
KOTABARU – Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pamukan Selatan di Desa Gunung Calang, Kabupaten Kotabaru, kondisinya terlihat memprihatinkan. Bahkan, bangunannya dianggap tak layak untuk standar belajar.
Hal tersebut diketahui saat Wakil Ketua Komisi II DPRD Kalsel Muhammad Yani Helmi bertandang langsung ke sekolah tersebut, setelah melakukan kegiatan menjaring aspirasi (reses) bersama jajaran Pemprov Kalsel, Selasa (18/10) sore.
Dengan mata berkaca-kaca, Paman Yani –sapaan akrabnya– menyatakan kekecewaannya atas kondisi tersebut. Meski tak bisa menyalahkan SKPD pengampunya, namun idealnya, lokasi II SMA Negeri 1 Pamukan Selatan bisa mendapat bantuan yang layak, agar proses belajar mengajar bisa lebih nyaman.
“Kalau ditanya, tentu saya kecewa. Mau bagaimana lagi, kondisinya terlihat seperti ini. Harus dibawa ke mana dunia pendidikan. Jujur, kalau saya di posisi bersekolah dengan keadaan seperti ini, membuat hati sangat sedih,” katanya.
Mirisnya lagi, satuan pendidikan yang merupakan cabang induk SMA Negeri 1 Pamukan Selatan di Desa Tanjung Semalantakan Kotabaru ini, hanya beratapkan terpal, beralas semen, kursi dan meja kayu seadanya. Terlebih, pengadaan dua kelas baru merupakan hasil bantuan swadaya guru dan keikhlasan dari warga setempat.
“Yang jelas saya malu. Apakah ini sudah terinformasi kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel atau tidak? Kayaknya belum. Tapi, saya tidak mau menyalahkan. Namun, sudah dilihat sendirikan kondisi miris itu,” ujar legislatif DPRD Kalsel dari Dapil VI Kotabaru dan Tanbu.
Selain jarak tempuh lokasi ini cukup jauh dari sekolah induk. Dua kelas di Lokasi II hasil swadaya guru dan masyarakat ini ternyata kondisinya juga memprihatinkan, bahkan hanya berdinding plafon gipsum yang sudah mulai rapuh.
“Tetapi ada yang lebih parah lagi dan di bawah kolong rumah. Bayangkan mereka sangat niat mau belajar, kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Atas nama rakyat untuk Kotabaru daratan, saya minta tolong fasilitas ini dibenahi karena infrastrukturnya tidak standar,” tegasnya.
Di samping tingginya keinginan mengenyang pendidikan, lanjut dia, keadaan ini harus segera ditindaklanjuti. Apalagi Disdikbud Kalsel perlu benar-benar turun ke lokasi agar mengetahui apa saja permasalahan yang tengah dihadapi.
“Saya tak bisa membayangkan mereka belajar dalam keadaan kehujanan atau kondisi alam lainnya. Lihat saja atap dan dindingnya terpal, lantainya juga tidak dipasang ubin, bagaimana peserta didik mau belajar dengan nyaman. Sekali lagi saya meminta dan memohon agar kondisi ini dapat segera ditindaklanjuti. Kalau perlu Disdikbud Kalsel langsung turun ke lapangan. Mereka mesti melihat sendiri keadaannya,” ujarnya.
Kepala Desa Gunung Calang M Arafah mengatakan, supaya layak dan sesuai standar, pemerintah desa setempat telah menghibahkan lahan seluas 2 Hektar (Ha) untuk membangun baru lokasi dua SMA Negeri 1 Pamukan Selatan Kotabaru.
“Sebenarnya untuk hibah lahan di lokasi II, sudah kami lakukan. Alhamdulillah, kami sangat mendukung dunia pendidikan. Bahkan, bangunan tersebut sempat bercampur dengan Tsanawiyah dan TK Alquran, namun digunakannya secara bergantian,” bebernya.
Ia menjelaskan, dua kelas dan satu ruang guru ini sebelumnya merupakan hasil swadaya puluhan tahun silam dari Pemerintah Desa Gunung Calang. Total yang dikeluarkan mereka kala itu sebesar Rp 180 juta.
“Kalau fasilitas ini dibangun sekitar tahun 90an. Anggarannya murni dari APBDesa hasil dari retribusi tambang, dan sisanya dari swadaya masyarakat. Jujur, kami tak mengambil keuntungan dari situ, karena hajat keseluruhan untuk membangun sekolah,” jelasnya.
Terkait keadaan ruang kelas dengan bangunan yang terbuat dari terpal itu, diperakirakan sudah berjalan sekitar lima tahunan lebih.
“Semoga setelah Paman Yani melihat kondisi, aspirasi kami ingin mendapatkan hak pendidikan yang sama dapat terwujud, termasuk pembenahan infrastrukturnya,” pungkasnya. rds