
JAKARTA – Badan Pangan Nasional (Bapanas) meminta para perajin tahu dan tempe untuk bersabar dalam menyikapi kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku. Pemerintah disebut tengah berupaya menambah pasokan kedelai dari impor sebesar 350.000 ton.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengatakan dalam prognosisnya, stok kedelai memiliki ketahanan hingga pertengahan November 2022.
Sementara itu, berdasarkan data Asosiasi Kedelai Indonesia, per 19 Oktober 2022 stok indikatif kedelai sebesar 360.000 ton dengan ketahanan 1,6 bulan.
“Memang ada usulan dari perajin tahu tempe untuk memberikan subsidi dinaikkan dari Rp1.000 ke Rp3.000 per kg, tetaphari ini kami sampaikan sabar dulu lah, subsidi tetap kami berikan Rp1.000 per kg,” kata Arief.
Adapun, Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui laporan Perkembangan Harga, Inflasi, dan Stok Barang Kebutuhan Pokok, mencatat harga kedelai naik akibat pasokan dari negara produsen yang terbatas dan harga kedelai internasional yang masih cukup tinggi.
Harga kedelai impor saat ini masih merupakan harga pembelian kedelai periode 2-3 bulan sebelumnya (lag time). Pada saat itu, khususnya periode Juli-Agustus 2022, harga kedelai internasional tembus ke angka Rp8.411 per kg.
Selain itu, juga terjadi kenaikan biaya distribusi sebagai dampak kenaikan BBM dunia, dari US$3,6 per bushel menjadi US$5,8 per bushel. Hal tersebut berdampak hingga sekarang. Kemendag mencatat rata-rata harga kedelai impor sebesar Rp14.800 per kg.
Arief pun meminta para perajin untuk tidak khawatir karena pemerintah akan terus memenuhi kebutuhan stok di Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Kopti).
“Kopti rata-rata itu sekarang [kebutuhan] sekitar 20.000 ton sebulan, tetapi kami memang siapkan sampai dengan 200.000 ton artinya nggak usah khawatir, perajin tahu tempe itu tetap mendapatkan subsidi dari pemerintah sampai dengan akhir tahun, 31 Desember 2022,” jelas Arief. bisn/mb06