe rwit Hiyung.
Diperlukan sorjan yang tinggi agar bibit cabe tidak terendam saat musim air pasang. Dan dipelukan waktu dan strategi yang tepat agar cabe rawit Hiyung bisa di panen pada saat musim kering ataupun sim hujan.
Seperti yang diungkapkan bupati Tapin HM Arifin Arpan MM karena tingkat keasaman tanh di desa Hiyung sehingga tidak dapat dikembangkan untuk pertanian padi ataupun komoditas pertanian lainny.
Dengan tingkat keasaman tanah disana, kita mencoba mengambangkan tanaman cabe rawit yang sesuai denganpesifikasi lokasi yakni cabe rawit Hiyung yang memang menjadi tanaman asli warga desa setempat.
Cabe rawit Hiyung sendiri merupakan tanaman cabe asli disana yang sudah ditanam oleh masyarakat setempat yang cobaita kembangkan dengan inovasi – inovasi dalam pembudidayaannya.
“Dengan inovasi yang kita berikan cabe rawit Hiyung menjadi cabe denan tingkat kepedasan 17 kali lipat dan pedasnya saat ini sudah mendunia,” kata Bupati.
Dikatakan Bupati, kelebihan cabe rawit Hiyung bisa bertahan lebih lama dari cabe biasa yakni 10 sampai 1 hari pada suhu ruangan dan harganya pun cukup tinggi dari cabe rawit biasa. Jika saat ini cabe rawit bisa harga per 1 Kg Rp.35.000 sedang harga cabe rawit Hiyung Rp.80.000 /Kg untuk saat ini.
Diungkapka Bupati, cabe rawit Hiyung mulai dikembangkan pada tahun 2009, sejak saat itu pendapatan petani terus menngkat, jika pendapatan perhari sebelum menanam cabe hanya berkisar Rp.50.000 sebagai pencari kayu bakar, seak menanam cabe Hiyung penghasilan mencapai Rp.150.000 sampai Rp 300.000/per hari.
“Untuk membangun ertanian cabe rawit Hiyung, pemerintah kabupaten menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga, instansi dan dunia usaha untuk meningkatkan pendapatan petani, termasuk membantu dalam pembuatan cabe Hiyung kemaan,” paparnya.
Sementara itu Junaidi ketua kelompok tani desa Hiyung menceritakan, pengembangan cabe rwit Hiyung dibantu oleh pemerintah daerah dengan luas lahan pertama seluas 20 Ha dimulai pada tahun 2009 kemudian dari tahun ke tahun dan sampai saat ini luasan tanan sudah mencapai 168 Ha untuk desa Hiyung yng dibantu oleh pemerintah daerah.
“Selain membantu luas lahan, pemerintahan juga membantu membangunkanaula pertemuan, kantor laboratorium dan peralatan semprot dari pemerintah Kabupaten Tapin,” ujarnya.
Dikatakan Junaidi, selain bantuan dari pemerintah daerah, juga ada bantuan dari pemerinth provinsi Kalsel melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura yakni rumah produks dan pembuatan sekat – sekatnya dibantu dari CSR Bank Kalsel.
Serta ada kegiatan budidaya yandibantu oleh yayasan darma bakti Astra melalui lembaga pengembangan bisnis (LPP) Banua Persada, mula dari pembuatan pupuk organik sampai pengolahan tanah yang sangat membantu dalam pengembangan budidaya cbe rawit Hiyung.
“Bantuan dari swasta atau dunia usaha lainnya juga ada yakni dari PT.Kalimantan rima Persada yang membantu dalam kemasan produk olahan cabe rawit Hiyung,” ungkapnya. (*)