
DARAH tinggi atau hipertensi memang menjadi penyakit yang merenggut nyawa paling banyak di Indonesia. Apalagi, penyakit ini bisa menyebabkan kematian mendadak atau biasa disebut silent killer.
Angka kejadian hipertensi atau tekanan darah tinggi kian lama kian meningkat. Sebanyak 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita penyakit tersebut.
Tapi, dalam sebuah penelitian di India, tekanan darah tinggi yang tidak diobati dengan maksimal dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Bagaimana hubungan antara hipertensi dan gangguan pendengaran? Simak selengkapnya dalam artikel yang dilansir dari KlikDokter berikut ini.
Dikutip dari Hearingaiddoctors.com, dijelaskan sedikit mengenai hubungan antara hipertensi dan gangguan pendengaran. Ketika tekanan darahmu tinggi, pembuluh darah pun rusak. Kerusakan ini tidak terpusat di satu area tubuh saja, tetapi di seluruh tubuh, tak terkecuali telinga. Dan ketika pembuluh darah di telinga rusak akibat penumpukan plak, pendengaran juga bisa ikut terganggu.
Memang ada kemungkinan tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan di pembuluh darah. Kerusakan pembuluh darah ini terjadi di seluruh area tubuh, termasuk telinga. Ketika fungsi dari organ telinga terganggu akibat hipertensi, maka bisa memicu hilangnya kemampuan dengar seseorang.
Gangguan sirkulasi ke telinga muncul akibat sumbatan vaskular. Nah, sumbatan vaskular ini paling sering disebabkan oleh emboli, perdarahan, ataupun mikroangiopati yang banyak ditemukan pada penderita hipertensi. Jika tekanan darah tinggi bisa dikontrol, maka gangguan pendengaran dapat dikembalikan. Itulah mengapa pola hidup sehat sangat penting untuk dijalankan oleh orang dengan hipertensi.
Tanda Gangguan Pendengaran yang Berhubungan dengan Hipertensi
Gangguan pendengaran yang berhubungan dengan hipertensi mungkin diawali dengan tinnitus atau telinga berdengung. Karena itu, apabila kamu mengalami telinga berdengung karena hipertensi, segera periksakan diri ke dokter.
Selain itu, tekanan darah tinggi yang memicu turbulensi aliran darah dapat menimbulkan gangguan pendengaran secara mendadak. Tak hanya itu, kemungkinan suara yang lembut akan sulit didengar namun suara yang keras akan teredam.
Diagnosis gangguan pendengaran ini akan dilakukan dengan wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik yang dilakukan berupa pemeriksaan telinga yang disebut tes Rinne, Weber, dan Schwabach maupun pemeriksaan audiometri.
Selain gangguan pendengaran, tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan komplikasi stroke, jantung koroner, diabetes, gagal ginjal, serta kebutaan.
Dari semuanya itu, stroke dan penyakit jantung koroner lah yang paling sering menyerang penderita hipertensi.
Risiko terjadinya komplikasi sangat bergantung pada tingkat keparahan hipertensi, seberapa lama pasien sudah mengalami penyakit tersebut, dan lokasi kerusakan pembuluh darah.
Biasanya, semakin lama dan parah penyakit hipertensinya, semakin tinggi pula risiko komplikasi yang akan dihadapinya. Apabila hipertensi menyebabkan pembuluh darah tersumbat, maka risiko komplikasi yang bisa terjadi adalah penyakit jantung koroner.
Lalu, apabila hipertensi itu menyumbat pembuluh darah secara total sehingga aliran oksigen ke otot jantung tersebut, maka penderitanya bisa mengalami kematian mendadak akibat serangan jantung. Yang jelas, memang ada hubungan antara hipertensi dan gangguan pendengaran. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan di pembuluh darah, termasuk pembuluh darah telinga.okz/ron