
Pemilu legislatif sekaligus presiden dan wakil presiden 2024 nanti sudah di ancang-ancang dan di persiapkan oleh aktor politik strategi dan taktiknya dalam merebut hati rakyat. Ditemukan banyak baliho dan papan-papan promosi lainnya memamerkan wajah calon wakil rakyat yang seolah nantinya akan mensejahterakan kehidupan masyarakat. “Senyuman memelas” dan berbagai macam warna bendera sudah mulai berkibar di Indonesia hingga ke wilayah pelosok. Bendera ini berlomba-lomba mewarnai wilayah yang masih polos, seolah mereka merasa masyarakat dapat dibodohi dan di iming-imingi dengan wakil rakyatnya yang popular. Spanduk bergambarkan senyuman yang seolah merakyat dipajang di setiap tempat promosi hingga ke warung-warung kecil. Bahkan kalender tahun pun berubah menjadi kalender bewarna dan tentu dengan senyuman merakyatnya.
Ancang-ancang promosi dan kampanye tersebut sudah mulai dilakukan oleh aktor politik demi mendapatkan perhatian dan suara rakyat dalam pemilu 2024. Ini memang hal yang selayaknya terjadi. Aktor politik yang maju dalam pemilu 2024 nanti pun berasal dari berbagai latar belakang. Mulai dari orang biasa, pejabat pemerintahan, bahkan artis dan publik figur di Indonesia pun turut menjadi calon wakil rakyat. Sebenarnya, dari tahun sebelumnya sudah banyak ditemukan puluhan artis dan publik figur yang menjadi caleg pada pemilu 2019, sesuai dengan artikel yang di rilis oleh liputan6.com (21/07/18), terdapat 54 artis yang menjadi caleg dalam pemilu 2019 bahkan banyak ditemukan wajah artis baru yang terjun dalam dunia politik. Tak sedikit yang berhasil merebut hati rakyat sehingga berhasil duduk sebagai wakil rakyat. Begitu pula pemilu tahun 2024 nanti. Sesuai dengan artikel yang dirilis oleh kompas.tv (20/09/2022), hingga sekarang di tahun 2022 dikabarkan sudah terdapat 6 orang artis yang maju sebagai calon legislatif. Kita tidak tahu dalam beberapa waktu kedepan, akan berapa orang lagi artis atau publik figure yang ikut terjun ke dunia politik.
Yang jadi pertanyaannya, apakah calon-calon wakil rakyat tersebut benar-benar memiliki integritas yang tinggi untuk memajukan bangsa dan mensejahterakan rakyat, atau hanya demi sebuah kepopularitasan?. Tak dapat dipungkiri, memang seharusnya yang menjadi wakil rakyat dan aktor politik adalah mereka yang berpendidikan dan berpengetahuan luas, mereka yang semata-mata hanya untuk memajukan bangsa, mereka yang ingin mensejahterakan rakyat dan menampung aspirasi rakyat. Hal ini diharapkan agar ia dapat bijaksana dan memikirkan semua yang terbaik demi kehidupan masyarakat, serta meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti korupsi, dan kepentingan-kepentingan pribadi lainnya.
Bercermin pada pemilu terakhir dari kompas.com (23/09/19), ditemukan banyak calon wakil rakyat yang berhasil mendapatkan kursi di legislatif yang berlatar belakang kepopularitasan yang tinggi. Dimana ia memang sudah banyak dikenal oleh rakyat, memiliki nama yang popular, dan sering tampil di acara televisi di Indonesia. Artinya, orang-orang tersebut sudah menjadi publik figur, sehingga dengan mudah mempengaruhi rakyat (merebut hati rakyat). Publik figur/orang yang memiliki popularitas ini seolah memiliki pamong yang baik dan tidak mungkin memiliki sifat yang licik. Sehingga popularitas yang dimiliki oleh calon wakil rakyat seolah menjadi bekal bagi mereka untuk merebut hati rakyat dan memenangi pemilihan umum.
Begitu pula pada pemilu mendatang, hingga sekarang ditemukan cukup banyak calon wakil rakyat yang dari publik figur, artis atau orang-orang yang memiliki popularitas tinggi. Hal ini seakan menjadi ancaman bagi mereka yang memiliki integritas lebih namun minim popularitas. Jika benar adanya, lalu yang menjadi penilaian wakil rakyat ini sebenarnya berdasarkan popularitas yang disandangnya atau integritas yang diembannya?. Beberapa waktu lalu beredar berita bahwa beberapa artis tersandung kasus korupsi hingga masuk penjara seperti yang di rilis oleh inews.id (11/02/22). Inikah fungsi popularitas yang digunakan sebagai penilaian dalam pemilu?, lalu dimana letak integritas yang diembannya?. Sedangkan yang seharusnya dimiliki oleh wakil rakyat adalah integritas yang tinggi.
Para publik figur atau orang-orang popular yang menjadi calon wakil rakyat belum tentu memiliki pengetahuan yang luas terhadap politik, pengalaman politik yang baik, dan pengetahuan terhadap kebijakan-kebijakan. Berbekal popularitas saja tak bisa dijadikan faktor penilaian utama dalam memilih wakil rakyat dalam pemilu. Percuma terkenal jika bodoh. Begitulah bahasa kasarnya. Jadi, seharusnya yang menjadi faktor penilaian dalam memilih wakil rakyat salah satunya adalah integritas tinggi yang diembannya. Ini dapat dilihat dari pengalaman wakil rakyat tersebut dalam politik, sifat dan perilakunya, dan masih banyak lagi. Lebih baik integritas dan pengetahuan tinggi popularitas kurang dari pada popularitas tinggi tapi integritas dan pengetahuan minim.
Jadi, dari hal tersebut dimaknai bahwa yang seharusnya menjadi penilaian bagi masyarakat dalam menilai wakilnya pada pesta politik pemilihan umum nanti adalah integritas, pengalaman, dan pengetahuan yang luas dari calon wakil rakyat tersebut. Tak hanya semata-mata dari ketenaran dan kepopularitasan yang didapat dari calon wakil rakyat tersebut saja. Tapi masyarakat harus benar-benar jeli dalam memilih dan menyeleksi wakil rakyatnya. Harus benar-benar diperhatikan rekam jejak dan pengalamannya dalam dunia politik. Dengan demikian, diharapkan rakyat tak salah memilih calon wakil dan dapat menampung aspirasi rakyat nantinya.