Kamis, Juli 3, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Remaja Gaul Bebas, Buah dari Sekularisme

by matabanua
28 November 2022
in Opini
0

Oleh : Helda Wati, S.Pd (Pendidik di Batola)

Mungkin tak pernah terbayangkan dalam benak orang tua zaman dahulu bahwa nilai-nilai kebebasan yang dianut negara barat akan sampai di negeri muslim yang masyarakatnya religius dan kental dengan budaya kesopanan. Tidak hanya jauh di perkotaan bahkan sampai ke pelosok desa pun remaja dengan pergaulan yang bebas marak bertebaran.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\3 Juli 2025\8\master opini.jpg

Berantas Narkoba Selamatkan Masyarakat

2 Juli 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Kampus Bentuk Satgas Perlindungan Perempuan, Sudah Cukupkah?

2 Juli 2025
Load More

Jauh disana, Dinas Pendidikan Kota Bandung mengungkap data hasil survei tentang pergaulan bebas. Survei ini dilakukan kepada 60 remaja di bawah 14 tahun. Survei minor tersebut menemukan 56 persen dari 60 responden mengaku sudah pernah melakukan seks atau hubungan badan (www.republika.co.id).

Dekat disini, Hasil investigasi dan survei Lembaga Pemerhati Masyarakat “LEMPEMA” dari tahun 2014-2016 bahwa ternyata 65% remaja putri di Banjarmasin pernah melakukan hubungan seks pranikah alias tidak perawan lagi. Sedangkan pada remaja pria, data angka persentasenya sedikit lebih besar lagi (www.suarakalimantan.com).

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) pada 2021 menyebutkan, 66,6% anak laki-laki dan 62,3% persen anak perempuan di Indonesia menyaksikan kegiatan seksual (Pornografi) melalui media daring (online). Data tersebut juga menyebutkan 34,5% anak laki-laki mengaku pernah terlibat pornografi atau mempraktikkan langsung kegiatan seksual, sementara anak perempuan 25%. (www.antaranews.com).

Gambaran secara umum, hasil survei KPAI pada tahun 2007, dari 4.500 remaja yang disurvei 97 persen di antaranya mengaku pernah menonton film porno. Sebanyak 93,7 persen remaja SMP dan SMA pernah berciuman serta happy petting alias bercumbu berat dan oral seks. Hal yang menyedihkan adalah 62,7 persen remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi.

Bahkan, 21,2 persen remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi.

Kita tidak mempertanyakan apakah data-data tersebut masih relevan untuk keadaan masa sekarang. Namun intinya data-data tersebut menyampaikan pesan kepada kita tentang begitu menghawatirkannya kondisi remaja saat ini terlebih ditengah gempuran globalisasi dan pengaruh media sosial.

Tentunya tidak salah kalau kita menyebutkan bahwa sistem kehidupan saat inilah yang menjadi pemicu maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja.Keluarga yang sejatinya adalah benteng terakhir perlindungan anak dari hal-hal yang merusak fitrah dan kesuciannya seakan tidak berdaya memainkan peranannya. Ayah dituntut bekerja keras ditengah himpitan ekonomi, sedangkan ibu terpaksa keluar rumah meninggalkan perannya sebagai pendidik pertama dan utama juga untuk meringankan sedikit beban keluarga. Pendidikan pun seakan tidak berdaya membendung kerusakan generasi. Dalam usahanya membangun karakter anak, guru-guru harus berhadap-hadapan dengan media yang merusak. Sudah barang tentu media merusaklah yang menang mewarnai anak-akan karena media ini bebas tanpa batasan di akses tanpa ada kontrol negara.

Sistem kehidupan yang saat ini kita tinggal di dalamnya adalah sistem kehidupan sekularisme-liberalisme dimana kebebasan begitu diagungkan dan menyingkirkan peran agama hanya pada ranah privat. Manusia harus mendapatkan kebebasanya, baik itu kebebasan kepemilikan, kebebasan berpendapat, kebebasan beragama maupun kebebasan berprilaku termasuk kebasan dalam perilaku seks. Negara yang mengemban sistem sekularisme akan menjamin agar kebebasan ini bisa didapatkan manusia dengan mudah tanpa ada pembatasan. Atas nama kebebasan, pornografi menjadi “boleh” di Indonesia. Hasilnya, temuan KPAI, menunjukan 90 persen anak terpapar pornografi internet saat berusia 11 tahun, dan sebagian besar terjadi ketika mereka sedang mengerjakan PR. (www.kpai.go.id).

Sudah jelas remaja gaul bebas hari ini merupakan buah dari sistem sekularisme yang kita terapkan saat ini. Berbeda dengan generasi terdahulu dimana sistem kehidupan Islam lah yang melingkupinya. Maka dari sejarah Islam kita melihat kelahiran generasi cemerlang yang membangun peradapan hingga akhirnya Islam hampir menguasai 2/3 dunia. Ibnu Khaldun dalam kitabnya mengatakan bahwa “Generasi Perintis adalah generasi yang memiliki semangat juang tinggi, pantang menyerah, cerdas, dan berkomitmen besar dalam membangun peradabannya. Generasi Pembangun adalah generasi yang masih mewarisi semangat dan ruh perjuangan pendahulu mereka. Biasanya pada masa merekalah sebuah peradaban akan mencapai puncak kemajuannya”. Generasi seperti ini terbukti merupakan buah dari penerapan sistem Islam, sehingga ketika kita bertanya bagaimana menyelamatkan generasi saat ini maka kita harus mengembalikan kehidupan Islam tersebut. Wallahu’alam

 

 

Tags: Gaul BebasHelda watiKemen PPPAKPAIPendidik di BatolaSekularisme
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA